5.0

31 9 0
                                    

Seharian ini Caibing dan Wonwoo hanya berada di apartemen, Caibing bersandar pada sofa untuk melihat sebuah film, dan Wonwoo memposisikan kepalanya di pangkuan Caibing,

Sejak tadi Wonwoo memejamkan matanya, dan saat Caibing mengajaknya bicara, pria itu hanya menanggapi seadanya.

"kau sakit..?" Caibing menaruh telapak tanganya ke dahi Wonwoo.

Wonwoo memegang tangan Caibing yang ada di dahinya,
"aku baik-baik saja.. rasanya sangat nyaman berada di sini berdua bersama mu lagi.. aku merindukan semua ini.. semuanya.. semua tentang dirimu.." ucap Wonwoo tanpa membuka matanya.

Caibing menatap Wonwoo dan mengusap kepala pria itu dengan lembut,
"kau sudah mengalami banyak hal.. kenapa tidak istirahat di rumah sakit saja.. pasti kau memaksa Mingyu untuk pergi kan?"

Benar. Wonwoo yang memaksa Mingyu untuk keluar dari rumah sakit pagi harinya..

"lalu.. kemana kau pergi saat kami semua mencaritahu soal kebenaran itu?" kini mata Wonwoo menatap mata Caibing yang sedang menunduk ke arahnya.

"aku pulang ke rumah," jawab Caibing.

"kau pasti sangat sedih jika kebenaran itu tidak berpihak padaku.." lirih Wonwoo, dia memeluk Caibing dengan wajahnya yang berada di perut wanita itu.
"maafkan aku.. aku minta maaf karena selalu membuatmu sedih.."

Caibing menepuk pelan punggung Wonwoo dengan pelan,
"tidak perlu minta maaf.. setiap hari kau selalu minta maaf padaku.."

"aku hanya ingin hidup berdua dengan nyaman bersamamu.. aku ingin kita bersama.. hanya kita.. tidak ada orang lain lagi.." ucap Wonwoo, kini dia sudah duduk sejajar dengan Caibing.

Caibing tersenyum,

Sedikit.. hanya sedikit keraguan di hatinya..

Wonwoo menangkup kedua pipi Caibing,
"aku benar-benar tersihir olehmu.." lirih Wonwoo.

Caibing menatap Wonwoo, ia tersenyum.
"kau.. entah kenapa kau bisa jatuh cinta padaku secepat ini?"

"mungkin.. kita pernah bertemu jauh sebelum ini?" tanpa aba-aba Wonwoo langsung mencium kembali bibir Caibing, membawa wanita itu mengingat ingatan yang membuat Wonwoo bisa jatuh cinta kepada Im Caibing.

Saat itu Wonwoo berusia 7 tahun, ayahnya yang saat itu sedang ada urusan bisnis mengajak serta istri dan anaknya untuk tinggal sementara di Beijing.

Wonwoo kecil sering bermain sendirian di taman apartemen yang berada di pinggiran kota, karena dia dari Korea, dia tidak paham apa yang di ucapkan orang-orang di sana.

Saat dia sedang bermain tiba-tiba segerombolan anak-anak yang terlihat lebih tua darinya menghampiri Wonwoo dan merebut mainan Wonwoo, dia juga merusak istana pasir yang baru saja di mainkan oleh Wonwoo.

"hei lihat! anak ini tidak bisa bicara hahaha!" ucap seorang anak yang mencengkram bahu Wonwoo, dia yang ketakutan bicara dalam bahasa Korea,
"siapa kalian..?"

Tidak, mereka malah semakin menertawai Wonwoo karena gaya bicaranya juga berbeda, sudah jelas mereka juga tak saling paham.

"hei, ambil uangnya siapa tau dia memiliki banyak uang di saku," ucap anak bertubuh besar yang merusak mainan Wonwoo.

Salah seorang anak menggeledah tubuh Wonwoo namun karena tak ada uang dia pun mendorong Wonwoo hingga jatuh,

"hei!! kalian!!!" teriak suara anak perempuan dari kejauhan. 

Anak-anak penindas itu berkumpul menjadi satu, melihat seorang anak perempuan dengan rambut yang di kucir dua berjalan ke arah mereka.

"kenapa menggangu dia! dia tidak bersalah! dasar kalian bisanya hanya mengganggu saja! pergi! atau aku lempar kalian dengan ini!"

Petasan!

Tidak ingin mendapatkan masalah karena hal sepele anak-anak itu pergi terbirit-birit, bukan tanpa alasan, namun anak perepuan itu memang memiliki kekuatan melebihi pria tadi, dengan bicara menggunakan bahasa China, anak itu membantu Wonwoo berdiri.

"kau baik-baik saja?" anak itu bertanya denga  gesture tubuh, dan Wonwoo mengangguk paham,

Anak kecil itu mengeluarkan plester dari tasnya untuk lutut Wonwoo, dia menempelkanya.

Wonwoo mengangguk dan berucap 'terima kasih' dengan lirih.

"siapa namamu?" anak itu menunjuk ke arah nametag yang ia punya, itu artinya dia menanyakan nama Wonwoo.

"Jeon Wonwoo," ucap Wonwoo menatap anak perempuan itu, anak itu tersenyum karena Wonwoo paham apa yang di katakan,

Ia menepuk dadanya dengan bangga dan berucap,
"Caibing. aku Caibing"

Sejak saat itulah mereka sering bermain disana, mereka bermain berdua tanpa gangguan lagi, namun suatu hari.. Wonwoo kehilangan Caibing..

Caibing yang periang selalu di tunggu di taman itu tidak datang..

Berhari-hari bahkan berminggu-minggu dia tidak datang lagi.. Wonwoo takut jika dia membuat kesalahan.. dia bahkan selalu menangis saat di rumah, dan kedua orang tua Wonwoo tidak tau harus berbuat apa dengan anaknya, sampai saat itu keluarga Wonwoo kembali lagi ke Korea.. perlahan Wonwoo melupakan Caibing.. teman masa kecilnya, yang juga pergi tanpa kabar.

Dan.. mereka bertemu lagi dengan cara dan pertumbuhan mereka yang berbeda.

Wonwoo menceritakan semuanya pada Caibing saat dia mengingat hal itu,

Caibing menaruh kepalanya di dada bidang Wonwoo yang sedang berbaring.
"keluargaku pindah tepat di malam hari setelah aku bertemu denganmu.. itulah sebabnya kita tidak pernah bertemu lagi.." ujar Caibing yang mendengarkan suara detak jatung Wonwoo.

"aku merasa bahagia ingatan itu membuatku tau alasan kenapa kau sangat berharga bagiku.." Wonwoo mengusap pelan kepala Caibing.

Caibing duduk dan menatap Wonwoo yang kini sedang berbaring di ranjangnya,
"aku tidak percaya.. kau adalah Wonwoo kecil yang pernah aku tolong,"

Wonwoo tertawa,
"aku lebih tampan kan?"

Caibing memutar bola matanya malas, dengan gemas Wonwoo menarik Caibing ke pelukanya untuk berbaring lagi,

Apakah.. mereka akan selalu bahagia seperti ini?

Wonwoo bahkan tidak mengatakan apapun saat darah itu keluar dari mulutnya tadi pagi.. dia juga takut.. dia sangat takut jika di pagi hari dia tidak bisa melihat Caibing..

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang