CHAPTER 36

19K 1K 58
                                    

"Aw..."

Rafa merintih kesakitan ketika Andin mengompres luka di wajahnya menggunakan es batu. Setelah kepulangan dari apartemen Raka, Andin langsung saja menyeret Rafa duduk di sofa.

Awalnya Rafa menolak dengan alasan bahwa ia baik-baik saja. Bahkan, Brian mengiriminya pesan dan mengancam untuk tidak lupa mengompres lukanya jika tidak ia akan marah juga seperti kedua temannya yaitu Raka dan Diki. Dasar Rafanya saja, justru ia malah bersikap masa bodo. Padahal sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan dirinya. Andin jadi kesal sendiri.

"Tinggal bilang aja udah di kompres dan selesai."

"Nggak bisa begitu!"

"Ya, bisa dong. Lagi pula, kita besok libur."

Andin tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rafa. Kuliah mereka memang hanya sampai hari kamis dan selebihnya libur, tetapi Andin tidak menyerah. Dengan jurus andalan miliknya yaitu puppy eyes Rafa akhirnya luluh.

"Pelan-pelan."

Andin cemberut sambil mengompres luka Rafa.

"Bukannya nggak sakit?" Rafa mendengus atas ucapan sindiran Andin.

Rafa memperhatikan Andin yang dengan telaten mengompresnya dengan hati-hati. Sebenarnya ia kurang fokus kepada Andin karena ia terus saja memperhatikan bibir Andin yang rasanya ingin Rafa cicipi itu. Lebih baik ia memejamkan matanya supaya ia tidak terus memperhatikan bibir Andin itu.

"Raf, maaf."

Rafa membuka matanya atas ucapan Andin. Ia mengernyit.

"Semua ini salah gu—"

Rafa menyentil dahi Andin yang membuat Andin mengaduh kesakitan.

"Bodoh, mau sampai kapan lo minta maaf terus. Hmm?"

"Gue..."

Rafa melihat Andin yang sedang menunduk bersalah. Ia mendengus karena Andin terus menyalahkan dirinya dan Rafa hanya ingin melupakan kejadian hari ini yang menurutnya sangat berat.

Rafa berpikir bagaimana Raka, sahabat satunya itu bisa memaafkan dirinya terlebih lagi Diki. Buktinya saja mereka berdua tidak menatapnya ketika ia dan Andin begitu sampai di apartemen Raka.

"Udah, cepat kompres gue lagi."

"Tuh kan gara-gara gue wajah lo jadi Bony... He..." Andin tidak melanjutkan perkataannya karena Rafa menatapnya tajam. Ia tersenyum kikuk dan dengan cepat mengompres luka Rafa kembali.

Rafa menahan senyum dan tidak lama ia merintih kesakitan karena menggerakkan wajahnya. Andin dibuat panik seketika.

"Kenapa? Apakah masih ada yang sakit? Dimana? Oh astaga... Kenapa jadi bengkak. Perasaan tadi udah di obati di kost-an Sarah."

Rafa hanya diam ketika ia melihat kepanikan dan kekhawatiran di wajah cantik Andin.

"Lo sih bandel." Andin memukul bahu Rafa yang membuat Rafa mengadukan kesakitan.

"Kenapa?" Dahi Rafa mengernyit.

"Coba kalau lo di kompres begitu kita pulang dari kost-san Sarah dan lo nggak mendengarkan perkataan Bunda gue tadi pasti nggak akan kayak gini." Andin menatap Rafa kesal.

Lagi dan lagi Rafa terdiam ketika Andin memarahinya. Ada kesenangan di dalam hatinya.

"Gue nggak bisa ngebayangin gimana reaksi keluarga lo khususnya nyokap lo begitu kita pulang besok dan melihat wajah anaknya luka-luk—"

Rafa langsung saja membungkam bibir Andin dengan bibirnya. Andin membulatkan matanya dan kain lap untuk mengompres luka Rafa yang ia pegang terjatuh. Rafa mengulum bibir Andin dengan lembut. Bahkan Andin sampai menutup matanya merasakan sensasi bibirnya yang di kulum oleh Rafa.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang