5.9

26 12 0
                                    

Jeju Island. Setelah acara pernikahan, malamnya Caibing dan Wonwoo terbang ke Jeju untuk bulan madu, dan.. disinilah mereka sekarang.

Wonwoo terbangun karena alarm yang di pasang oleh Caibing, namun sang pemilik alarm masih terlelap di sampingnya.

Wonwoo tersenyum dan merapikan beberapa helai rambut yang menutupi mata Caibing.

Dia bahkan tidak percaya jika dirinya menikahi Caibing.. dia masih belum percaya ini bukan mimpi.

Caibing membuka matanya saat terusi dengan tangan Wonwoo yang mengusap wajahnya,
"selamat pagi, maaf.. membuatmu bangun ya?" suara serak Wonwoo menyapa Caibing di pagi hari.

Caibing menggeleng dan mengusap matanya.

"tidurlah.. ini masih pagi," Wonwoo memeluk Caibing,

"mau sarapan apa pagi ini?" tanya Caibing,

"dirimu," Wonwoo tersenyum namun Caibing malah memukul dadanya,

"mulutmu itu tuan Jeon.." Caibing beranjak bangun dari kasurnya dan berjalan keluar kamar.

Wonwoo tertawa puas karena membuat Caibing kesal, Wonwoo juga bangun dan mengambil piyama yang semalam dia buang ke sembarang arah, lalu memakainya dengan asal.

Di lihatnya Caibing sedang sibuk memotong beberapa bahan makanan, Wonwoo melingkarkan tanganya pada pinggang Caibing dan menyandarkan kepalanya ke bahu.
"kau tau? kau itu berat.. jangan seperti itu,"

"biarkan saja.. aku tidak bisa jauh darimu,"

"aku buatkan kopi ya? agar aku bisa masak dengan tenang,"

Wonwoo melepaskan pelukanya,
"baiklah, aku suka," seperti anak kecil, Wonwoo pun duduk di kursi meja makan menatap Caibing yang sedang membuat kopi untuknya.

"hari ini mau jalan-jalan?" tanya Wonwoo melihat beberapa brosur di atas meja makan,

Caibing memgangguk,
"tidak masalah,"

"baiklah, ayo habiskan waktu beberapa hari disini lalu kembali bekerja," Wonwoo menatap Caibing yang memberikan secangkir kopi untuknya.

Caibing tersenyum lalu berjalan kembali menuntaskan acara masak yang tertunda.

Setelah selesai bersiap, mereka berdua turun untuk sarapan,

"wah.. pancake sayur nyonya Jeon?" ucap Wonwoo menatap meja makan itu.

Caibing duduk dan mengambilkan air putih untuk Wonwoo,
"tentu saja, pancake dengan syrup maple kesukaanmu,"

Wonwoo tersenyum menatap Caibing.
"aku masih tidak percaya.. kita selalu sarapan bersama.. tapi ini adalah pertama kalinya aku sarapan dengan istriku," ucap Wonwoo,

"kau masih tidak percaya kita ini suami istri?"

Wonwoo mengangguk seperti anak kecil,

Caibing tertawa dan mengacak rambut Wonwoo,
"lihatlah.. dokter kita ini masih seperti anak kecil,"

"hanya di depanmu, hm?"

"cepat makan, kita harus pergi sebentar lagi kan?" Caibing melanjutkan makan nya begitupun dengan Wonwoo, mereka makan dengan suasana tenang.

Caibing membereskan piring dan menunggu Wonwoo untuk menyiapkan mobil, namun bukan suara mobil yang terdengar, tetapi suara deru motor yang ada di depan villa.

"suara motor? bukankah Wonwoo mengambil mobil?" gumam Caibing setelah mengambil tas dan berjalan ke depan.

"Yeobo.. kau.. membeli motor baru?" tanya Caibing saat melihat Wonwoo mengendarai motor itu dan melepas helmnya.

 membeli motor baru?" tanya Caibing saat melihat Wonwoo mengendarai motor itu dan melepas helmnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonwoo tersenyum,
"terlihat hebat kan? ada di garasi.. jadi sebaiknya kita berkendara dengan romantis hm?" Wonwoo memakaikan helm pada Caibing.

"wah.. villa ini luar biasa," ucap Caibing menatap ke arah motor hitam itu.

"naiklah,"

Caibing menaiki motor itu dan memeluk pinggang Wonwoo, mereka berdua berjalan di sepanjang pantai pulau Jeju.

Di sepanjang jalan tepi pantai Wonwoo berteriak jika dia sangat senang karena memiliki Caibing begitu juga Caibing yang mengeratkan pelukanya pada pinggang ramping suami nya itu.

Setelah sampai di sebuah dermaga, Wonwoo dan Caibing duduk di ujung dermaga itu sambil bersandar satu sama lain.

"setelah sampai di Seoul nanti.. aku akan menjual apartemenku, ayo kita pindah ke sebuah rumah saja?" ujar Wonwoo mengusap bahu Caibing agar lebih bersandar padanya.

Caibing mengangguk samar,
"apa alasanmu untuk pindah?" tanya Caibing.

"aku rasa lingkungan gedung tinggi tidak begitu bagus untuk anak kita nanti,"

Caibing tertawa,
"kau sudah memikirkan soal itu?"

Wonwoo menatap Caibing,
"tetap saja.. aku akan memberikan yang terbaik untuk mereka.."

"baik dokter pintar.. aku akan menuruti keinginanmu,"

"kau selalu memasak sayur setiap hari, kau terlalu memperhatikanku padahal yang dokter itu aku,"

"itu karena kau mudah sakit.. siapa yang selalu demam karena hujan?" Caibing mencubit hidung mancung Wonwoo.

"aku merawat orang lain, sudah tugasmu merawatku," jawab Wonwoo juga mencubit hidung mancung Caibing.

Tak lama mereka pun saling tertawa,

Hari yang paling membahagiakan dalam hidupku.

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang