8.7 🌼

10 2 0
                                    

Dan sesuai apa yang Wonwoo katakan, saat ini mereka berada di sekitar rumah lama milik Caibing.

Caibing turun dari mobil dan menghampiri pemilik toko kelontong yang ada di sisi bangunan.

"permisi bibi.."

"ya? ada yang bisa aku bantu nona?"

Caibing tersenyum dan menunjukan foto ibunya.
"apakah.. anda tau dimana wanita ini? kau pernah melihatnya? dia tinggal di rumah kosong di depan jalan itu.. dia adalah ibuku.." ucap Caibing.

Wanita tua itu terus menatapnya.. menatap Caibing dengan tatapan yang sulit di artikan..

"kau.."

Bruk!

Wanita itu mendorong Caibing, namun dengan sigap Wonwoo menahanya.

"kau.. kenapa kau baru muncul sekarang?! kau kabur dan membiarkanya di siksa oleh pria seperti itu! apa kau pantas di sebut putrinya?!" teriak wanita tua itu.

Tentu saja.. Caibing dan Wonwoo terkejut mendengar itu semua.

Kabur? dia tidak kabur.. ibunya yang sudah menyelamatkan dirinya.. namun ia juga tidak tau apa yang sudah terjadi setelah dia pergi.

"bibi.. kenapa kau mengatakan hal seperti itu?" ucap wanita paruh baya yang muncul dari dalam toko.

"dia! dia kembali setelah meninggalkan ibunya yang hampir sekarat!"

Wanita paruh baya tersenyum tipis dan membawa wanita tua itu masuk ke dalam.

Wonwoo mengusap kedua bahu Caibing yang bergetar menahan tangisnya, tak lama wanita paruh baya itu keluar dan langsung memeluk Caibing.

"maafkan perkataan ibuku.. aku senang kau kembali.. aku senang kau baik-baik saja Caibing.."

Tanpa mengatakan apapun, Caibing membalas pelukan itu dan menangis.

Wanita itu bercerita jika saat Caibing bisa kabur dari rumah itu, tak lama setelahnya ayahnya selalu menyiksa sang istri, ibu Caibing. entah itu memukulinya,menyiramnya dengan air panas, atau bahkan hampir membakar seluruh wajahnya.
Polisi? mereka sudah melaporkanya, tapi karena saat itu pihak polisi berjalan lambat, mereka baru datang saat ibu Caibing sudah hampir meregang nyawa saat kebakaran di rumah itu terjadi.
Dan saat di bawa ke rumah sakit dan sembuh, ia pergi meninggalkan kota itu entah kemana dia sekarang tidak ada yang tau.. dia seolah hilang tanpa jejak.
Tak ada yang tau bagaimana kabar dari ibunya.
Soal sang ayah yang sempat di tahan dan sekarang sudah bebas, mereka juga tak tau.. mereka juga tidak mau terlibat dengannya.

Wonwoo memegang tangan Caibing, saat perjalanan kembali ke apartemen dia terlihat sedih..

"kita pasti akan bertemu dengan ibumu.." ucap Wonwoo sambil fokus menyetir.

Caibing membalas genggaman tangan itu dengan erat dan menangis terisak.

Dia juga menyesal.. kenapa baru saat ini dia berani untuk mencari keberadaan ibunya.

Wonwoo baru saja memasuki ruang UGD karena malam ini dia yang bertugas.

Beberapa perawat tidak ada di tempatnya karena sedang pergantian jam malam.

Suara sepatu hak tinggi memecah keheningan koridor.

Wonwoo merasa merinding sesaat karena suara sepatu itu semakin dekat ke arahnya.

Klotak.

Klotak.

Klotak.

Semakin suara itu mendekat, semakin juga Wonwoo tak melepaskan pandanganya dari berkas pasien di UGD itu.

Tuk.

Sebuah tangan bertengger di bahu lebarnya.

"dokter Jeon, lama tidak bertemu," ucap wanita itu dengan riang.

Wonwoo kembali memasang wajah normal karena ia tau bahwa dia adalah manusia.

"Jung Chaeyeon?"

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang