CHAPTER 28

20.5K 1K 20
                                        

04:12 AM

Andin tidak bisa tidur nyenyak malam ini. Entah kenapa ia selalu memikirkan kejadian ketika ia selalu dekat dengan Rafa, yang di mana begitu sangat intim dan Andin malamnya tidak bisa tidur. Andin benci efek seperti ini.

Andin melihat jam waktu masih subuh dan sebentar lagi akan adzan subuh. Andin menatap Rafa yang masih tertidur lelap dengan sangat nyenyak. Ini untuk kedua kalinya ia bangun tidur lebih dulu dan ia bisa menatap Rafa. Yang pertama sewaktu dulu mereka selesai resepsi di sebuah hotel, lalu malamnya mereka menginap dan untuk keduanya hari ini, Andin bisa bangun tidur lebih awal.

Andin melihat Rafa tidur dengan shirtless. Andin membelalakkan matanya. Ia tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat. Ini untuk kedua kalinya setelah menikah Andin melihat Rafa tidur dengan bertelanjang dada.

"Oh, astaga!" Andin berteriak dalam diam. Ia tidak ingin Rafa mendengarnya dan membangunkan Rafa dalam tidurnya.

Andin membalikkan badannya dan menatap Rafa sepenuhnya. Ia mendekatkan wajahnya dengan Rafa. Ia meneliti setiap wajah Rafa. Andin terpesona, Rafa sangat tampan.

"Tampan." gumam Andin. Andin masih setia menatap Rafa dalam tidurnya. Tanpa sengaja tangan nakalnya menyentuh hidung Rafa yang mancung itu dan membuat Rafa terusik dalam tidurnya.

"O... Oh astaga!" Andin berpura-pura tidur dan ketika ia rasa tidak ada pergerakan lagi dari Rafa, ia membuka matanya pelan-pelan.

"Ak-"

Andin terbelalak. Ia segera menutup mulutnya dengan tangannya. Entah untuk yang keberapa ia spot jantung. Ia tidak jadi berteriak. Diam-diam Andin mengumpati Rafa di dalam hatinya.

Glek!

Andin menelan saliva. Wajah mereka sangat dekat. Andin bahkan bisa merasakan terpaan nafas Rafa dalam tidurnya dan ia dapat melihat wajah Rafa dengan jelas tanpa harus malu-malu karena Rafa sedang tertidur dan tentu saja Rafa tidak mengetahui bahwa ia sedang diperhatikan dalam-dalam oleh Andin.

Ia memperhatikan bibir Rafa."Bibir ini dulu paling gue benci kenapa? Karena omongan lo suka nggak di filter, tapi sekarang... Setiap lo mendekatkan wajah lo sama gue entah kenapa di dalam otak sialan gue ini selalu berpikir bahwa lo akan mencium gue." Andin masih setiap memperhatikan Rafa yang sedang tertidur.

"Dan akhirnya gue malu sendiri karena lo nggak mencium gue hahaha." Andin tertawa dengan sendirinya. Sementara Rafa masih diam dalam tidur lelapnya.

"Lo! Lo, pasti sengaja kan mau menggoda gue ngaku lo?!" todong Andin ke Rafa. Andin tahu Rafa tidak akan menjawab karena Rafa masih tertidur. Andin menghela nafas.

"Oh ya Raf, gue bingung dengan perasaan gue. Setiap kita berdekatan secara intim gue merasa jantung gue berdegup dengan kencang. Apa lo juga merasakan apa yang gue rasakan Raf?" Lagi-lagi Andin bertanya kepada Rafa dan tentu saja mustahil di jawab oleh Rafa karena Rafa masih tertidur.

Andin menelusuk masuk ke dalam pelukan Rafa. Ia takut mengganggu Rafa bangun dan menemukan Andin sedang memepeti dirinya untuk minta di peluk.

Harus pelan-pelan, jangan sampai Rafa kebangun dan memergoki gue sedang memeluknya. Tensi dong gue nantinya. Mau di taruh di mana muka cantik gue ini. Andin pelan.

"Apa lo tahu Raf, gue nggak pernah merasakan sensi ini sebelumnya bersama Reza. Kenapa kalau sama lo berbeda." Andin mendongak menatap Rafa.

Setelah cukup lama Andin menatap Rafa dan memperhatikan Rafa dalam tidurnya. Setelah itu ia menyelimuti Rafa. Lalu Andin memutuskan untuk ke bawah dan minum. Ia berencana akan memasak untuk sarapan.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang