Wonwoo duduk melamun di lorong ruang operasi, dia baru saja menyelesaikan operasi bersama Jeonghan.
Jeonghan yang baru saja membuat kopi duduk di sebelah Wonwoo.
"kau melamun?" tanya Jeonghan, Wonwoo hanya menggelengkan kepalanya.
"sepertinya ada hal yang kau pikirkan?""hyung,"
"hm..?"
"kau kan sudah menikah, lalu punya 2 orang anak, bagaimana sikap istrimu? apa dia berubah atau bagaimana?"
Jeonghan sepertinya paham maksud Wonwoo, dia tersenyum.
"hmmm.. coba aku ingat, saat istriku melahirkan anak pertama dia sangat sensitif padaku, bahkan sejak awal kehamilanya, setelah melahirkan itu semakin parah, bahkan aku tidak boleh mendekati anakku sendiri,"Wonwoo sepertinya tertarik dengan kalimat Jeonghan.
"saat itu putraku berusia 3 bulan, sama dengan usia putra mu sekarang, dia lebih sering bicara pada putraku dari pada suaminya sendiri, tapi setelah kehamilan kedua dia bersikap biasa saja padaku, tidak ada yang terjadi, itu yang kau pikirkan kan?" Wonwoo mengangguk.
"sudah 3 bulan ini Caibing bersikap aneh padaku, aku tau setiap malam dia pasti terbangun karena Minwoo, dan dia pergi ke kamar tidur Minwoo.. dia juga terkadang menangis saat aku pulang bekerja larut malam,"
Jeonghan menepuk bahu Wonwoo,
"tidak ada yang perlu di khawatirkan jika kau juga bisa membuat suasana hatinya baik, tidak apa-apa,""aku hanya cemas saja hyung,"
Jeonghan tertawa,
"aku tau, aku punya perasaan yang sama saat aku baru menikah dengan istriku, aku juga cemas sepertimu, tidak apa-apa,""terima kasih saranmu hyung, aku akan coba untuk menghiburnya," Wonwoo tersenyum.
"Wonwoo-ssi, bisa bicara sebentar?" itu suara Chaeyeon. Jeonghan pun pergi dari tempat itu.
"ada apa?" Wonwoo berdiri dari posisinya.
"ah.. begini, bisakah kau temani aku makan malam hari ini? ayolah.. hanya menemani saja, ada seseorang yang ingin sekali aku kenalkan padamu,"
Wonwoo hanya diam, dia sedikit ragu.
"kenapa harus aku?""karena kau dekat denganku, jadi.. aku ingin kau ikut,"
"maaf, tapi aku harus bilang pada istriku dulu."
"ayolah Wonwoo.. ini hanya makan malam biasa dan hanya sebentar,"
Wonwoo sebenarnya malas meladeni Chaeyeon.. tapi..
"Baiklah. dan hanya kali ini.""Terima kasih," Chaeyeon hendak memeluk Wonwoo, tapi Wonwoo sudah pergi lebih dulu.
Dan.. disinilah Wonwoo dan Chaeyeon sekarang, dengan berat hati Wonwoo pergi menemani Chaeyeon.
"paman! disini!" ucap Chaeyeon berdiri, dan saat Wonwoo berdiri, dia melihat direktur rumah sakit yang berjalan ke arahnya.
"oh? direktur-nim..?"
Direktur tersenyum dan duduk di depan Wonwoo dan Chaeyeon.
"Wonwoo, akhirnya kau datang, terima kasih sudah mau menemani Chaeyeon,"
Wonwoo terlihat bingung dengan situasi ini.
"sebenarnya ada apa ini?"Direktur menatap Chaeyeon yang tersenyum malu,
"begini.. sudah lama aku memperhatikan kalian, dan Chaeyeon menaruh hati padamu, jadi.. aku memintamu untuk membalas perasaanya padamu, dia keponakanku satu-satunya,"Wonwoo terdiam.
Apa-apaan ini?
"maaf direktur, tapi kau tau aku sudah menikah, aku sudah memiliki seorang putra." jawab Wonwoo,
"Chaeyeon tidak masalah dengan itu, kau bisa menjadikanya istrimu yang kedua, lalu.. kau bisa menjadi direktur rumah sakit jika kau mau,"
Wonwoo tersenyum sinis.
"maaf saja. tapi aku tidak tertarik untuk jabatanmu direktur.""kau tidak mau melakukanya?" tanya Chaeyeon.
Wonwoo menatap Chaeyeon dengan tegas.
"biar aku tegaskan. aku sudah menikah. dan aku tidak akan berkhianat. saya permisi." Wonwoo berdiri dan baru beberapa langkah, direktur itu memanggilnya."jika kau tidak mau, aku akan memecatmu dan melarangmu untuk bekerja di rumah sakit manapun."
Wonwoo berbalik menatap mereka berdua.
"ahh.. ini ancaman? kalian mengancamku? ya.. karirku sudah bagus sekarang, aku sudah berpengalaman 4 tahun menjadi dokter, tidak perlu repot untuk memecatku, aku akan mengundurkan diri.""Wonwoo! Jeon Wonwoo!" panggil Chaeyeon. Namun Wonwoo tak berhenti sedikitpun.
Wonwoo mengepalkan kedua tanganya.
Sungguh licik wanita itu.. ini sudah berlebihan.. ini menakutkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper Wind
Acak"Aku hanya akan mencintai satu wanita dalam hidupku. Yaitu dirimu." - Jeon Wonwoo. "Bagaimana aku bisa yakin dengan perasaanmu?." - Caibing