8.2 (Season 2)

25 7 0
                                    

Jam menunjukan pukul 2 dini hari, seorang gadis dengan baju yang robek di bahunya berlari menyusuri trotoar jalan. Ia tak peduli beberapa orang berteriak padanya.

Ia terus berlari sambil berharap sampai di rumah dengan selamat.

Tapi.. itu tak sesuai harapanya.. rumah yang saat ia pergi masih utuh.. sekarang berubah menjadi neraka.

Teriakan sakit dari wanita paruh baya yang terus saja di pukuli tanpa ampun, ia hanya bisa berdiri di ambang pintu dengan menutup mulutnya, ah tidak.. bahkan jika dia membuka mulutnya, tak ada suara yang terdengar.

Sorot mata itu saling menatap.

Mengatakan bahwa dia menyuruh gadis itu untuk pergi sejauh mungkin.. sejauh yang dia bisa..

BRUK!

Bayi laki-laki itu menjatuhkan bola dari atas ranjang.

Seketika lamunan wanita cantik itu terhenti.
"Minwoo-ya, apa yang kau lakukan?" wanita itu mengambil bola dan memberikan kepada bayi kecil 11 bulan yang sedang tersenyum menatapnya.

"kau mau bermain bola? kau bisa?" dia berhasil membuat bayi itu tertawa lepas.

Cklek.

"yeobo.. kau sudah selesai berkemas?"

Ah.. itu suaminya, Jeon Wonwoo.

Wanita cantik itu mengangguk.
"sudah selesai.."

"Minwoo-ya.. kau sedang apa? kau suka dengan bola itu?" Wonwoo membawa Minwoo ke dalam gendonganya.

"kamar Minwoo sudah siap?" tanya Caibing sambil meletakan selimut di ujung tempat tidur.

"tentu saja.. ah.. aku harap kau bisa betah untuk tinggal di sini sementara waktu.. kau bilang soal-"

"ya.. aku akan mencobanya.." Caibing tersenyum.

Jadi.. dimana mereka?
Karena Wonwoo sudah menjadi dokter umum di rumah sakit Seoul, pihak rumah sakit memutuskan untuk memindahkan Wonwoo ke rumah sakit Beijing, walau hanya sementara karena Wonwoo juga menjadi relawan dari rumah sakit Seoul.

Beijing.. itu adalah negara asal Caibing, kenangan pahit yang selalu menghantuinya.. awalnya Wonwoo tidak memberitahu soal kepindahanya itu, tapi karena Mingyu bicara pada Yujin.. dan Yujin bicara pada Caibing, dan.. inilah hasilnya, Wonwoo terpaksa membawa istri dan anaknya ke Beijing.

Raut wajah Caibing selalu murung setelah mendarat di bandara 2 hari yang lalu.. Wonwoo tau ini tidak mudah.. tapi.. ia juga harus bisa menghilangkan rasa sakit di hati istrinya itu.

Seperti malam sebelumnya, malam ini lagi-lagi Caibing terbangun dan melamun menatap pemandangan malam dari lantai 10 itu.

Ia masih terbayang kejadian beberapa tahun yang lalu di kota yang sama.

Caibing memejamkan matanya, berharap ia bisa mengurangi rasa takutnya.

Grep.

Sepasang tangan melingkar di perut yang terlihat membuncit itu.

"kau terbangun lagi?" ucapnya pelan sambil meletakan dagunya di bahu Caibing.

"kenapa kau bangun?" bukanya menjawab, Caibing malah bertanya pada suaminya itu.

"aku terbangun karena tidak ada dirimu di sampingku," jawabnya.

Wonwoo tertawa kecil, masih dengan posisi yang sama, ia juga ikut menatap pemandangan malam kota Beijing.
"aku juga tau.. kau terbangun di malam sebelumnya,"

Caibing mengangguk pelan.

"kau.. memikirkan ibumu?" tanya Wonwoo dengan pelan.

Ibu.. tentu saja, Caibing memikirkan tentang ibunya setelah dia berhasil sendirian ke Korea.

Bagaimana ibunya sekarang..? apa dia baik-baik saja? apa dia bisa hidup dengan tenang sekarang?

Terakhir pesan yang dia terima dari ibunya adalah 'jangan kembali lagi ke tempat ini..'

"aku tidak tau dimana dia tinggal.." jawab Caibing dengan sedih.

"kenapa tidak kita coba untuk memcari dari rumahmu lebih dulu? mungkin dia masih tinggal disana,"

Saat terakhir Caibing pergi, rumah itu bahkan sudah seperti akan roboh.

"aku bisa mengantarmu besok,"

"bagaimana dengan pekerjaanmu? kau baru saja bekerja selama beberapa hari.."

Wonwoo melepas pelukanya dan menatap Caibing.
"aku akan melakukan apapun untukmu,"

Bukanya tersentuh dengan ucapan suaminya, justru Caibing malah memukul bahu pria itu.
"jangan berlebihan, aku akan coba untuk melihatnya sendiri.."

Wonwoo tersenyum.
"baiklah, aku akan mengantar Minwoo ke tempat penitipan anak besok pagi, jadi.. ayo sekarang kita tidur.. tidak baik untuk kesehatanmu dan calon adiknya Minwoo jika kau terus terbangun malam hari,"

Tanpa menunggu jawaban, Wonwoo membawa Caibing kembali ke dalam kamar.

Meninggalkan kekhawatiran yang Caibing rasakan.

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang