7.2

28 9 0
                                    

Caibing terlalu malas untuk bangun dan menyiapkan sarapan pagi ini.. di lihatnya Wonwoo juga masih tidur menghadap ke arahnya, Caibing sudah membaca pesan dari Mingyu, namun dia enggan membahasnya, dia ingin mendengar langsung dari suaminya.

Saat Wonwoo bergerak, Caibing langsung menaruh ponselnya kembali dan pura-pura tidur.

Benar saja, Wonwoo terbangun saat itu. Dia tersenyum menatap Caibing yang masih tertidur pulas.

Dengan lembut, Wonwoo mencium pipi Caibing, lalu menyapa calon bayi mereka, ia menempelkan telinganya di perut Caibing dan mengusapnya pelan.
"selamat pagi aegi.." bisiknya.

Melihat Caibing yang masih tertidur, Wonwoo mengusap kepala Caibing lalu menaikan lagi selimutnya, Wonwoo merasa bersalah.. pasti dia sangat kesal kemarin..

Caibing menatap Wonwoo yang keluar dari kamar, dia mengusap perutnya pelan,
"ayahmu menyebalkan.."

Wonwoo beranjak dari kamarnya, ia membersihkan dirinya dan membuat sarapan.

Wonwoo terduduk melamun di kursi dapur,

Usia kandungan Caibing sudah 8 bulan.. sebentar lagi akan melahirkan, apa sebaiknya dia mengambil cuti untuk menemani istrinya? lagipula dia sudah bukan dokter biasa lagi.. dia menjadi dokter penanggung jawab. Jadi dia bisa mengambil libur atau bahkan memiliki jadwal lebih banyak dari yang lain.

Wonwoo pun meraih ponselnya yang ada di saku dan mengabari direktur rumah sakit untuk pengajuan cuti nya.

Dan saat Wonwoo kembali masuk ke dalam rumah, dia sudah melihat Caibing yang berdiri melihat isi di kemari es, Wonwoo tersenyum dan mendekat perlahan.

Mungkin dia mencari kue ulang tahun semalam?

"sudah bangun?," Wonwoo memeluknya dari belakang, Caibing hanya diam.
"tidak kah kau mengucapkan sesuatu padaku?" tanya Wonwoo.

"tidak ada." jawab Caibing ketus, Wonwoo langsung membalikan istrinya, mereka berhadapan.

Wonwoo menangkup wajah Caibing,
"maaf.."

Caibing menatap Wonwoo dengan wajah datar.
"maaf karena kemarin aku tidak tau kau datang..
maaf.. karena seolah aku memeluk wanita lain, tapi bukan itu yang terjadi.. saat aku akan keluar, dia berjalan di sebelahku dan sepatunya patah.. itulah sebabnya aku menolongnya..
maaf.. aku membuatmu menangis lagi.."

"aku tidak menangis."

"Yujin bilang padaku,"

"Yujin menyebalkan." Wonwoo tersenyum, dia melepaskan Caibing dan sedang mempoutkan bibirnya.

"jadi.. kau memaafkan aku?"

"tidak."

"ayolah.. aku sudah mengambil cuti agar bisa menemanimu melahirkan.."

"aku tidak meminta." Caibing berusaha menghindari Wonwoo, namun Wonwoo juga tidak menyerah.

"kau masih marah padaku?"

"kau pikir saja sendiri." Caibing melemparkan bangal sofa ke arah Wonwoo.

"aku buatkan susu ya?"

"aku tidak haus."

"anak kita sudah lapar.."

"dia belum lahir."

Astaga..

Wonwoo menghela nafas saat melihat Caibing kembali masuk ke kamar.

Dia tidak marah dengan sikap Caibing yang seperti itu, dia juga merasa bersalah, tapi dia juga tidak kehabisan akal untuk tetap membuat Caibing memaafkan dirinya.

Caibing bersandar di kepala ranjang sambil memainkan tali pada piyamanya. Ia menahan bibirnya untuk tersenyum di depan Wonwoo.

Saat mendengar pintu kamar di buka, Caibing duduk membelakangi pintu.

Wonwoo masuk ke kamar membawa sebuah troler bayi yang sebenarnya dia sudah membelinya semalam, namun karena Caibing sudah tidur dia menyimpanya.

Tuk.

Wonwoo membawanya di depan Caibing,
"bagus bukan?"

Caibing tidak tahan lagi.
Dia akhirnya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanya.

"kau suka? ini yang kau tunjukan padaku melalui ponsel kan?" ucap Wonwoo, dia berlutut di depan Caibing dan memegang tanganya
"sebagai gantinya.. aku memberikan hadiah ulang tahunku untuk aegi.. aku tidak meminta apapun darimu.. kau selalu sehat sampai melahirkan anak kita.. bayi kita sehat.. aku sangat bahagia.."

Caibing menatap Wonwoo,
"hiks.."

"astaga.. jangan menangis.." Wonwoo mengusap air mata Caibing.

"aku tidak sedih.. aku.. aku menangis karena bahagia bodoh.." Caibing mendorong bahu Wonwoo, Wonwoo tersenyum dan memeluk Caibing.

"maaf ya.. aku selalu membuatmu sedih.."

"kau menyebalkan.."

"sstt.. jangan menangis lagi.. kau membuat aegi sedih.."

Caibing membalas pelukan Wonwoo, dia menatap kado miliknya yang ada di atas nakas dan Wonwoo belum menyadari itu.

Hadiah sederhana yang sangat Wonwoo nantikan, seorang bayi laki-laki. Itu adalah amplop coklat berisi foto usg seorang bayi laki-laki, Caibing datang ke rumah sakit membawa kue itu, tapi sebelumnya dia mampir untuk melihat sendiri jenis kelamin bayinya, dan itu adalah bayi laki-laki.

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang