CHAPTER 57

22.3K 1K 126
                                    

Andin bersama teman-temannya sedang menuju kantin yang di mana ia tahu bahwa Rafa dan teman-temannya sedang kumpul disana. Ketika Andin sudah sampai ia melihat Rafa beserta teman-temannya yang lain sudah lebih dulu berada disana.

Bruk!

Sarah dan Sherly melempar tas mereka ke atas meja dengan kasar dan hal itu membuat Rafa dan kelima temannya berlonjak kaget.

"Woy! Pelan-pelan," seru Diki kepada Sarah dan Sherly.

"Oh, astaga ... minuman gue," kaget Brian dan Raka.

"Yang, pelan-pelan." Rizky memperingatkan Sherly untuk hati-hati, tetapi tidak didengarkan oleh Sherly.

Keempat teman Andin ikut bergabung dan duduk dengan wajah kesal. Sementara Andin tertawa. Berbeda dengan Rafa dan teman-temannya. Mereka saling pandang.

"Jauh juga," kata Lisa setelah ia duduk di tempat duduknya sambil menatap Brian dan Raka kesal.

"Tapi gelas kita semua bergetar. Untung nggak tumpah. Ckk!" decak Raka, tetapi Lisa seakan tidak perduli atas ucapannya.

"Ada apa? Kenapa wajah kalian semua terlihat kesal?" tanya Firman mewakili teman-temannya yang lain.

"Bby, ada apa?" tanya Firman kembali, tetapi ia bertanya kepada Sarah.

Sarah sudah tidak perduli atas panggilan Firman kepada dirinya. Ia sudah beberapa kali memarahi Firman untuk tidak memanggilnya seperti itu. Firman-nya saja yang bandel dan akhirnya ia sudah lelah dan tidak ambil pusing.

"Sahabat lo ini, astaga ...!" jawab Sarah sambil menunjuk Andin. Ia menghela napas kasar.

"Emangnya Andin kenapa?" kali ini Brian yang bertanya kepada teman-teman Andin.

Brian menatap Andin seolah bertanya apa terjadi lewat tatapan matanya, tetapi Andin hanya mengangkat bahu sambil terkikik geli.

Rafa juga melakukan hal yang sama kepada Andin, tetapi Andin menggelengkan kepalanya dan tertawa.

"Sahabat lo ini tadi hampir saja ketahuan nyontek di gue. Astaga! apa semalam lo nggak belajar sama sekali?!" tanya Kayla kepada Andin. Ia terlihat frustrasi di tempat duduknya dan Diki sang pacar dengan cepat mengelus tangannya untuk menenangkan Kayla.

"Emang udah gila dia tuh, masih aja cengengesan. Benar-benar minta di tampol," kata Sarah dan diangguki ketiga temannya.

Andin tertawa atas ucapan Sarah dan hal itu semakin membuat Kayla dan ketiga temannya mendengus.

Itu memang benar. Tadi ia hampir saja ketahuan menyontek ketika ulangan berlangsung, tetapi untung saja Sherly dengan cepat menarik kursi tempat duduknya. Awalnya ia terlihat kaget dan syok, tetapi setelah sahabatnya itu memelototinya dan menyuruhnya menatap ke depan yang dimana sang dosen sedang memperhatikan dirinya. Astaga, ia menyengir pada saat itu dan untung saja kertas ulangannya tidak diambil dan diusir dari kelas. Andin bersyukur untuk itu.

"Uhuk ... uhuk ..."

Rafa tersedak minumannya sendiri ketika ia mendengar ucapan Kayla dan hal itu membuat dirinya menjadi pusat perhatian teman-temannya.

"Pelan-pelan." Andin menepuk-nepuk bahu Rafa pelan. Ia terlihat khawatir. Bahkan ia sesekali mengelus punggung Rafa.

"Sudah, sayang." Diki menenangkan sang pacar yang dimana Kayla masih terlihat kesal.

"Sahabat kamu," tunjuk Kayla kepada Diki sambil menunjuk Andin. Diki hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Apa itu benar?" bisik Rafa kepada Andin.

My Perfect HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang