Sudah hampir dua minggu Rafa dan Andin tinggal di apartemen yang berada di Jakarta Pusat ini dan Andin bersyukur selama ini Raka belum memergoki ataupun melihat Andin dan Rafa berkeliaran di apartemen tempat Raka tinggal.
Seperti biasa setiap pagi Rafa dan Andin akan pergi ke kampus. Andin masih tetap sama ketika ia baru pertama kali menginjakkan kakinya di sini, ia akan merasa gelisah jika akan keluar, atau pun masuk apartemen.
Memang, orang kalau punya salah suka malu ataupun takut untuk bertemu dengan orang itu, seperti Andin contohnya. Ia merahasiakan kepada teman-temannya tentang pernikahannya dengan Rafa. Andin saja bingung bagaimana reaksi teman-temannya nanti jika Andin dan Rafa sudah menikah tanpa sepengetahuan teman-temannya.
"Lo ngapain sih!" ucap Rafa kesal.
"Gue lagi mikir." Andin gelisah di tempatnya.
"Mikir apa an? buruan gue udah kesiangan."
Rafa menatap Andin jengah. Bagaimana tidak. Mereka berdua sedang berada di depan lift untuk berangkat ke kampus, tetapi masalahnya Andin itu terus saja berjalan kesana kemari.
"Bagaimana kalau kita naik lift ketemu Raka dan juga di basement." Andin menatap Rafa horror.
"Bagaimana ini Raf?" Andin tidak bisa membayangkannya.
Rafa masih tetap di posisi yang sama, yaitu bersedekap. Ia bersandar disamping lift dan menatap Andin di depan sana yang tetap sama dengan beberapa menit yang lalu. Jalan ke sana kemari, jelas tampak terpancar raut kegelisahan dari wajah cantiknya.
Memang selama Rafa dan Andin tinggal di apartemen yang sama dengan Raka. Andin merasa was-was dan berpakaian lengkap jika mereka ingin keluar. Bahkan Andin pernah menghubungi Raka untuk mengatakan keberadaannya dengan alibi hanya sekedar ingin mengajaknya minum secangkir kopi dan bahkan mengatakan kegiatannya sedang apa hari ini.
"Lo aneh nanyain gue ada di mana akhir-akhir ini, apa terjadi sesuatu?"
"Hah! Nggak apa-apa, gue cuman nanya aja hehe."
"Ckk! Nggak jelas lo."
Tut.
Andin mengingat kembali percakapan telepon sewaktu Raka yang merasa aneh karena Andin tiba-tiba menghubunginya dam menanyakan keberadaannya akhir-akhir ini dan tidak lama panggilan di akhiri secara sepihak oleh Raka.
Apakah Andin sudah memberitahu bahwa Raka ini sebelas dua belas dengan Rafa. Mereka sama-sama menyebalkan menurut Andin. Rafa dan Raka suka mengakhiri panggilan secara sepihak tanpa menunggu lawan bicara membalas ucapan selanjutnya.
"Ini nggak bisa di biarin." Andin bergumam dan setalah itu mondar-mandir kembali yang membuat Rafa menghela nafas kasar.
"Bukannya lo udah menerima pernikahan ini, lalu kenapa lo masih begini."
"Iya, emang udah, tapi untuk teman-teman gue masih belum siap untuk kasih tahu dan bukankah kita sudah membahasnya waktu itu."
"Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya akan tercium juga." Andin terdiam atas ucapan Rafa. Ia menatap Rafa sedih.
"Lo pasti tahu kan arti pepatahnya apa?" Andin mengangguk atas ucapan Rafa.
Kejahatan tersebut tidak mungkin selamanya ditutupi, suatu saat akan terungkap juga. Ya, Andin tahu artinya sangat tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband
RomancePerjodohan yang sudah ada sejak lahir, sepasang sahabat menjodohkan anak mereka jika mereka sudah bertumbuh dewasa. "Senyum dikit kek kaku amat kek triplek," Andini Putri Hermawan. "Diam, atau lo mau gue cium," Rafa Fauzan Kamil. WARNING! 🚨 SUKA ME...