CHAPTER 27

19.6K 1K 25
                                    

"Gue janji. Gue akan putusin Reza, tapi tadi ntuh timingnya benar-benar nggak tepat." Andin berusaha menjelaskan ke Rafa.

"Kita balik," ucap Rafa sambil menghidupkan mobil.

Rafa tidak mendengarkan ucapan Andin dan ia tidak membalas ucapan Andin.

"Rafa... Lo marah?"

"YAKHH!!! RAFA! APA YANG LO LAKUIN?!"

****

Rafa langsung saja merebut dan membuang boneka pemberian dari Reza ke belakang kursi penumpang yang dimana boneka tersebut sedang dipeluk oleh Andin.

"RAFA!" Andin berteriak marah. Ia tidak percaya dengan apa yang Rafa lakukan. Benar. Rafa marah terhadap dirinya.

Kasihan kamu. Andin menatap boneka yang tergeletak di kursi belakang dengan tatapan nanar yang di sana boneka tergeletak dengan sangat tidak etis.

"Kenapa? Masih mending gue buang kebelakang kursi. Coba kalau gue buang ke luar ke jalan. Mau lo?"

Andin cemberut ia mengumpati Rafa di dalam hatinya.

"Apa?" tantang Rafa. Ia menatap Andin tajam yang membuat Andin menciut.

Ya, setidaknya itu lebih baik. Andin meyakinkan dirinya.

"Ng-nggak he..." ucap Andin terbata sambil menyengir.

Di dalam hatinya ingin meronta-ronta teriak ke Rafa, tetapi ia tidak ingin Rafa bertambah marah karena Rafa kalau sudah marah serem dan Andin takut. Lebih baik ia diam dan mengalah.

Andin salah. Ya, ia mengaku salah. Padahal Rafa sudah memintanya untuk putuskan Reza ketika ia mengirimi Andin pesan, tetapi Andin saja yang selalu mengulur-ulur waktu.

"Nanti gue beliin boneka Pikachu yang banyak," kata Rafa sambil menjalankan mobilnya.

"Gue nggak suka ada barang orang lain tinggal di apartemen gue, apalagi itu ada barang pemberian dari orang yang gue benci."

Andin terdiam dan seketika ia menatap Rafa. Andin tahu siapa yang Rafa maksud.

"Tapi, itu kan apartemen gue juga."

Andin tidak terima atas ucapan Rafa. Bagaimanapun itu juga apartemen miliknya. Tidak. Lebih tepatnya milik mereka berdua karena sebagai hadiah pernikahan mereka.

Apa-apaan dia. Ckk!! Andin berdecak di dalam hatinya.

"Mulai besok lo pakai cincin pernikahan kita."

"APA?!"

Andin terkejut atas ucapan Rafa. Mereka memang setelah menikah dan pindah ke apartemen sudah tidak menggunakan cincin pernikahan karena orang tua mereka sedang tidak memperhatikan.

"Biar Reza dan teman-teman kita tahu kalau kita sudah menikah."

Mati gue. Andin merutuki dirinya di dalam hati.

"A-PA?!"

Andin tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rafa.

"Pembicaraan selesai. Gue lagi nyetir, nanti dilanjut ketika sampai apartemen." Ingin sekali Andin mencakar wajah Rafa itu.

Sabar Andin sabar, tidak boleh emosi. Andin menyemangati dirinya sendiri agar tidak marah. Diam-diam Rafa tersenyum simpul.

Di dalam mobil menuju apartemen mereka hanya diam tidak ada yang membuka pembicaraan diantara mereka berdua.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang