"Andin sama Rafa lama banget astagfirullah. Coba dong guys telepon lagi. Ini kita mau nunggu sampai kapan? Lebaran monyet? Sumpah ya gue capek banget sama ntuh anak berdua. Kemarin kita nunggu mereka di bandara, nunggu di kampus juga tiap pagi, waktu jaman sekolah juga begitu. Ck!" Diki berdecak diakhir ucapannya. Ia telihat kesal kepada kedua sahabatnya tersebut. Kebiasaan buruk yang tidak pernah berubah.
Pagi hari ini mereka semua memang sudah janjian untuk pergi ke Sangeh Monkey Forest. Ya, destinasi pertama mereka di Bali dan seperti biasa mereka semua sedang berkumpul di kamar Diki yang dimana ditempati oleh Rizky dan Brian.
Diki memang terlihat uring-uringan menunggu kedua sahabatnya yang tidak kunjung datang, tetapi berbeda dengan semua teman-temannya yang lain. Mereka terlihat santai dan tidak mempermasalahkan itu.
Semua teman-temannya hanya melirik ke arah Diki, setelah itu mereka kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Ada yang sedang bermain ponsel, mengobrol, sarapan, dan bahkan ada yang sedang tiduran di kamar karena tahu bahwa kedua sahabatnya itu bakalan lama.
"Udah gue telepon. Nanti juga itu anak berdua datang," sambar Sherly cepat dan di angguki oleh teman-temannya.
Pletak!
Satu jitakan mendarat dengan mulus di kepala Diki. Firman terlihat kesal kepada sahabat tengilnya itu. "emang, sabar kampret! Lo tuh ya ...!" Ia terlihat gemas. Ini bukan sekali dua kali ia memperingati sahabat tersebut, tetapi sering. Sudah pernah di bahas masih saja di ungkit kembali.
"Sakit, woy!" seru Diki kepada Firman, tetapi tidak di dengarkan oleh sahabatnya itu dan hal itu membuat Diki mendengkus.
"Bentar lagi juga ngadu,"beo Sherly.
"Hmm dan seperti biasa Kayla nggak perduli," kata Sarah.
"Pfftt."Sherly dan Sarah menahan tawa.
Memang, sudah bukan Rahasia umum jika Diki selalu memanggil Kayla jika temannya berbuat kasar kepadanya. Berharap ia akan dibela, justru sebaliknya. Sang pujian hati terlihat acuh dan tidak perduli, karena Kayla tahu bagaimanapun juga salah Diki. Pacaranya itu suka membuat masalah.
"Sayang, Firman ...."
Kayla dengan cepat memalingkan wajahnya. Ia kembali memakan sarapannya dan sesekali mengobrol bersama Lisa.
"Pfftt ... benarkan." Sherly dan Sarah kembali menahan tawa.
"Ck!" decak Diki.
"Dik, sebenarnya gue capek sama lo." Brian yang memisahkan diri bersama Raka merasa terusik.
"Gue juga capek, capek banget," gemas Firman. Ia menghela napas kasar.
"Ck!" decak Diki kembali.
Brian berjalan menghampiri Diki diikuti Raka.
"Kasih paham, Brian. Capek banget gue ngurus ntuh anak satu," kata Firman.
"Lagian siapa juga yang mau diurusin sama lo?!" kesal Diki.
"Masih berani jawab ya lo! " sungut Firman.
"Dik, lo sering banget mempermasalahkan keterlambatan mereka. Gue tahu mereka ngaret, tapi ... kita udah kenal mereka lama. Lo juga tahu Andin kayak gimana? Masa iya harus gue ingetin lagi. Kita udah sama mereka berdua dari jaman sekolah hingga sekarang. Coba lu hitung berapa tahun kita bersama? lima? Enam? No, hampir tujuh tahun kita bareng, dan itu nggak mudah, Dik."
Semua yang berada disana terdiam atas ucapan Brian. Bahkan Sherly dan Sarah yang awalnya tertawa seketika terdiam. Ya, tidak ada yang membuka suara. Seketika menjadi hening.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...