2.4

28 12 0
                                    

Benar saja.. Wonwoo bergegas menuju ruangannya setelah berganti baju operasi.
Dia memakai kembali kemeja warna biru dan mengambil jas warna hitam yang tergantung di tempatnya.

Senyum di wajahnya yang tak bisa di sembunyikan.

"Wonwoo.." Panggil Mingyu setelah melihat sahabatnya keluar.

Wonwoo menatap Mingyu dengan senyum di wajahnya.
"Ada apa? Aku harus ke bandara sekarang.. Mungkin mereka sudah sampai,"

Ponsel Wonwoo? Jangan tanyakan kenapa Wonwoo tidak membuka pesan.

Orang tua Wonwoo selalu memberi kejutan dengan tidak memberikan kabar saat di bandara.. Jadi ketika Wonwoo sampai, mereka akan menyambutnya di depan pintu masuk.

"Kau.. Tidak membuka pesan dari paman dan bibi?" Tanya Mingyu.

Wonwoo menatapnya aneh.
"Mereka sudah sampai.. Pesawatnya berangkat kemarin malam, lagipula mereka memang tidak pernah bilang jika sudah sampai di korea," Jawab Wonwoo.

Mingyu diam.

"Ada apa? Kau aneh.." Wonwoo berbalik untuk bergegas, namun tangan Mingyu menahanya.

"Tunggu.."

"Ada apa?" Suara Wonwoo sedikit kesal.

Ada apa dengan Mingyu sampai dia menahanya seperti ini?

Mingyu masih diam, namun dirinya masih memegang ujung jas Wonwoo.

Seperti tercekat. Suara Mingyu tidak bisa keluar.

"Wonwoo.." Lirihnya.

Wonwoo masih menatap Mingyu yang bersikap aneh.
"Kau membuang waktu ku.." Wonwoo kesal.

Dengan tangan yang gemetar.. Mingyu menyerahkan ponselnya pada Wonwoo.

Akhirnya Wonwoo menuruti Mingyu, dia menerima ponsel itu.
"Video?"

Mingyu mengangguk dan menatap Wonwoo sendu.

Wonwoo menekan tombol play.

Itu video yang sama yang di kirim oleh ayah Mingyu.

Wajah cerah Wonwoo seketika menjadi pucat.

Ia hampir saja jatuh jika Mingyu tidak menahanya.

"Lelucon apa ini..?" Lirih Wonwoo.

"Apa itu terlihat seperti lelucon?" Mingyu berusaha meyakinkan Wonwoo.

Mingyu memang suka bercanda.. Dan itulah kenapa Wonwoo menanyakan hal itu.

"Jangan membodohiku Kim.." Mata Wonwoo mulai memanas.

"Aku tidak bercanda.." Lirih Mingyu. Jujur saja.. Air mata Mingyu rasanya ingin keluar.. Tapi dia berusaha menahanya di depan Wonwoo.

Tanpa menjawab, Wonwoo pergi begitu saja. Dia berlari menuju mobilnya.

Mingyu mengikuti Wonwoo, dia harus mendampingi sahabatnya itu.

Bukti adalah senjata kebenaran yang kuat. Bukan opini yang bisa di buat dengan pikiran kosong.

Tidak terpikirkan untuk memberitahu Caibing.. Wonwoo membiarkan ponselnya terus menyala karena panggilan dan pesan darinya..

Mingyu memberitahu soal ini pada Caibing.. Dan sepertinya wanita itu baru membaca pesan nya.

Wonwoo tidak bisa fokus menyetir.. Terbukti beberapa kali dia hilang kendali dan Mingyu berusaha menenangkan, walau itu sia-sia.

Ckiitttttt.

Suara gesekan ban mobil pada aspal bandara.

Wonwoo menghentikan mobilnya sembarang.. Sudah banyak orang yang berada di depan atau pun luar bandara.. Menunggu kejelasan dan kabar tentang keluarga mereka yang terlibat insiden kecelakaan ini. 

Wonwoo menerobos ke dalam kerumunan pemberitahuan bandara itu.

"Daftar penumpang.. Apakah.. Ada penumpang yang selamat?" Tanya Wonwoo dengan khawatir.

"Maaf tuan.. Kami sudah jelaskan.. Jika pesawat kehilangan kontak di perairan laut lepas.. Sangat kecil untuk korban akan selamat.. Berdoa saja jika ada penumpang yang mungkin bisa selamat.." Jawab petugas itu.

Seolah kaki Wonwoo seperti kayu yang rapuh.

Dia terjatuh. Tatapan matanya kosong.

"Sangat kecil korban untuk selamat"

Mingyu kembali mencari Wonwoo setelah membawa mobil ke tempat yang benar.

Ia melihat Wonwoo yang terduduk di antara kerumunan itu.

"Wonwoo!" Dia menghampiri Wonwoo lalu membawanya ke tempat duduk.
"Apa hasilnya..?" Tanya Mingyu. Tatapan mata Wonwoo kosong.. Yang mengalir hanya air matanya.

Mingyu melihat kerumunan itu.. Sepertinya.. Ia tau jawaban Wonwoo..

Tidak mungkin ada korban yang selamat.

Mingyu membawa Wonwoo ke pelukanya.. Dan disana Wonwoo menangis tanpa suara..

Ayah dan ibunya mungkin juga tidak selamat.

Dia sudah menunggu 5 tahun untuk bertemu mereka lagi..

Apakah.. Ini adalah sebuah pertukaran?

Tuhan mengambil orang tua Wonwoo yang sangat dia sayangi.. Dan memberikan Caibing sebagai orang yang di cintainya.

Caibing sampai di bandara, dia berusaha menemukan Mingyu dan Wonwoo.

Sesekali dia mendekati 2 pria namun itu bukan mereka.. Hingga.. Dia melihat 2 pria yang duduk menghadap ke luar.

Caibing mendekat perlahan.. Dapat di dengar sayup-sayup suara pilu Wonwoo.. Air mata Caibing tak bisa berhenti.

Ia berdiri di depan Wonwoo, memegang bahu Wonwoo pelan.

Wonwoo menundukan kepalanya, menutup wajahnya dengan satu tangan..

Caibing langsung meraih tubuh Wonwoo dan memeluknya.

Ini adalah pertama kali Caibing memeluk Wonwoo dengan tulus.. Membalas pelukan yang Wonwoo berikan saat itu.

Wonwoo memeluk Caibing dengan erat.. Menumpahkan rasa sakit,pedih di hatinya.

Kedua kalinya Wonwoo menangis di hadapan Caibing.

Bukan berarti pria itu 'tidak bisa menangis' hanya pria yang berhati tulus dapat mengeluarkan air matanya.

Caibing mengusap lembut punggung Wonwoo yang bergetar.

Mingyu mengusap air matanya yang sejak tadi mengalir..

Seharusnya.. Hari ini Wonwoo mengenalkan Caibing pada orang tuanya.. Tapi.. Mereka harus berpisah lagi dengan cara yang berbeda.

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang