5.1

31 10 0
                                    

Wonwoo terbangun di tengah malam dengan keringat yang membanjiri tubuhnya dan rasa sakit yang luar biasa di perutnya.

Ia bahkan tidak bisa bernafas dengan baik, di sebelahnya Caibing masih terlelap.

Wonwoo turun dari ranjang dan pergi ke kamar mandi,

Lagi-lagi dia memuntahkan apa yang tadi dia makan.. dengan darah yang ikut keluar dari mulutnya, Wonwoo berjongkok di depan toilet duduk itu.

Caibing terusik dengan suara-suara aneh di telinganya, saat dia terbangun Wonwoo tidak ada di sampingnya,
"Wonwoo.. Wonwoo-ya..?"

crrrrrrrss , Suara air yang mengalir dari toilet.

Suara air itu berasal dari kamar mandi yang tidak tertutup.

"Wonwoo kau disana?" Caibing bangun dan berjalan ke arah kamar mandi, dan benar saja, Wonwoo sudah terduduk lemas dengan wajahnya yang pucat.

"Wonwoo!" Caibing terkejut dan menatap Wonwoo yang kini menatapnya lemas.

Dia sudah tidak kuat untuk bicara..

Caibing mengusap darah yang ada di bibir Wonwoo.
"Wonwoo-ya.. hei.. kau kenapa..?" Caibing panik, Wonwoo mengernyitkan dahinya dan langsung merasa mual lagi, dengan susah payah membawa dirinyaa kembali di depan toilet dan memuntahkan darah yang lebih pekat dari yang tadi, Caibing yang melihat itu sangat panik, dia berlari mengambil ponselnya dan menelpon ambulance.

Wonwoo kesulitan bernafas sekarang.. Caibing menarik kepala Wonwoo untuk bersandar di bahunya.
"Wonwoo-ya.. bertahanlah.. aku mohon bertahanlah.." tangan lemas Wonwoo bergerak untuk memeluk Caibing, namun tangan itu sudah terkulai lemas dengan tubuh Wonwoo yang bertumpu pada Caibing.

"Wonwoo.. Jeon Wonwoo.." Caibing semakin panik Wonwoo pingsan seperti ini,

Wiiuuuu wiuuuuu wiiuuuu

Suara sirine ambulance itu memecah keheningan malam kota ini, petugas perawat memasangkan masker oksigen pada Wonwoo dan terus memeriksa organ vital lainya,

Caibing sudah terisak dan menggenggam erat tangan Wonwoo yang dingin itu, dia benar-benar takut.. takut jika dia akan kehilangan Wonwoo..

Ambulance berhenti di depan ugd, Wonwoo segera di bawa ke ruang pemeriksaan.

Caibing hendak masuk, namun Mingyu menahanya.
"Biar Jihoon yang memeriksanya.. tenangkan dirimu.." ucap Mingyu, Caibing melihat pintu itu di tutup semakin terisak..

Kenapa dia tidak bisa bersama Wonwoo dengan bahagia..

Jihoon keluar dari ruang pemeriksaan dan Mingyu sudah berdiri lebih dulu.
"Jihoon-ah, bagaimana.."

Jihoon menghela nafas,
"aku tidak tau jika akan separah ini dalam waktu singkat.. kita harus mencari pendonor secepatnya.."

Caibing merasa lemas untuk berdiri, dia terduduk begitu saja mendengar kabar dari Jihoon.

Darimana mereka mendapatkan pendonor hati dalam waktu singkat..?

Caibing duduk di sebelah ranjang Wonwoo, pedih rasanya melihat Wonwoo kembali terbaring di tempat ini..

"kau itu dokter.. kenapa kau senang berbaring disini.. apa ruangan icu nyaman bagimu sehingga kau kembali lagi ke sini..?" Caibing menunduk, menaruh dahinya pada lengan Wonwoo.
"kau bilang kau nyaman berada di pangkuanku.. ayo pulang dan tidur sepuasnya.. ayo pulang dan tidur di tempat yang nyaman Wonwoo.. hiks.. Wonwoo.." Caibing kembali terisak..

Buka matamu.. aku ada disini..

Mingyu mendatangi beberapa rumah sakit besar, walau bukan di seluruh Korea tapi itu cara yang mudah.. tapi nyatanya itu sangat sulit.

Mingyu bersandar pada mobil putihnya dan menerima panggilan dari Jeonghan dari rumah sakit.

"aku belum menemukanya.. bagaimana denganmu?"

"ah.. pendonor hati sangatlah sedikit untuk terdaftar.. tapi jika ada itu tidak cocok dengan Wonwoo.."

Mingyu memasuki sebuah minimarket sambil menerima telepon itu,
"jika saja tidak mengalami kecelakaan itu.. ya hyung aku tau pengemudi itu bilang akan bertanggung jawab.. tapi aku tidak bisa menghubunginya.."

seorang pegawai menatap Mingyu saat dirinya memasuki minimarket.

Mingyu membayar minuman itu pada kasir,
"plat mobil? sebentar.. polisi itu memberitahuku.. 1713 S ya.."

Penjaga kasir itu menatap Mingyu. pupil matanya bergerak gelisah.
"1000 won tuan," ujarnya lirih, tapi Mingyu masih mendengarnya,

"baik hyung.. aku akan segera ke rumah sakit di Busan.." Mingyu duduk pada bangku yang sudah di sediakan di minimarket itu.

Mingyu menghela nafas setelah mematikan panggilan dengan Jeonghan.

Penjaga kasir itu mendekat ke arah Mingyu,
"permisi tuan,"

Mingyu yang merasa di ajak bicara menatap pegawai itu, sepertinya dia masih anak sma.

"ya? ada yang bisa aku bantu?"

"tadi.. anda menyebutkan plat nomor mobil?" pegawai wanita itu terlihat gugup.

"ya.. itu adalah mobil yang menabrak saudaraku.. karena dia kabur kami menjadi susah untuk mendapatkan tanggungjawabnya." jawab Mingyu.

"i-itu mobil orang tua angkatku.." jawabnya dengan gugup.

"apa? lalu dimana dia sekarng?"

"dia meninggalkan rumah saat malam itu.. aku tidak tau dimana.."

Mingyu menatap anak itu, banyak luka lebam di lengan dan lehernya.

Apa mungkin.. dia mengalami kekerasan?

"j-jika bisa.. bisakah aku yang bertanggungjawab..? aku tau tidak akan mengubah segalanya.. tapi aku sudah lelah.. aku ingin lepas dari perlakuan kasar mereka padaku.." tanpa sadar anak itu berujar pada Mingyu.

Mingyu menatapnya merasa kasihan.. Dia ingin bebas.. dia ingin bertanggungjawab atas perbuatan orang tuanya tanpa bertanya apa yang harus dia lakukan.

Jika orang tua yang tidak bertanggungjawab kenapa anak mereka yang menanggung semuanya? 

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang