CHAPTER 14

25.3K 1.3K 23
                                    

Hari ini Rafa dan Andin akan menempati apartemen yang dihadiahkan oleh orangtua Rafa maupun Andin. Sekarang kedua keluarga tersebut berada di halaman rumah Andin. Mereka sedang berkumpul untuk melepas anak mereka yang akan memulai kehidupan barunya.

Setelah semalam menginap dan paginya setelah sarapan dan berbincang bersama kedua keluarga baik Rafa maupun Andin, sekitar pukul delapan pagi Rafa dan Andin akan berangkat menuju apartemen yang berada di Jakarta Pusat itu.

Rafa dan Andin berpamitan, mereka salim ke kedua orangtua Rafa dan juga orangtua Andin.

"Ingat pesan Ayah, jika nanti ada masalah tentang rumah tangga kamu, dibicarakan baik-baik jangan pake emosi, kamu mengerti kan sayang?" Andin mengangguk dalam pelukan ayahnya. Rianto membalas pelukan sang anak tidak kalah erat.

"Tugas ayah sudah selesai, sekarang Rafa yang tanggung jawab dan yang akan melindungi kamu, kamu harus nurut sama suami kamu mulai dari sekarang." Lagi-lagi Andin hanya mengangguk. Rianto mengelus puncak kepala Andin dengan sayang.

"Raf, Ayah titip Andin, jika Andin nakal jewer saja kupingnya." Rafa hanya tersenyum atas penuturan mertuanya.

Sejujurnya tanpa Ayah Andin suruh Rafa akan menjaga Andin, apalagi mereka sudah menjadi sepasang suami istri. Dulu saja sewaktu mereka kecil maupun remaja, Rafa yang selalu menjadi temeng ketika Andin disakiti orang seseorang sewaktu mereka SMA.

"Ayah!!"

Rafa hanya tersenyum melihat Andin yang menurutnya sangat cengeng itu. Rafa melihat Andin terus saja menangis di dalam pelukan Ayahnya dan Rafa tahu Andin itu lebih dekat dengan Ayahnya dibanding Bundanya, Lilis.

"Barang-barang kamu sama Andin sudah dimasukin dalam bagasi kan?" tanya Noval Ayah Rafa.

"Iya, sudah Pah."

"Jika sudah sampai sana, tolong hubungi yang disini, kita semua khawatir," timpal Aluna.

"Iya Mah, akan Rafa hubungi setelah Rafa dan Andin sampai sana."

"Menantu Bunda yang ganteng, tolong jaga Andin ya sayang," pinta Lilis. Seperti biasa Rafa hanya tersenyum dan mengangguk. Lilis tentu saja senang.

"Gue berangkat bang," ucap Rafa ke Aldi. Mereka berjabat tangan ala lelaki setelah itu berpelukan. Aldi menepuk-nepuk punggung Rafa dalam pelukannya.

"Lo hati-hati disana, jagain adek gue," kata Aldi, "walaupun gue percaya kalau lo bisa jaga adek gue, tapi gue nggak akan segan-segan tampol muka lo yang ganteng ini, kalau lo sampai sakitin, atau bikin nangis adek gue. Lo akan berurusan sama gue." Rafa hanya mengangguk atas ucapan Aldi.

Rafa segera melepas pelukan Aldi dan ia berkata, "Bukankah sejak dulu juga tugas gue seperti itu?!"

"Lah benar juga, gue juga kasihan sama lo sebenarnya, tugas lo jadi nambah buat jagain adek gue jadi seumur hidup lo hahaha."

Andin yang mendengar ucapan kakaknya tentang dirinya hanya bisa mendengkus setelah ia melepaskan pelukan dari ayahnya. Sementara Rafa hanya menggelengkan kepalanya. Ia segera menghampiri Rama kakaknya beserta Sindy kakak iparnya untuk salam perpisahan.

"Kasihan banget sih lo harus berhadapan sama adek gue yang suaranya udah mengalahkan speaker masjid."

"Abang!!" Aldi hanya tertawa atas ucapannya. Sebenarnya bukan hanya Aldi, semua yang berada disana tertawa, berbeda dengan Rafa, ia hanya menggelengkan kepalanya.

"Sini peluk gue, lo kagak mau ucapin salam perpisahan buat abang lo yang ganteng ini, hmm?" Andin mendengkus atas ucapan Aldi.

"Ya sudah, jangan kangen lo sama gue nanti." Aldi berpura-pura acuh, lalu ia besedekap di hadapan Andin. Aldi tahu adiknya ini kesal terhadap dirinya dan Aldi tahu bahwa Andin tidak akan lama marahnya.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang