CHAPTER 71

6.3K 625 34
                                    

"Ndin, gue mau pulang. Lepasin tangan lo."

"Nggak mau."

Andin semakin mengeratkan pelukannya kepada Raka. Ya, Andin sedang memeluk Raka erat. Ia bahkan menyandarkan kepalanya di bahu Raka.

Rafa yang melihat di depannya terasa panas. Bisa-bisanya Andin mengidam ingin memeluk Raka. Ia hanya bisa bersabar saat ini.

Semua teman-temannya memang sudah pulang. Hanya Raka, yang tinggal seorang diri. Sementara Diki pergi setengah jam yang lalu.

Flashback

"Kalau gitu kita semua pulang Ndin, Raf," pamit Kayla kepada Andin, dan Rafa. Ia mewakili semua teman-temannya.

"Iya, makasih. Maaf Kay, ngerepotin," kata Andin kepada Kayla. Ini kali kedua ia merepotkan sahabatnya. Dulu, ingin membuatkan cake, dan sekarang membuatkan bubur.

"No, kita yang ngerepotin sebenarnya mah. Udah berisik, ngeberantakin tempat tinggal lo pula." Teman-temannya mengangguk setuju atas ucapan Kayla.

"Tapi kan sama lo semua di beresin lagi. Bahkan, piring kotornya juga di bersihin. Makasih ya," timpal Andin dengan cepat. Semua teman-temannya mengangguk.

"Udahlah, pokoknya kita ntuh mau pulang. Udah sore juga," tukas Sarah.

"Yaudah, kalian semua hati-hati di jalan." Andin, dan Rafa mengangguk setuju.

"Lo jangan mirikin yang aneh-aneh. Bumil harus selalu bahagia, oke sayang."

Andin mengangguk, dan tertawa atas ucapan Sherly.

"Lo berdua mau kemana?"

Andin dengan cepat menahan pergelangan tangan Raka, dan Diki. Semua yang berada di sana mengernyitkan dahi.

"Mau pulang," jawab Diki polos, dan angguki oleh Raka.

"Lo berdua jangan pulang dulu. Gue masih ada urusan," kata Andin kepada Raka, dan Diki.

"Oke," setuju Raka. Ia kembali duduk di sofa. Ya, ia tidak masalah. Lagi pula, mereka tinggal dalam satu apartemen yang sama. Tinggal naik beberapa lantai sudah sampai apartemennya.

"Sekarang? Nggak bisa. Gue harus anterin pacar gue ke rumahnya." Diki menolak.

"Nggak apa-apa yang. Aku bisa pulang sama Lisa," sambar Kayla dengan cepat.

"Itu benar. Pacar lo biar sama gue."

"Jagain pacar gue. Awas lo kalau kenapa- kenapa."

"Iya, bawel," kata Lisa. Ia memutar bola mata malas.

"Kita pulang. Assalamualaikum," pamit Kayla. Sebelum pergi tentu saja salaman seperti biasa.

"Waalaikumsalam," jawab Andin, Rafa, Diki, dan Raka secara bersamaan.

Setelah itu semua teman-temannya pulang meninggalkan Raka, dan Diki

"Jadi?" tanya Diki.

"Mau seblak, dan gue maunya lo yang beli," kata Andin kepada Diki. Andin menyengir.

Rafa, dan Raka yang mendengarnya tertawa.

"Lah itu laki lo ada. Kenapa harus gue yang beli?!" Diki terlihat kesal. Bagaimana tidak, ia yang seharusnya pulang bersama Kayla, justru harus tertahan di sini.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang