7.3

30 10 1
                                    

Chaeyeon berjalan mendekati Mingyu yang baru saja datang,
"dimana Wonwoo? dia tidak masuk hari ini?"

Mingyu menatapnya malas,
"memang apa urusanmu?"

"aku tidak melihatnya beberapa hari ini, jadi mungkin kau tau alasanya,"

Mingyu berhenti melangkah dan menatap Chaeyeon,
"hei, kau lihat kan wanita cantik keibuan yang datang kemari? dia itu istrinya, kenapa kau mengurusi suami orang,"

"memang kenapa? lagipula aku lebih cantik darinya,"

Mingyu tertawa,
"ya kau memang lebih cantik, tapi saat kau akan melahirkan seorang anak tidak mungkin penampilanmu masih sama,"

"aku tidak mau punya anak, itu merepotkan." jawab Chaeyeon.

"lebih baik kau menyerah saja untuk menempel pada Wonwoo, aku tidak mau wanita baik seperti dirinya di sakiti oleh orang sepertimu," Mingyu masuk ke ruanganya dan meninggalkan Chaeyeon sendirian.

Chaeyeon mengeluarkan ponselnya dan berusaha menghubungi Wonwoo, tapi tidak ada jawaban sama sekali, bahkan pesan miliknya juga tidak di balas.

©

Caibing menaruh kepalanya di bahu Wonwoo, dan Wonwoo sedang membaca beberapa artikel untuk menjadi suami yang siaga.

"kau suka hadiahnya?" tanya Caibing, Wonwoo mengangguk,

"siapa yang tak suka dengan hadiah istrinya.. kau bilang kan kita akan tau bersama, tapi kau pergi sendiri," Wonwoo merajuk.

"itu karena aku tidak tau hadiah apa yang cocok untukmu," Caibing mengusap kepala Wonwoo.

"kau sudah punya nama untuknya?" tanya Wonwoo, Caibing mengangguk antusias.

"tentu saja,"

"siapa namanya?"

"Jeon Minwoo.."

"Minwoo..? nama yang bagus," Wonwoo mengacak rambut Caibing.

"Minwoo-ya.. kau sudah tidak di panggil aegi lagi sekarang," Wonwoo mencium perut Caibing, dan sebuah tendangan kecil merespon dirinya.

"lihat, dia bergerak! dia tau namanya Minwoo!" Wonwoo terlihat sangat bahagia.

Caibing mengusap perutnya lembut,
"Minwoo.. kau tau itu ayahmu? ayahmu memanggil namamu,"

"aku tidak sabar.. " lirih Wonwoo, dia mendekatkan wajahnya ke arah Caibing, melumat bibir manis itu dengan pelan.

Memghitung hari.. bagaimana keduanya akan menjadi seorang ayah dan ibu.

Wonwoo memasukan beberapa barang ke dalam bagasi, itu adalah perlengkapan bayi dan juga milik Caibing, mendekati hari kelahiran dan mereka harus berada di tempat bersalin untuk beberapa pemeriksaan juga.

"jantungku berdebar sangat cepat.." ucap Caibing memegang dadanya, Wonwoo tersenyum dan berusaha menenangkan istrinya itu.

"jangan tegang, tarik nafas dan tenangkan dirimu,"

Caibing berusaha tersenyum, lagipula ada suaminya disini.

Dan.. akhirnya hari itu tiba.. dimana perkiraan Caibing melahirkan sangat tepat. Betapa paniknya Wonwoo saat melihat ketuban Caibing pecah, dan itu membuatnya menjadi orang yang sangat panik kala itu.
Caibing memasuki ruang bersalin dengan Wonwoo di sampingnya, Caibing tak henti untuk memegang erat lengan Wonwoo, bahkan dia tidak sengaja mencakar lenganya, atau bahkan menarik rambut Wonwoo, namun Wonwoo selalu membuat Caibing untuk tetap dalam kesadaranya, dan berjuang untuk putra kecilnya yang lahir kedunia ini.

Wonwoo terlihat sangat bahagia saat suster membawa masuk bayi kecil itu ke kamar Caibing, Wonwoo menggendong bayi kecil dan sehat itu ke arah istrinya.

"lihat, dia mirip sekali denganku," ucap Wonwoo mencium bayi nya.

"berikan padaku.." Caibing mempoutkan bibirnya dan meletakan putranya di pelukan hangat seorang ibu.

Wonwoo mencium kepala Caibing dengan lembut,
"terima kasih sudah menjadi ibu dari anak ku," Caibing tersenyum.

Jadi.. Wonwoo sudah resmi menjadi seorang ayah sekarang? dan dia akan menjadi kepala keluarga kecilnya.

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang