"Udah dong Raf belanja sayurnya jangan banyak-banyak, gue human loh bukan sapi or jerapah dan teman-temannya itu."
Bagaimana Andin tidak kesal. Coba bayangkan, Rafa memborong semua sayur-sayuran yang berada di supermarket. Andin suka sayur, tapi nggak gini juga.
Apakah gue akan berubah menjadi hewan karena kebanyakan makan daun?! astaga! Batinnya.
Memang, setelah sampai lalu beres-beres dan membersihkan apartemen mereka, baik Andin maupun Rafa segera menuju ke supermarket yang tidak jauh dari apartemen miliknya. Mereka akan berbelanja bahan makanan untuk stock mereka selama sebulan. Ya, mereka berinisiatif untuk berbelanja bulanan.
Jika berbicara tentang apartemen mereka Andin tiba-tiba merasa kesal kembali. Apartemen yang berisi hanya dua kamar, lalu belum lagi ia dan Rafa berdebat. Andin dengan sikap keras kepalanya bahwa ia akan tidur terpisah, sementara Rafa tetap dengan pendiriannya yaitu kamar satunya akan ia jadikan perpustakaan mini dan juga sekalian tempat ruang kerja miliknya. Ya, Rafa akan mulai bekerja di perusahaan milik papahnya. Sesuai kesempatan sebelum Andin dan Rafa menikah.
Dengan segala keuletan dan kekerasan kepala mereka. Akhirnya mereka bermain kertas, gunting, batu untuk menentukan siapa yang menang. And finally Rafa yang memenangkannya. Andin mencak-mencak tidak terima dan ingin mengulang permainannya kembali, tetapi itu tidak bisa karena sesuai kesepakatan hanya bermain tiga kali. Andin hanya bisa pasrah.
"Nggak kok, buktinya ini ada buah-buahan juga."
Ingin sekali Andin mencakar wajah tampan Rafa itu.
"Udah kita pindah tempat, sekarang ke tempat daging dan ayam, huwaa jadi lapar."
Andin langsung saja menarik tubuh Rafa untuk segera membeli daging dan ayam. Awalnya Rafa kaget, ia yang sedang memilih sayur terhenti dan mengikuti kemana Andin pergi.
"Oh ya, jangan lupa beli sosis sama snack yang banyak, hehe."
Rafa dan Andin cukup lama berbelanja, mereka berbelanja cukup banyak. Bahkan hampir memenuhi troli. Setelah Rafa dan Andin mengantri lalu membayar belanjaannya. Lalu mereka memutuskan untuk pergi ke restoran karena Andin terus saja merengek bahwa perutnya lapar, tetapi sebelum itu mereka menyimpan barang belanjaan mereka di tempat penyimpanan barang.
"Gue tuh heran sama lo, padahal tadi sebelum ke sini kita sudah makan, Ckk!"
Andin dan Rafa naik eskalator tidak menggunakan lift transparan yang berada di mall tersebut.
Andin dengkus kesal atas penuturan Rafa. Sebenarnya memang benar apa yang diucapkan Rafa. Sebelum mereka berbelanja ke supermarket mereka delivery pizza karena itu juga Andin yang merengek untuk di belikan makanan.
Prinsip Andin itu, perutnya tidak akan kenyang sebelum bertemu nasi. Klasik memang, tetapi itu memang benar. Ia akan terus terasa lapar. Astaga,
"Tapi yang gue heran kok lo tetap kurus, dasar perut karung." Andin menatap Rafa sengit.
"Apa?"
Andin mendumel di belakang Rafa. Ia tidak berani untuk sekedar membela dirinya sendiri karena Andin tahu ia akan kalah dengan ucapan Rafa. Biarkan saja Rafa berpikir sesukanya. Berbeda dengan Rafa ia tertawa kecil atas ucapan dirinya terhadap Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...