CHAPTER 87

4.8K 419 24
                                    

"Rafa, biji ketapang apa kabar? Haha." Firman bertanya kepada Rafa dengan tawanya. Ia duduk di kursi belakang Rafa bersama Sarah. Ia sangat penasaran dengan kondisi sahabatnya itu.

Ya, bagaimana tidak begitu mereka tahu bahwa sudah waktunya berangkat, dan pesawat sudah siap. Andin, sahabatnya itu terlihat gugup. Kita semua tahu bahwa sahabatnya itu terlihat ketakutan, tetapi Rafa, suaminya sekali sahabatnya itu langsung saja membopong Andin menuju pesawat.

Rafa berdecak. "Panggil dia Andin. Udah gue peringatkan beberapa kali." Ia terlihat kesal. Sahabatnya itu sudah ia peringatan, tetapi tetap saja menganggilnya seperti itu.

"Ok, ok, sorry. Andin udah tidur?" tanya Firman kembali. Walaupun tawanya tetap terdengar.

"Hmm."

Tidak lama Rafa melihat Andin yang tertidur di sampingnya sambil memeluk lengannya erat. Bahkan ketika ia berusaha melepaskan tangannya yang di peluk erat oleh istrinya terusik, dan kembali memeluk lengannya tidak kalah erat.

Tentu saja Rafa dengan cepat menepuk-nepuk bahu Andin lembut. Ia tidak ingin membangunkannya. Ya, walaupun ia akan merasakan keram setelahnya. Itu tidak apa-apa baginya.

"Aduh pacar gue juga tidur nih, Raf. Sumpah, masih nggak nyangka kalau gue beneran pacaran sama Sarah."

Rafa yang mendengar ucapan Firman mengangkat salah satu alisnya, tidak lama ia menahan senyum, dan menganggukkan kepalanya.

"Nanti setelah lo kita berdua nyusul. Lo datang ke pernikahan gue ya, haha."

"Hmm." Rafa mengangguk, dan tertawa geli atas ucapan sahabatnya itu. Tentu saja ia mengamini ucapan sahabatnya itu di dalam hatinya.

Tidak lama mereka semua tertidur lelap. Mereka hanya membutuh waktu satu jam lima puluh lima menit.

"Mas, aku pengen pipis."

Andin terbangun di sela tidurnya. Ia menggoyangkan lengan berotot Rafa, tetapi matanya tetap tertutup ia sangat takut untuk membuka matanya.

"Ayo, aku antar, tetapi sebelum itu buka mata kamu dulu."

Andin menggigit bibirnya. "Aku takut."

"Kita sudah di atas. Nggak ada guncangan seperti kita akan lepas landas. Jadi, buka mata kamu."

"Nggak bisa, Mas. Aku takut." Andin menggelengkan kepalanya kuat. Ia sangat takut untuk membuka matanya.

"Ya sudah aku tuntun kamu sampai ke kamar mandi."

"Iya." Andin mengangguk antusias. Kedua tangannya tidak pernah lepas dari lengan Rafa.

"Eh! Mau ke mana lo berdua?" tanya Raka kepada Andin, dan Rafa ketika ia melihat kedua sahabatnya itu berjalan melewatinya.

Diki, dan Kayla yang sedang mengobrol menikmati makanannya terhenti ketika mendengar ucapan Raka.

"Kamar mandi," jawab Rafa singkat.

"Andin, woy! Buka itu mata. Kenapa lo tutupin aja. Haha." Diki tertawa diakhir ucapannya.

"Mas," panggil Andin kepada Rafa. Ia menghentakkan kedua kakinya kesal ketika mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Diki." Rafa menatap sahabatnya itu tajam.

Kayla, pacar Diki dengan cepat mencubit pinggang Diki gemas. Sementara Diki merintih kesakitan. "Aw ... sakit yang." Ia mengelus pinggangnya.

"Rasain," kata Kayla kesal. Setelah itu ia melihat punggung Andin, dan Rafa yang sudah menjauh dari pandangnya.

"Sudah sampai. Sekarang buka mata kamu, dan sana masuk," kata Rafa sambil melepaskan pelukan tangan Andin di lengannya.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang