Wonwoo menyelesaikan pemeriksaan pasien lebih awal, dia sedang berjalan menuju ruanganya bersama dengan Wen Jun Hui, dokter yang menjadi relawan dari Tiongkok.
"ah, jadi kau tinggal disini bersama istri dan anakmu?" tanya Jun yang tak sengaja melihat wallpaper ponsel Wonwoo.
Wonwoo tersenyum malu,
"ya, aku membawa mereka kemari untuk liburan, tapi.. sepertinya aku membuat istriku tidak nyaman.." ia mengulum bibirnya dengan ragu."maksudmu?"
"ah, tidak apa-apa, hanya.. masa lalu yang tidak ingin dia ingat, ah kalau begitu aku akan pulang setelah ini, sampai jumpa"
Wonwoo berlari kecil setelah mendapat pesan berupa foto usg.
Tanpa menunggu lama, dia sudah sampai di rumah.
Minwoo mendorong mainanya sehingga ia berdiri di depan pintu dan tersenyum.
"kau tau ayahmu pulang? kau bertambah pintar Minwoo-ya," ucap Wonwoo dengan gemas karena tingkah putranya itu.
"oh? sudah pulang.." Caibing keluar dari kamarnya setelah mengganti baju.
"bagaimana hasilnya? apa perkembanganya baik?" tanya Wonwoo antusias.
Semuanya normal.. tapi jika dia bilang bahwa kandunganya lemah, dan harus istirahat panjang, apakah Wonwoo tetap mengijinkan untuk mencari ibunya? karena waktu mereka di Beijing tidak panjang.. dan hanya 2 bulan saja.
"kenapa kau diam..?" lirih Wonwoo, dia terlihat khawatir.
Caibing mengulas senyum dan memberikan foto itu.
"baik.. hasilnya bagus,"Dan benar saja, raut wajah Wonwoo berubah menjadi bahagia, tentu, dia sangat menantikan calon bayinya itu, dan berharap dia memiliki 2 anak, satu laki-laki dan satu perempuan.
Wonwoo memeluk Caibing, begitu juga dengan Minwoo yang ada di pelukanya.
"Minwoo-ya, lihatlah, kau akan menjadi kakak sebentar lagi," ucap Wonwoo, Minwoo yang belum mengerti apa-apa hanya tertawa girang sambil menunjuk foto itu.
Malam pun tiba, Caibing baru saja menidurkan Minwoo di kamarnya, bukanya menuju kamar, tapi dia duduk di sofa dan membuka ponselnya, mencari sesuatu di internet.
'Kasus kekerasan rumah tangga di Beijing'
Dan muncul beberapa artikel tetang yang terjadi sejak lama hingga baru-baru ini.
Caibing ingat betul.. tanggal dan waktu kejadian itu.
Seorang pria tega menjual anaknya kepada pria hidung belang, saat putrinya itu berhasil kabur, dia lalu menganiaya istrinya hingga terluka parah. Pria itu di amankan oleh polisi, namun bebas karena kurangnya beberapa saksi, sehingga dia di bebaskan setelah 1 bulan masa tahanan.
Jika saja Caibing tidak pergi..
Dan jika saja dia tidak kabur karena perintah ibunya.. apakah dia tidak akan sangat merasa bersalah seperti saat ini?
Saat datang kembali ke tempat ini, dia benar-benar merasa bersalah.. kenapa dia tidak pergi bersama ibunya.. atau bahkan melindunginya..
Tuk.
Wonwoo mengusap kepala Caibing,
"sedang apa disini?"Caibing langsung menutup ponselnya.
"ah.. hanya bersiap untuk tidur," jawabnya gugup."terjadi sesuatu?"
"tidak ada.. aku hanya sedang memikirkan-"
"ibumu..?" tanya Wonwoo membuat Caibing terdiam.
Wonwoo membawa Caibing ke pelukanya,
"kita akan segera menemukanya.. jangan khawatir..""bagaimana jika.. aku tidak akan bertemu denganya lagi? sudah bertahun-tahun sejak pesan terakhirnya.. saat kita disini.. aku ingin tau apa yang sudah terjadi selama aku pergi.. jika saat itu aku tetap bersamanya.."
"sstt... kita akan cari bersama.. kita pasti akan menemukan ibumu.."
Caibing mengangguk samar dalam dekapan suaminya itu.
Untuk saat ini dia merasa tenang karena Wonwoo bersamanya.
*Di lain tempat, seorang wanita paruh baya sedang bersiap untuk tidur, topi dan masker yang ia gantungkan di balik pintu.
Ia bersiap untuk tidur di kamar staff yang berada di stasiun kereta api.
Bekas luka bakar di wajahnya masih terlihat jelas.
Di atas meja kecil terdapat selembar foto seorang remaja cantik dengan seragam sekolahnya.
Caibing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper Wind
Acak"Aku hanya akan mencintai satu wanita dalam hidupku. Yaitu dirimu." - Jeon Wonwoo. "Bagaimana aku bisa yakin dengan perasaanmu?." - Caibing