Matahari sudah tidak menampakan dirinya lagi.
Dan ini adalah waktunya mereka kembali ke Seoul setelah seharian berada di pantai Busan.
Sudah hampir 15 menit Wonwoo berada di luar mobil dengan ponsel yang masih berada di dekat telinganya, dia bilang itu dari Mingyu.
Caibing yang mulai bosan di dalam mobil pun perlahan memejamkan matanya, ia menyandarkan kepalanya pada kaca mobil yang tertutup itu.
"Mungkin aku akan sampai Seoul jam 10 malam, apa kau sudah paham apa yang aku jelaskan tadi?" Ucap Wonwoo.
"Jangan buru-buru pulang Jeon, nikmati waktu liburanmu, aku tidak akan menganggumu lagi," Terdengar suara tawa Mingyu dari seberang sana.
"Kau yang menelponku duluan bodoh."
"Maaf kan aku dokter Jeon, aku akan akhiri pembicaraan kita, berkendaralah dengan aman."
Pip.
"Bukankah aku sudah bilang padanya, semua materi ada di meja ku, dasar pelupa." Cibir Wonwoo dan masuk ke dalam mobil.
Saat masuk ke dalam mobil ia melihat Caibing sudah tertidur dengan seluruh rambut menutupi wajahnya.
Wonwoo tersenyum. Wonwoo tersenyum.
Dengan hati-hati dia menyibakan rambut Caibing ke samping.
Ia juga melepas kemeja luarnya untuk menutupi tubuh Caibing agar tidak kedinginan, dia juga mengecilkan ac di dalam mobil itu.
"Baiklah.. Kita pulang sekarang.." Ucapnya bermonolog sendiri.
Dia masih belum menyadari perasaanya.
Seoul.
Mereka sudah sampai, namun Wonwoo enggan membangunkan Caibing.. Dia tertidur pulas.
Sebenarnya, mereka sudah sampai di depan apartemen 30 menit yang lalu, namun Wonwoo tidak tega membangunkan wanita itu.
Hingga.. Caibing membuka matanya perlahan.
"Sudah bangun?" Tanya Wonwoo sambil tersenyum.
Caibing merapikan rambutnya,
"Maaf aku ketiduran..""Tidak masalah.. Kau tidur sangat pulas," Wonwoo mendekat ke arah Caibing.
"Aku mendengar dengkuran mu," Bisik Wonwoo.Caibing merasa malu. Wajahnya memerah.
"Maafkan aku.." Lirihnya.Wonwoo tertawa,
"Aku bercanda, kau tidur dengan nyaman jadi aku tidak tega membangunkanmu,"Caibing menatap Wonwoo.
"Bercanda mu tidak lucu,""Jangan serius begitu," Ucap Wonwoo menerima kemeja itu dari Caibing.
"Terima kasih untuk hari ini," Caibing tersenyum.
"Jika ada waktu.. Bisa aku bertemu denganmu lagi?" Wonwoo menatap Caibing.
Aku ingin mengenal dirimu lebih.
Lagi-lagi dia tidak sadar.
Yang di tatap mengangguk.
"Masuklah lalu istirahat.. Aku akan melihatmu dari sini," Wonwoo menatap Caibing yang berjalan masuk ke lobi apartemen itu.
Sesekali Caibing berbalik menatap Wonwoo, dan Wonwoo melambaikan tanganya.
Kenapa mereka berdua sangat imut..
Wonwoo melajukan mobilnya menuju apartemen.
Ia mengingat momen baru bersama Caibing. Untuk pertama kali Caibing menceritakan soal dirinya.
"Ini pertama kalinya aku pergi dengan seorang pria," Ucap Caibing memandang lurus ke arah pantai.
Wonwoo menatap Caibing dari samping.
"Kau pasti berpikir aku aneh ya?" Kini ia menatap Wonwoo.
Wonwoo menggeleng.
"Aku tidak bisa begitu saja percaya pada pria. Aku takut.." Lirihnya.
"Lantas.. Kau mau pergi denganku?"
"Kau berbeda," Balas Caibing.
"Aku merasa kau berbeda dari pria lainya,"Wonwoo terdiam.
Ya.. Dia memang berbeda.. Tidak seperti Mingyu, Caibing sudah tau sisi lemah Wonwoo.. Dan wanita itu mengatakan jika dia berbeda dari pria lain nya.
"Aku hampir di jual oleh ayahku sendiri." Ucap Caibing tersenyum tipis.
Wonwoo kembali terdiam.
"Aku di bawa ke sebuah bar.. Ayahku bilang aku adalah taruhanya.. Aku sangat takut.. Ayahku kalah.. Dan aku.. Aku di bawa oleh beberapa orang ke sebuah kamar, aku berusaha kabur dengan menjatuhkan lilin disana.. Terjadi kebakaran.. Saat itu lah aku kabur.. Kabur sejauh mungkin.."
Tuk.
Wonwoo membawa bahu Caibing mendekat.
Caibing hanya diam dan menatap lurus ke depan.
Caibing menaruh kepalanya di bahu Wonwoo.
"Jika kau keberatan mengatakan siapa dan bagaimana dirimu itu tidak masalah.. Aku tidak ingin memaksa.. Selama kau nyaman untuk bercerita padaku kau bisa mengatakan nya padaku," Ucap Wonwoo.Entah kenapa Caibing merasa nyaman bersandar di bahu Wonwoo.
Melupakan rasa canggung yang biasanya menyelimuti keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper Wind
Random"Aku hanya akan mencintai satu wanita dalam hidupku. Yaitu dirimu." - Jeon Wonwoo. "Bagaimana aku bisa yakin dengan perasaanmu?." - Caibing