8.3 🌼

19 3 0
                                    

Jam menunjukan pukul 9 pagi, dimana itu adalah waktu orang-orang berangkat bekerja dan menuju sekolah ataupun kuliah.

Entah kenapa pagi itu begitu ramai, Caibing berdiri di tengah sekerumunan orang, dan itu membuatnya sesak.

"hei, beri ruang untuk wanita hamil itu. pintu kereta juga tidak akan menyempit." ucap seorang petugas kebersihan dengan topi dan masker yang menutupi wajahnya.

Tanpa protes, orang-orang dengan perlahan member ruang untuk Caibing, saat ia hendak berterimakasih, wanita paruh baya itu sudah berjalan jauh sambil mendorong kereta kecil tempat alat-alat pembersih.

Caibing terus menatapnya, seolah ia mengenali suara itu.

Saat kereta datang, semua orang masuk dan mulai duduk di tempat masing-masing.

Caibing duduk di seberang 2 ibu-ibu yang sedang memulai pembicaraan.

"kau lihat wanita petugas kebersihan tadi?"

"ya, aku melihatnya,"

"aku dengar dulu dia sering di siksa oleh suaminya, dan putrinya meninggal, dia di siksa sampai wajahnya hancur, itu sebabnya dia menutupi wajah itu."

"benarkah?"

"ya, aku mendengar dari beberapa orang yang membicarakanya kemarin, dia juga baru saja bekerja di stasiun ini,"

Caibing menatap lantai kereta itu, entah kenapa dia merasa sakit mendengar ceritanya.

Kereta itu berhenti di stasiun tujuan, Caibing perlahan menyusuri setiap jalanan yang tidak banyak berubah setelah dia pergi.

Dengan dres biru selutut dan cardigan warna putih, dia mulai memasuki sebuah gang kecil di tepian sungai.

Langkah demi langkah yang kini membuatnya dia teringat kejadian di masa lalu.

Drrttttt drrtttttt

Satu panggilan masuk dari Wonwoo.

"kau sudah sampai?"

Caibing mengangguk, perjalanan kereta yang membutuhkan waktu 2 jam membuatnya lelah, dan harus berjalan untuk sampai ke rumah lamanya.

"aku akan segera masuk ruang operasi.. jika terjadi sesuatu.. terus saja hubungi aku? mengerti?"

"eum.." Caibing tersenyum tipis mendengar Wonwoo sangat mengkhawatirkan dirinya.

Dan dia begitu berterima kasih karena memiliki suami seperti Jeon Wonwoo.

"aku akan pulang setelah memastikan,"

Wonwoo tersenyum dan menutup panggilan itu.

Caibing sampai di depan gerbang yang sudah usang, rumah itu tertutup oleh semak belukar yang menjulang tinggi.

Perlahan Caibing mendekati gerbang itu, menyentuhnya dengan perlahan..

Srak!

Caibing terkejut saat mendengar suara dari dalam halaman rumah itu, dia bergegas untuk sembunyi di balik pagar tembok.

Terlihat seseorang keluar dari rumah itu dengan pakaian lengkap dan tertutup.

Caibing sesekali mengintip seseorang yang sudah menjauh itu.
"siapa yang tinggal di tempat seperti ini..?" gumam Caibing.

Ia kembali menatap bangunan yang sudah hampir roboh itu, saat tanganya menyentuh gembok gerbang, seseorang menepuk bahunya.

"nona mencari siapa?"

Caibing terkejut dan menatap pria paruh baya itu.
"a.. saya.. saya sedang berjalan di sekitar sini dan melihat bangunanya," jawabnya terbata.

"di sini tidak ada siapa-siapa, jadi bangunan ini sudah lama kosong," ucap pria itu.

"ah.. begitu ya.. kalau begitu saya permisi,"

Tanpa menjawab, pria itu menatap Caibing yang berjalan pergi, dia juga menatap bangunan kosong itu, tapi memang benar, menurutnya memang tak ada yang tinggal disana, tapi ada seseorang yang menempati rumah itu secara diam-diam.

Caibing berjalan sedikit tergesa.. dia masih tidak percaya jika tempat itu tidak dihuni oleh siapapun.. padahal dia baru saja melihat seseorang keluar dari rumah itu.

Ia baru saja akan memberi pesan pada Wonwoo, tapi tiba-tiba seseorang tidak sengaja menabrak bahu Caibing, sehingga tas itu jatuh.

"ah, maafkan aku tuan-" pupil mata Caibing bergetar saat dia menatap pria dengan hodie yang sama ia lihat tadi.

Seakan tubuhnya tak bisa bereaksi lagi, ia terlalu takut untuk membuka mulutnya.

Dan.. Bruk.

Caibing tidak lagi bisa mendengar apapun.

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang