CHAPTER 38

18.2K 1K 47
                                    

Setelah memutuskan Reza lewat telepon. Andin merasa resah. Ia merasa tidak nyaman karena Reza terus menelpon dan mengirimkannya pesan. Sampai ibunya marah-marah karena ponsel Andin berbunyi.

Andin tahu ia salah karena lupa men-silence-kan ponselnya, tapi Bundanya itu kalau marah suka tidak tahu tempat. Andin jadi kesal sendiri karena menjadi pusat perhatian dan ditertawakan oleh Ibu Rafa, Keluarga Sindy, dan yang lainnya. Sekarang mereka memang sedang berkumpul bersama keluarga besarnya Rafa dan Sindy.

Andin hanya bisa tersenyum kikuk pada saat itu. Bundanya tidak mengerti apa yang terjadi dengan anaknya.

Sebenarnya Andin kesal bukan hanya kepada Bundanya, tapi ia juga kesal dengan Rafa. Katanya ia ingin membantu Andin untuk menjelaskan kepada Reza, tapi Andin melihat Rafa sedang sibuk menyambut beberapa tamu yang datang.

Sebenarnya malam puncaknya nanti malam karena akan dihadiri kiyai dan tetangga dekat rumah.

"Gara-gara Rafa, semuanya jadi runyam. Akh...!"

Andin menggulingkan badannya di atas kasur empuk Rafa. Ia memisahkan diri setelah bundanya memarahinya. Ia pergi ke kamar Rafa yang berada di lantai dua. Ia hanya butuh ketenangan.

Kamar Rafa yang didominasi berwarna hitam putih. Putih memiliki arti kemurnian dan kesucian. Sementara warna hitam terkesan misterius, tersembunyi, rahasia, dan protektif. Benar-benar menggambarkan sifat Rafa.

Kamar Rafa tidak pernah berubah sejak dulu. Selalu rapih dan bersih. Tidak seperti kamarnya dulu yang seperti kapal pecah.

Andin menerima pesan kembali dan ia sudah tahu itu dari siapa. Dengan ragu ia membuka pesan tersebut dan ia membelalakkan kedua matanya ketikaika ia membaca pesan dari Reza.

My schnecke 😔
Aku berada di depan rumah kamu sekarang

My schnecke 😔❤
Di rumah Rafa sepertinya sedang ada acara dan pasti kamu sedang ada disana

My schnecke 😔❤
Aku mohon keluar sebentar

"Mampus!"

Andin segera bangun dari tempat tidur Rafa dan ia dengan cepat berlari ke balkon untuk memastikan apa benar Reza sekarang benar ada di depan rumahnya, atau tidak dan ternyata benar. Ia sedang menunggu Andin di depan sana sambil sibuk dengan ponselnya.

"Astaga! Ternyata beneran dia ada disana?!"

Andin menatap Reza didepan sana dengan pandangan tidak percaya dan ia menggigiti kukunya gugup.

"Akh...! "

Entah untuk yang keberapa ia menghentakkan kedua kakinya dan berlari masuk kembali ke kamar Rafa.

My schnecke 😔❤
Apakah kamu akan terus disana dan menghindari aku?

My schnecke 😔
We have to talk

Andin tidak membalas pesan Reza. Ia hanya membacanya saja. Entah kenapa ia tidak punya keberanian untuk turun dan menemui Reza sekarang. Ia belum siap untuk menjelaskan semuanya.

Andin itu terus saja berjalan kesana kemari sambil menggigit kukunya. Jelas tampak terpancar raut kegelisahan dari wajah cantiknya.

"Kamu kenapa?"

"Heh! Astaga... Ka Sindy ngagetin aku aja."

Andin kaget dan tidak lama ia menghela napas dan tersenyum kikuk kepada Sindy. Ia pikir Rafa yang tiba-tiba masuk ke kamar, tapi ternyata bukan. Ia Sindy istri Rama kakak Rafa, sekaligus kakak iparnya.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang