"Oy! Bukannya bebantu di rumah mertua, malah ngumpet di sini. Astaghfirullah Dek... Kok lo jadi cewek pemalas banget." Andin yang sedang bersembunyi dari balik belakang sofa berlonjak kaget atas ucapan tiba-tiba kakaknya.
Di rumah Rafa hari ini memang sedang ramai karena Sindy, istri Rama sekaligus kakak Rafa itu sedang tujuh bulanan. Bahkan keluarga besar dari Sindy sedang berada di sini.
Sesuai perkataan Lilis, ibu Andin kemarin yang menyuruh Rafa dan Andin untuk datang dan hari ini juga mereka akan menginap.
"Sembarangan. Orang gue lagi menghindari seseorang." Andin tentu saja tidak terima atas tuduhan kakaknya itu. Enak saja kakaknya itu mengatakannya pemalas.
"Siapa? Bunda, kan?"
"Bukan urusan lo." Aldi tertawa renyah atas jawaban ketus adiknya tersebut.
Andin itu sebenarnya sedang menghindari Rafa. Setelah kejadian kemarin ia serasa tidak mempunyai muka. Ia belum siap untuk bertemu Rafa.
Semalam saja ia memilih mengurung diri di kamar dan bahkan paginya ketika mereka sarapan Andin tidak menatap Rafa, hingga mereka berada di mobil menuju ke rumah orangtua mereka, mereka masih tetap diam.
"Apa lo sedang menghindari gue dan juga... Apa lo marah karena gue udah mencium lo?"
Andin hanya terdiam pada saat itu. Sebenarnya Rafa bertanya kepada Andin beberapa kali. Hingga akhirnya Rafa menyerah untuk bertanya kembali jika akhirnya Andin tetap tutup mulut.
Andin sebenarnya tidak marah kepada Rafa, hanya saja ia malu karena ia juga bisa-bisanya merasa tergoda akan ciuman Rafa pada saat itu.
"Oh ya, Dek, gue penasaran. Setelah kepulangan gue sama Bunda, apa yang terjadi sama Rafa, gue tuh penasaran. Apa Rafa dipukul? Apa ada adegan baku hantam diantara mereka berlima? Haha."
Andin menatap kakaknya geram. Bagaimana tidak. Kakaknya ini sedang menghadapnya dan kedua tangannya sedang bersandar di sandaran sofa. Astaga. Kalau seperti ini Andin bisa ketahuan.
"Abang... Sana." Andin mengusir Aldi dengan gemas. Sementara Aldi bersikap tidak perduli.
"Apa lo tahu reaksi Raka ketika dia tahu bahwa lo sama Rafa sudah menikah? Gila.. syok dia, tapi keren juga tahu dia bisa mengendalikan emosinya, hahaha."
"Harusnya lo cegah Bunda jangan sampai mengatakan yang tidak-tidak, setidaknya tunggu gu—"
"YAKH! Kenapa jadi lo yang menyalahkan gue! Suruh siapa menyembunyikan pernikahan lo dari teman-teman lo. Coba aja kalau lo ngasih tahu mereka pasti nggak akan kayak gini kejadiannya dan juga lo kayak nggak tahu Bunda aja."
"Ya, maaf." Andin langsung kicep seketika.
"Sebentar, gue juga masih bertanya-tanya. Laki lo kenapa kemarin wajahnya babak belur? Apa terja—"
"Dia dipukul sama Diki."
"Apa? Bagaimana bisa? Bukannya mereka sahabatan?" Aldi menatap adiknya tidak percaya.
Andin terdiam. jika memikirkan kejadian kemarin. Ia sangat bersalah kepada Rafa. Jika bukan karena keegoisannya pasti tidak akan seperti ini.
"Kita sudah ketahuan." Andin tersenyum pahit kepada kakaknya.
"Ketahuan? Jangan bilang..." Andin mengangguk atas ucapan kakaknya.
"Mampus. Gue juga udah wanti-wanti bakalan seperti ini dan akhirnya apa? kejadian juga kan?"
Aldi menatap adiknya kesal. Ia sudah menduganya akan menjadi seperti ini. Ya, ia juga mengetahui bahwa adiknya ini menyembunyikan pernikahannya bersama Rafa dari keempat sahabatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...