4.4

29 12 1
                                    

Wonwoo benar-benar tidak ingin bertemu siapapun kecuali Mingyu sebagai dokter pribadinya sekarang, bahkan dia tidak ingin bertemu Sohee walau wanita itu bersikeras menemuinya.

Mungkin memberi waktu untuknya sendiri terlalu lama juga tidak baik..

Wonwoo akhirnya bisa keluar dari kamar persegi itu walau masih membawa tiang infus kemana-mana, dan sinilah dia sekarang, taman rumah sakit.

Wonwoo berdiri memandangi kolam kecil di depanya, sinar matahari membuat dasar kolam itu terlihat.

Dia hanya berdiri disana tanpa berniat duduk di bangku belakangnya, ia seperti sedang memikirkan sesuatu.

Bagaimana kabar Caibing.. sudah lama dia tidak bertemu denganya.

Ia memegang tiang infus dan tangan lainya yang masih menggunakan gips, dia merasa sesak..

Dari kejauhan seorang wanita memandangi dirinya, ia menatap Wonwoo yang sedang melamun menatap ke arah kolam itu.

Perlahan, kakinya melangkah mendekati Wonwoo.. rasa rindu yang selama ini dia pendam perlahan terobati, hanya itu.. dia sangat merindukan pria itu yang kini sedang menggunakan pakaian pasien.

Sruk.

Wanita itu terhenti saat Wonwoo menyadari seseorang telah berdiri di seberang kolam.

Mata mereka bertemu, namun tak ada bergerak, sibuk mencerna apa benar yang di hadapanya adalah orang yang selama ini dia rindukan? bolehkah aku datang padanya sekali lagi? bolehkah aku memeluknya?

Wanita itu berjalan perlahan untuk bisa sampai di depan Wonwoo,

Senyum manis yang di rindukan Wonwoo.

"Bagaimana kabarmu,?" kalimat pertama yang wanita itu lontarkan.

Wonwoo tidak menjawab, dia masih menatap wanita yang di depanya ini dengan lekat,

Grep.

Dengan satu tanganya yang lain Wonwoo membawa wanita itu kepelukanya.
"Aku merindukanmu.. Im Caibing.." lirih Wonwoo memeluk erat seolah tidak akan membiarkan wanita itu pergi lagi darinya.

Caibing tersenyum, tapi dia bahkan tidak membalas pelukan Wonwoo.

Padahal dia sangat merindukan pria itu kan..

"Jangan pergi dariku.." lirih Wonwoo, dia masih enggan melepaskan pelukanya.

"Aku tidak pergi.."

Jangan katakan itu kalau sebenarnya yang pergi adalah dirimu.

Wonwoo membuka matanya, ia menatap sekeliling dengan nafas memburu.

Tidak ada siapa-siapa di kamarnya, bahkan dia masih terbaring di ranjang.

Itu tadi hanya mimpi.. Bahkan dia bertemu Caibing dalam mimpinya.

Wonwoo mengambil ponsel yang ada di nakas, dia tidak memiliki nomor baru Caibing.. bahkan sns Caibing juga di nonaktifkan satu bulan yang lalu.

Cklek.

Wonwoo menatap ke arah pintu, melihat siapa yang datang malam ini.
"Mingyu.."

Mingyu berjalan dan duduk di tepi ranjang Wonwoo,
"Belum tidur? istirahatlah,"

Wonwoo menggeleng pelan.
"Apakah.. Caibing tidak datang hari ini?"

"Caibing?"

Mingyu berdiri di ujung lorong vip saat akan menuju kamar Wonwoo, namun dia melihat Caibing berdiri di depan kamar, dia melihat ke dalam dan menempelkan tanganya pada pintu dengan kaca di tengahnya. Namun saat Mingyu akan mendekat, Caibing pergi ke arah yang berlawanan.

Itu artinya Caibing tadi datang, namun dia tidak masuk untuk menemui Wonwoo.

"Mungkin dia sibuk," jawab Mingyu, dia tidak mengatakan bahwa tadi Caibing datang, bisa-bisa Wonwoo akan berdiri dan memaksakan dirinya untuk menemui wanita itu.

"Dia pasti juga tidak ingin bertemu denganku lagi," ucap Wonwoo.

Mingyu menatap Wonwoo,

Tidak tega rasanya membiarkan Wonwoo selalu merasa bersalah pada Caibing seperti ini..

"Aku akan meminta nomornya dari Yujin.. aku akan berikan padamu,"

"Tidak perlu.. pasti Caibing juga tidak akan membalas pesanku," Wonwoo menarik selimutnyaa sebatas dada.
"Pergilah.. aku akan istirahat,"

Mingyu diam, mengusap bahu Wonwoo pelan dan keluar dari kamar itu.

Mingyu menatap Wonwoo dari pintu, Wonwoo memejamkan matanya.

Ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu,

To : Choi Yujin

Katakan pada Caibing, aku akan menemuinya besok.

Setidaknya Mingyu berusaha menemukan semangat hidup Jeon Wonwoo. Karena sejak awal dirinya yang membuat mereka berdua menjadi dekat.

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang