"Raf, ingat. Jangan terlalu banyak untuk berbelanja warna hijau terus. Cukup waktu itu saja dan sekarang jangan." Andin memperingatkan Rafa untuk yang kesekian kali.
Andin dan Rafa setelah pulang menginap dari rumah kedua orangtua mereka. Mereka memutuskan untuk mampir ke supermarket karena sekalian mereka ada di luar dan kebetulan stok persediaan bulanan mereka sudah mulai menipis.
"Sayuran kaya akan vit—"
"Oke, i know. Sudah jangan dibicarakan lagi." Andin sudah muak jika membicarakan akan vitaman sayuran karena baginya Rafa akan terus menceramahinya dan ia tidak suka itu.
"Gue ke tempat sayuran dan buah-buahan dan lo belaja cemilan. Ingat, banyakin ice cream karena gue suka banget sama makanan manis itu."
"Kenapa nggak sama-sama aja? Kenapa harus sendiri-sendiri?"
"Gue pengen cepat rebahan. Rasanya badan mau copot."
Andin tidak sepenuhnya berbohong. Berlama didalam mobil membuatnya terasa pegal.
"Lo harus masakin gue dan kita harus belajar nanti."
"Itu mah sudah pasti. Aduh... Kenapa besok harus ulangan sih?!"
"Semangat," kata Rafa sambil mengacak rambut Andin tidak lupa dengan senyuman hangatnya. Setelah itu ia pergi ke rak khusus makanan sambil membawa troli.
Andin terdiam dan tidak lama ia tersenyum sambil menyentuh rambutnya. "Ckk! Rambut gue kan jadi acak-acakan." Andin kesal di mulutnya, tetapi berbeda dengan hatinya. Ia merasa senang dan berbunga-bunga?
"Belanja apa dulu ya?" gumamnya.
Andin dengan cepat memilih sayuran yang berwarna hijau. Hanya saja tidak sebanyak Rafa waktu itu. Cukup lama ia berbelanja dan tidak terasa troli yang Andin bawa sudah terisi penuh. Kini ia tinggal menunggu Rafa yang sedang berbelanja snack. Agar tidak terasa bosan ia bermain ponsel.
Puk!
Andin dibuat terkejut dengan seseorang yang tiba-tiba menepuk bahunya. "Rafa... Kenapa lama baget sih?! Gue kan ud—"
Ucapan Andin terhenti ketika ia sudah sepenuhnya menatap seseorang yang sudah menepuk pundaknya. Ia terkejut bahkan ia membelalakkan kedua matanya.
"Andin? Lo benar Andin kan?"
"Mo-mo-mona..."
Entah kenapa kenangan buruk sewaktu disekolah berputar kembali di dalam kepalanya. Ia sudah melupakan kejadian itu dalam-dalam, tetapi setelah ia bertemu dengan Mona kembali setelah beberapa tahun yang lalu ia jadi menginganya kembali.
"Iya, ini gue Mona Ndin, teman SMA lo. Astaga... Gue nggak nyangka bisa ketemu lo di sini." Gadis itu terlihat senang ketika bertemu kembali dengan Andin. Sementara Andin terdiam. Ia menatap kosong lawan bicaranya.
"Gue pikir bukan lo ternyata setelah gue dekati ternyata benar lo. Lo ke sini sama siapa? Sama Rafa, kan? Lalu sekarang dia kemana? Kenapa lo bisa sendirian disin...ni." katanya kembali sambil mengedarkan pandangan ke supermarket tempat mereka berbelanja, tetapi tidak lama ia terkejut karena Andin dengan cepat melepaskan genggaman tangannya dan menghindarinya.
"Ndin, gue..."
"STOP! JANGAN DEKAT-DEKAT SAMA GUE?!"
Andin berteriak kepada Mona ketika ia ingin mendekati Andin dan Mona mau tidak mau mengurungkan niatnya.
Mata Andin tiba-tiba berkaca-kaca.
Seketika mereka menjadi pusat perhatian. Orang-orang yang sedang berbelanja dan memilih sayuran terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...