Selamat malam minggu para reader.
Selamat membaca...Author POV
Semester barupun tiba, seperti biasa Zia akan di antar sendiri oleh Lexa sedangkan Tantri di suruh menggunakan angkutan umum ke sekolahnya. Terlihat jelas perbedaan yang dilakukan Lexa pada mereka. Lexa tidak mau memberikan fasilitas apapun untuk orang lain, dia hanya akan memberikan yang terbaik untuk orang terdekatnya saja.
Lexa telah mengutus anak buahnya untuk mengurus masalah sekolahnya Tantri sehingga bisa di terima walau tidak mengikuti semester sebelumnya, dia masuk ke SMA kelas 1 sama seperti Zia juga karena dia terakhir hanya menamatkan pendidikan SMP saja.
Tantri merasa iri dengan Zia yang bisa menggunakan mobil untuk ke sekolahnya sedangkan dia hanya naik angkutan umum. Dia makin bertekat untuk bisa diperlakukan seperti Zia nantinya, dia juga ingin bisa menggunakan mobil untuk bepergian ke sekolah dan menggunakan pakaian branded.
Setelah makan malam selesai, Tantri ingin mengajak ngobrol Lexa.
"kak Lexa bisa kita ngobrol berdua?" tanya Tantri saat melihat Lexa mau berjalan ke atas.
"sayang kamu ke atas duluan yah, ada yang perlu di selesaiin dulu ini" ucap Lexa lembut ke Zia
"aku tunggu di kamar, jangan lama-lama yah mom" ucap Zia lalu berjalan ke atas dan Lexa hanya mengangguk sambil tersenyum.
"mau ngomong apa? Langsung ke intinya aja" ucap Lexa to the point.
"kak kenapa perlakuan kakak ke aku dan Zia berbeda?" tanya Tantri.
"pasti beda lah, dia orang terdekat saya dan saya sayang dengan dia" ucap Lexa.
"bisakah aku juga diperlakukan sama sepertinya?" tanya Tantri yakin.
"sepertinya sih ga akan pernah bisa" ucap Lexa dengan senyum miring.
"aku bisa melakukan apapun buat kakak, bisa kasih yang lebih baik pastinya buat kakak dibandingkan dengan Zia. Aku juga bisa lebih dewasa dari dia, ga akan manja dan kekanak-kanakan kaya dia" ucap Tantri lagi.
"kamu ga mungkin bisa menggantikan dia ataupun saya bersikap sama ke kamu kaya saya bersikap ke Zia. Kamu juga ga berhak mengomentari sikap Zia ke saya seperti apa. Yang pasti saya dengan senang hati menerima sikap dia seperti itu" ucap Lexa tegas.
"aku ini kan merupakan keluarga kakak juga walaupun jauh, sedangkan dia hanya orang asing yang tidak tau asalnya kaya gimana. Siapa tau dia mau memanfaatkan kakak, dia kan sering menggunakan uang kakak yang nominalnya ga sedikit juga kaya kemaren pas kita jalan bareng bertiga" ucap Tantri
"kamu ga ada hak mengatur apa yang perlu saya lakukan walaupun kamu keluarga saya, kedua orangtua saya pun tidak melarang saya melakukan itu pada Zia malahan mereka mendukung. Masalah uang saya ga pernah pikirin selama masih dalam batas wajar pembeliannya, Zia juga tau apa saja yang dia beli tidak sembarang membeli barang" ucap Lexa tidak terima
"apa yang harus aku lakukan untuk bisa di perlakukan seperti Zia?" tanya Tantri.
"ga ada yang perlu kamu lakukan, walau kamu melakukan apapun itu tidak akan bisa merubah perlakuan saya ke kamu" ucap Lexa meninggalkan Tantri naik ke atas.
"aku akan buat kak Lexa menjauh dari Zia dan kakak bisa memperlakukan aku seperti ke Zia. Aku juga bisa menikmati kehidupan yang lebih baik lagi nantinya kalau bisa seperti Zia, ga perlu bekerja lagi tapi semua terpenuhi" ucap Tantri pelan memandang punggung Lexa.
Selama seminggu setelah kejadian itu, Lexa tidak pernah bertegur sapa dengan Tantri. Tantri selalu berusaha mendekati Lexa dan memberikan perhatian-perhatian sedangkan Lexa hanya cuek saja dan tidak pernah membalas pesan yang dikirimkan oleh Tantri.
Hari ini Lexa lembur bertemu klien dan sedikit mabuk, dia membutuhkan pelampiasan karna sudah lama juga dia tidak bermain dengan cewek di luar sana. Dia teringat ada Tantri di rumahnya, lumayan tidak perlu mengeluarkan biaya dan sang bunda juga setuju-setuju saja dia melakukan itu pada Tantri. Tidak lupa Lexa memberi kabar pada Zia untuk tidur duluan tanpa perlu menunggunya pulang, Zia menuruti saja karena dia juga sudah cukup mengantuk efek sekolahnya yang sibuk hari ini.
Sampai di rumah Lexa menyuruh kepala asisten rumah tangga memanggil Tantri dan menyuruhnya masuk ke kamar yang biasa digunakan olehnya jika butuh pelepasan dan kepuasan. Kamar tersebut pastinya kedap suara jadi aman bila melakukannya hingga puas.
"kakak manggil saya?" tanya Tantri saat masuk kamar tersebut.
"iya saya panggil kamu. Lepas semua pakaian kamu tanpa ada yang tersisa" ucap Lexa sambil mengunci pintu dan mencabut kuncinya.
"kok saya harus lepas semua pakaian saya?" tanya Tantri bingung.
"kan dari awal saya sudah pernah bilang kamu harus menuruti semua perintah saya" ucap Lexa dingin
"tapi jangan hal ini kak, tolong" mohon Tantri takut.
"saya tidak menerima penolakan apapun. Mau kamu lepas sendiri atau saya yang melepaskannya?" tanya Lexa bersmirk.
"kak jangan lakukan itu pada saya" mohon Tantri menyilangkan tangan di dada.
"saya lagi butuh kepuasan saat ini, saya malas buat ke bar dan ada yang gratis juga di rumah ngapain harus keluarin duit" ucap Lexa mendekat hingga depan tubuh Tantri.
Akhirnya Tantri hanya bisa pasrah dengan keadaan saat ini, menerima semua perlakuan Lexa padanya. Tantri hanya bisa menangis meratapi keadaannya saat ini setelah Lexa puas dan meninggalkannya sendirian di kamar tersebut yang dengan keadaan sudah lemas dan sakit bagian bawahnya.
TBC
Maaf kalau ada typo.
Terima kasih yang telah membaca.
Saran kritik sangat membantu untuk bisa membuat lebih baik dan bagus kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Babygirl [END]
Fiksi UmumMenceritakan tentang seorang CEO bernama Lexa yang tertarik pada seorang gadis bernama Zia yang mengalami amnesia akibat kecelakaan. Ini cerita pertama semoga cocok dengan ceritanya. Jika ada kesamaan karakter ataupun cerita tidak ada unsur kesengaj...