CHAPTER 9

22.9K 1.3K 47
                                    

Hari ini Rafa ada di rumah Andin. Ia sedang menjenguk sahabat kecilnya yang sedang sakit. Ini semua atas perintah Ibunya, Aluna.

Rafa mengingat kembali kedatangannya ketika ke rumah Andin beberapa jam yang lalu. Seperti biasa ibu Andin ini akan heboh setiap kali ia main ke rumahnya. Rafa sudah diseret ke kamar Andin, karena ibu Andin tahu, pasti Rafa akan menjenguk anaknya tersebut.

Disinilah Rafa sekarang, di kamar Andin. Ia duduk di meja rias samping tempat tidur Andin sambil menyilangkan kedua tangannya diatas dadanya.

"Ckk! Kenapa lo segala sakit sih, nyusahin."

"Lo kagak bawa apa-apa?"

"Tuh diatas meja," jawab Rafa sambil mengarahkan kepalanya kearah meja dekat sofa kamar Andin. Andin dengan semangat mengambil bungkusan tersebut.

"Sebenarnya lo sakit kagak sih, semangat amat lihat makanan."

"Hehe sakit lah, tapi sekarang udah agak mendingan sih."

"Kok bubur, gue nggak mau." Andin yang awalnya semangat tiba-tiba lemas kembali ketika melihat isi yang Rafa bawakan untuknya.

"Di mana-mana orang sakit makan bubur bodoh!" Andin memanyunkan bibir kesal atas penuturan Rafa. Sahabatnya ini kalau bicara suka nyelekit.

"Gue nggak mau kalau bubur. Maunya sate yang depan gang sebelah kiri itu yang satenya Mang Maman."

"Abang lo aja sana suruh, gue mau balik." ucap Rafa. Ia segera bangun dari duduknya. Tetapi ia urungkan karena Andin menggenggam tangan kirinya dengan cepat.

"Ayolah, Raf, beliin, ya ... ya ...," ucap Andin dengan puppy eyes-nya. Rafa segera memalingkan wajahnya. Astaga, Rafa tidak tahan dengan ekspresi Andin itu.

"Abang gue nggk ada, tadi sore udah balik ke Bandung lagi, katanya ada yang sedang dia urus. Entahlah apa gue juga kagak tahu." Andin kecewa. Kakaknya Andin belum lama ada di Jakarta dan hari ini, ia harus kembali ke Bandung. Padahal kan Andin masih kangen dengan kakak laki-lakinya itu.

"Ckk! Nyusahin. Yaudah tunggu sini, gue beliin ke depan."

Jawabannya Rafa tersebut seketika membuat Andin kegirangan.

"Terima kasih calon suamiku haha," teriak Andin sambil tertawa. Rafa mendengkus dan ia segera keluar dari kamar Andin.

Apakah Andin sudah menerima perjodohan ini?! Entahlah. Setelah pergulatan panjang dengan pikiran nya. Mau tidak mau ia harus menerima perjodohan ini. Andin kembali memikirkan ucapan Aldi kakaknya dan Rafa ketika di balkon.

"Udahlah dek terima aja, lo mau ngecewain dua keluarga sekaligus?"

"Mau nggak mau kita harus menerima ini. Bagaimanapun gue nggak mau ngecewain orang tua gue. Begitupun lo pasti."

Ucapan kakaknya dan Rafa benar, ia harus menerimanya. Ini sudah impian orangtua Andin dan orangtua Rafa sejak dulu untuk menyatukan dua keluarga. Andin tidak ingin mengecewakan dua keluarga sekaligus.

Untuk masalah putus dengan Reza, jika Andin sudah menikah nanti. Sepertinya ia harus meminta waktu kepada Rafa untuk memutuskan pacarnya tersebut. Andin akan berbicara dengan Rafa nanti.

Andin mengecek ponselnya siapa tahu ada pesan masuk. Ternyata dugaanya benar. Ketika ia menghidupkan data ponsel miliknya, ada banyak sekali notif masuk dari WA. Dimulai dari grup kelasnya, grup teman-temannya dan pacarnya.

Grup kelasnya pasti hanya membahas masalah tugas dan grup teman-temannya tidak jauh dari ghibah. Astaga, Andin hanya melihat dan membalas pesan dari pacarnya saja.

My schnecke 😔❤
Jangan lupa minum obat dan juga istirahat. Sampai ketemu di kampus sayang 😘

Andin tersenyum miris. Ia merasa sesak. Andin segera membalas pesan pacarnya tersebut.

Iyaa makasih sayang 😍 sampai ketemu di kampus juga 😘❤

Andin segera menaruh ponsel miliknya diatas nakas. Ia membaringkan badannya di tempat tidur sambil menunggu Rafa datang membelikan sate untuknya. Ia menonton tv di kamarnya.

Hampir setengah jam Rafa pergi, akhirnya ia sudah kembali dan membawa sate untuknya.

"Nah, ini SATE-nya, lama? Ngantri ok," ucap Rafa dengan menekankan kata sate. Andin tertawa.

"Sekarang gue mau pulang nggk baik malam-malam masih dikamar perempuan."

Karena Rafa tahu tidak baik seorang lelaki terlalu lama dikamar perempuan, entah itu siang ataupun malam.

"Nasinya?"

"Ambil sendiri kebawah."

"Rafaaaa," ucap Andin menatap Rafa dengan puppy eyes andalan miliknya. Astaga, kenapa Andin menampilkan raut wajah yang begitu menggemaskan. Rafa mengerang kesal.

"Ok ok, tunggu sini. Habis ini gue balik."

Andin tertawa melihat wajah kesal Rafa Dan tidak butuh waktu lama, Rafa kembali dengan nasi dan air minum di kedua tangannya.

"Makasih, baik sekali calon suamiku ini hahaha."

Rafa tidak membalas ucapan Andin, ia langsung saja segera keluar dari kamar Andin dan ketika ia sampai teras, ia mengerang kesal.

"Akhhh gue bisa gila." Setelah itu Rafa pulang ke rumahnya.

****

Metz malming mblo ehh.

Baru bisa update hari ini entah kenapa mood down wk

Jangan lupa voment

Ig: wiwiss27

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang