Sesuai permintaan Yujin, Caibing akhirnya menemui pria itu.
Caibing duduk di depan Mingyu, mereka bertemu di sebuah caffe di depan rumah sakit.
"Ada apa?" tanya Caibing.
Mingyu menatap Caibing,
"Semalam.. kau ada di rumah sakit?"Caibing terkejut,
Apa Mingyu melihat dirinya? dia berdiri di depan kamar Wonwoo hampir satu jam.. dan dia hanya melihat Wonwoo yang tertidur di sana. Dia tidak masuk ke kamar itu.
Caibing berusaha seolah tidak terjadi apa-apa,
"Aku terus berada di caffe sepanjang malam.." jawabnya bohong.Mingyu tersenyum penuh arti.
"Baiklah..""Kenapa kau mau bertemu denganku?"
Mingyu menatap Caibing.
Apa.. aku harus jujur padanya soal kondisi Wonwoo..? bukan berarti aku mengancamnya tapi.. jika dia tidak mendapatkan pendonor secepatnya mungkin Wonwoo tidak bisa tertolong.."Wonwoo ingin bertemu denganmu.." Mingyu tersenyum.
Raut wajah Caibing menjadi sedih, ia menunduk.
"Aku tidak bisa..""Kenapa..? Wonwoo hanya ingin bertemu denganmu.. dia tidak membiarkan orang lain masuk ke kamarnya selain aku dan dirimu.."
"Aku bilang aku tidak bisa.."
"Im Caibing.. mungkin kau bisa melihatnya saat ini walau secara diam-diam.. tapi kita tidak tau apakah kita bisa melihatnya nanti atau tidak.." ucapan Mingyu membuat Caibing menatap ke arahnya.
"Apa maksudmu?"
Dengan hati-hati Mingyu memberikan amplop coklat itu pada Caibing.
"Aku tidak mengancamu.. aku rasa kau memang harus tau keadaan Wonwoo.."Caibing membuka amplop itu dengan ragu.
Caibing membaca tulisan itu perlahan, dia tidak bisa mengagakan apapun..
Wonwoo membutuhkan transplantasi hati.
"I-ini.."
"Ya.. kecelakaan itu sangat fatal untuk Wonwoo.. kita harus mencari pendonor secepatnya atau.. Wonwoo tidak akan bisa bertahan lagi,"
Caibing menutup mulutnya,
Bagaimana bisa.. bagaimana bisa ini terjadi pada Wonwoo.."Aku harap.. kau mau menemuinya.. hanya dirimu semangat hidupnya.." ucapan Mingyu membuat Caibing terisak..
Memikirkan kesehatan Wonwoo membuatnya melupakan video dan dua garis merah yang di kirimkan Sohee padanya.
Wonwoo merasa haus dan melihat air minum yang berada di atas meja, ia berusaha meraih gelas itu.
Tanganya yang masih di gips dan pergerakanya terbatas membuatnya sulit menjangkaunya.
Sedikit saja Wonwoo bergerak dia akan jatuh ke bawah, tapi seseorang menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Caibing.." lirih Wonwoo saat melihat seorang wanita yang kini menahan tubuhnya.
"Kenapa kau tidak hati-hati.. kau bisa jatuh.." ucap Caibing membenarkan posisi Wonwoo.
Namun tangan Wonwoo mencegah Caibing bergerak lebih, dia menahan tangan Caibing lalu memeluknya.
"Kau datang.. ini nyata kan? kau datang kemari Caibing..?" Wonwoo mengucapkan kalimat itu dengan gemetar, ia sangat senang..Caibing yang nyata ada di hadapanya.
"Ya.. ini aku.. aku disini.." dengan lembut Caibing mengusap kepala Wonwoo.
Caibing memeluk Wonwoo dengan lembut,
"Bagaimana keadaanmu.. kau baik-baik saja..?"Wonwoo mengangguk meletakan kepalanya di bahu Caibing.
"Aku baik-baik saja.. aku baik-baik saja saat kau ada disini.."Caibing memejamkan matanya saat dia memeluk Wonwoo..
Rasanya perasaan kemarahan itu hilang begitu saja.
Wonwoo meremat ujung baju Caibing.
"Tolong jangan pergi lagi dariku.. maafkan aku.. maafkan aku Caibing.." ucapan Wonwoo putus asa.. dia meminta maaf atas semuanya.. dia juga meminta maaf membuat Caibing sedih karena dirinya..Caibing menepuk punggung Wonwoo pelan,
"Tentu aku memaafkanmu.. jangan khawatir.." tanpa sadar Caibing tersenyum.Dari luar, Mingyu merasa lega melihat mereka berdua berpelukan..
Aku harap jangan ada masalah lagi di antara mereka..
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper Wind
Random"Aku hanya akan mencintai satu wanita dalam hidupku. Yaitu dirimu." - Jeon Wonwoo. "Bagaimana aku bisa yakin dengan perasaanmu?." - Caibing