Andin terlihat lesu. Ia seperti tidak ada semangat. Sejak kemarin sore hingga pagi hari ini Rafa sepertinya masih marah terhadap dirinya. Buktinya saja masih mendiamkannya.
Entahlah, jika bisa memilih Andin tidak ingin mengetahui bahwa Reza belum memberitahukan kepada ibunya bahwa ia, dan Reza sudah putus. Ucapan Aurel berdampak kepada Rafa. Suaminya itu jadi mendiamkannya. Padahal, ini semua juga bukan keinginannya.
Aurel
Kakak, Aurel minta maaf.Aurel, gadis remaja itu terus saja mengiriminya pesan, dan meminta maaf. Bahkan pagi ini juga Andin mendapatkan pesannya lagi. Padahal, ia sudah memaafkannya, dan untuk tidak merasa bersalah. Bukankah dengan begitu ia juga tahu tentang kebenaran ini. Tentang Reza yang masih belum memberitahukan bahwa mereka sudah putus.
Andin melirik Rafa yang sedang fokus dengan ponselnya. Rafa kembali menjadi cuek, bukan seperti Rafa setelah menikah yang hangat, dan lembut.
"Mas, kamu masih marah? Aku juga kan nggak tahu perihal Reza yang seperti itu," kata Andin. Ia menggoyang-goyangkan lengan berotot Rafa. Sementara Rafa masih diam. Ia tidak membuka mulutnya.
"Ini juga bukan kemauan aku." Andin menyandarkan kepalanya di lengan Rafa. Rafa hanya melirik sebentar, setelah itu fokus bermain game di ponsel pintarnya.
"Mas Rafa, anak Mama Aluna, menantu Bunda Lilis yang sangat ... sangat ... sangat tampan ini ayo, bicara. Aku nggak mau sikap kamu berubah seperti dulu."
Andin kembali menggoyangkan-goyangkan lengan berotot Rafa. Ia mengerucutkan bibirnya. Karena Rafa tetap tidak meresponnya.
Berubah seperti dulu? Rafa terdiam atas ucapan Andin. Ia juga diam-diam melirik istrinya yang terus saja menggoyang-goyangkan lengan berototnya.
Tentu saja ia tahu sikapnya dulu seperti apa kepada Andin. Cuek, dan dingin. Salahkan gadis itu juga yang membuatnya marah-marah akan sikap cerewetnya itu.
"Mas!" kesal Andin kepada Rafa. Sementara Rafa terkesiap. Ia mengerjapkan kedua matanya. Asatag, ia melamun.
"Tahu ah, aku kesal sama kamu." Andin pergi begitu saja meninggalkan Rafa di sofa sambil menghentakkan kedua kakinya kesal.
Rafa melirik Andin yang pergi meninggalkannya. Ia melihat istrinya berjalan ke arah tangga, dan sepertinya hendak ke kamarnya.
"Hufft."
Rafa menyandarkan tubuhnya di sofa. Ia menghela napas, dan memijat keningnya. Sebenarnya ia juga tidak ingin mendiami Andin, tetapi ia menjadi kesal ketika mengingat ucapan Aurel, adik Firman. Kata-kata terus berputar di dalam kepalanya.
"Adit. Anak itu terus nanyain Kakak. Aurel juga kesal ngedengarnya. Emang Kak Reza, belum cerita apa gimana ya? Aurel juga udah bilang kalau Kak Andin udah nikah, tetapi ntuh anak nggak percaya. Ck! Nyebelin. Kakak juga tahu kan, kalau Aurel sama dia nggak pernah akur."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...