"Kamu kenapa hari ini banyak diam, kamu lagi ada masalah?"
"Eh! Iya?"
"Iya, kamu kenapa? Sini cerita sama aku, kali aja aku bisa bantu."
Andin hanya memutar sedotan didalam minumannya. Tidak lupa juga ia menggigit bibirnya. Bagaimana pun juga Reza tidak boleh tahu tentang perjodohannya bersama Rafa.
Memang, setelah menonton mereka memutuskan untuk makan, tetapi betapa terkejutnya Reza ketika Andin hanya memesan minuman saja.
"Kamu juga hari ini tumben nggak pesan makanan, cuman hanya minuman. Kamu kan biasanya selalu semangat jika tentang makanan. Kamu nggam seperti biasanya."
Andin tersenyum kikuk kepada Reza.
"Tadi pas kita nonton juga, kamu nggak menikmati filmnya. Ditambah, ketika makan popcorn juga kamu tumben belom habis. Biasanya sudah habis sebelum film dimulai." Andin hanya meringis atas penuturan Reza.
"A-aku baik-baik saja, Aku sudah kenyang tadi makan di rumah, sebelum ketemu kamu hehe." Reza tampaknya belum puas atas jawaban pacarnya tersebut.
"Pulang sekarang yuk, sepertinya aku tidak enak badan," ajak Andin ke Reza.
Andin sepenuhnya tidak berbohong. Kepalanya terasa pusing, sepertinya ini efek karena dirinya tidak bisa tidur semalam dan juga kepalanya terus saja memikirkan tentang perjodohan dirinya dengan Rafa.
"Yasudah ayo." Reza langsung membawa Andin menuju basement tempat parkir di dalam mall tersebut. Tidak lupa menggenggam tangan Andin disetiap perjalanan menuju basement.
Tidak beberapa lama akhirnya mereka berdua sampai di basement. Andin dan Reza segera masuk mobil. Tidak lupa juga Reza membukakan pintu untuk Andin. Andin dibuat terpaku sebentar.
"Kenapa?" tanya Reza bingung
"Nggak." Andin hanya menggelengkan kepalanya. Sepertinya ia akan kehilangan moment seperti ini lagi.
"Bukannya aku setiap jalan kamu akan seperti ini?"
"Iya." Andin mengangguk. Ia tersenyum manis. Setelah itu ia segera masuk mobil dan ia duduk di kursi kemudi.
"Kamu seriusan baik-baik saja? Aku khawatir. Apa karena kamu begadang semalam? Nonton film kesukaan kamu itu."
"Maksud kamu?" dahi Andin mengernyit.
"Film yang menurut aku wajahnya sama semua itu."
Tidak lama Andin tertawa. Ia suda mengerti apa yang Reza katakan barusan.
"Kan aku sudah bilang, jangan suka bergadang, nggak baik buat kesehatan kamu. Aku nggak mau kalau kamu sakit, seperti sekarang ini." Reza sambil menggenggam erat jemari Andin.
Biarkan saja Reza berpikir seperti itu. Ya, pacarnya tersebut sudah tahu kebiasaan Andin yang buruk. Karena sesungguhnya bukan masalah ia menonton film kesukaanya itu, tetapi ia tidak bisa tidur, karena terus memikirkan perjodohan dengan Rafa.
"Atau kamu semalam ngerjain tugas yang deadline? Dari tugas dosen siapa lagi. Kamu kan memang seperti itu. Kebiasaan."
Andin hanya terkikik geli mendengar ucapan Reza.
"Yasudah, besok-besok kalau ada tugas kasih tahu aku, biar aku bisa bantu kamu ngerjain tugas, atau nggak aku akan tanya teman kamu, kamu ada tugas atau nggak di hari pelajaran itu."
Lihat, Andin semakin tidak tega untuk memutuskannya. Reza sangat baik, dan perhatian kepadanya.
"Kalau memang benar kamu habis mengerjakan tugas deadline, Aku minta maaf. Tadi saja kita nggak usah keluar biar kamu bisa tidur, dan istirahat. Maaf kan aku," sesal Reza sambil mencium kedua tangan Andin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...