Beberapa bulan kemudian.
Caibing memakainya dasi Wonwoo, ia tersenyum menatap suaminya itu.
"kenapa tersenyum? aku tau aku tampan,"
"menyebalkan,"
Wonwoo tertawa,
"ah ya.. mungkin aku akan pulang terlambat.. aku harus ke rumah sakit di busan," ucap Wonwoo mencium kening Caibing.Caibing mempoutkan bibirnya,
"jangan pulang terlalu malam..""kau takut?" Wonwoo menyelipkan rambut Caibing di belakang telinga,
"Yujin tidak bisa datang?"Caibing mengangguk,
"dia juga ada lembur di kantor.. jadi dia pasti sangat lelah jika kemari.."Wonwoo juga sebenarnya khawatir.. perut Caibing sudah semakin membesar, dia tidak tega jika membiarkanya sendirian, 5 bulan? bukankah harus banyak di perhatikan dan mengurangi kegiatan yang melelahkan?
"mmm... mau ke rumah ibu saja? lagipula Minseo juga ada di asrama, jadi pasti ibu senang jika kau datang?"
Caibing mengangguk,
"kau akan menjemputku kan?""tentu.. aku akan jemput saat pulang nanti," Wonwoo tersenyum dan memeluk perut Caibing.
"aegi-ya.. ayah akan bekerja.. baik-baiklah bersama ibu saat ayah bekerja ya?"Caibing tersenyum, ia mengecup bibir Wonwoo sekilas.
Setelah mengantar Caibing ke rumah Mingyu, Wonwoo ke rumah sakit.
Baru saja dia keluar dari mobil, Chaeyeon sudah berlari menghampirinya.
"sunbae-nim!" teriak Chayeon berjalan di samping Wonwoo.
"oh, Chaeyeon-ssi,"
"selamat pagi sunbae.. apakah sudah sarapan? kebetulan aku membawa sandwich yang aku buat sendiri," Chaeyeon memamerkan kotak bekalnya.
Wonwoo seketika berhenti.
Sandwich? Oh astaga.. dia lupa membelikan sandwich untuk Caibing.
"sunbae.. ada apa?"
"oh, tidak apa-apa, aku hanya melupakan sesuatu, sepertinya aku harus cepat ke dalam," Wonwoo berjalan mendahului Chaeyeon.
Chaeyeon kesal menatap Wonwoo,
"dia itu tidak peka atau jual mahal sih. menyebalkan."Wonwoo sedang berada di ruanganya, dia sedang menelpon sang istri.
"maaf ya.. aku lupa.."
"tidak apa-apa.. kau bisa membelikanya lain kali," jawab Chaibing dari seberang telepon.
"sungguh?"
"mm.. semangat bekerja yeobo.. aku sedang berjalan di taman bersama ibu, jangan khawatirkan aku, bekerjalah dengan baik? hm?" terdengar suara ibu Mingyu yang mengatakan bahwa Wonwoo mungkin merindukan dirinya, dia tidak bisa pisah dari Caibing.
"baiklah, aku akan bekerja, baik-baik disana yeobo," Wonwoo mematikan ponselnya dan mengambil jas dokter yang ada di gantungan, namun saat dia keluar sudah ada Chaeyeon di depan pintu.
"sunbae.. kau akan ke Busan sekarang? aku bawakan bekal makan siang untukmu," ucap Chaeyeon.
"ah.. tidak perlu.. untukmu saja, aku dan Jeonghan bisa makan di jalan nanti," Wonwoo berusaha menolak dengan lembut.
"ayolah sunbae.. terima ya? aku membuat ini dengan sepenuh hati,"
Hati? tau apa dia soal hati.
Dengan sangat terpaksa, Wonwoo menerimanya.
"ah kalau begitu terima kasih," Wonwoo langsung pergi menyusul Jeonghan yang terlihat menunggunya.Chaeyeon tersenyum senang saat Wonwoo menerima kotak makan itu.
"bukankah ini awal yang bagus? aaa.. senangnya,"Di perjalanan, Jeonghan menatap kotak makan yang ada di dashboard mobil Wonwoo.
"wah.. istrimu sangat perhatian ya? dia bahkan membawakanmu bekal," ucap Jeonghan.
"bekal? ah.. itu dari dokter magang,"
"apa?" Jeonghan terkejut, "hei! jangan main gila, istrimu sedang hamil!" lanjut Jeonghan.
"hyung, kau yang gila, aku terpaksa menerima itu karena dia memaksa, aku juga tidak enak hati menolak," jawab Wonwoo.
"hei, dia belum tau kau sudah menikah ya?"
Wonwoo menggeleng,
"aku tidak memakai cincin pernikahanku karena jariku lecet, itu sebabnya aku selalu memplesternya.""bagaimana jika dia menyukaimu?"
"tidak mungkin."
"eyy.. bisa saja, buktinya dia selalu mengikutimu dan bahkan membuat bekal,"
"itu karena aku penanggungjawabnya, kalau kau mau ambil saja hyung, aku akan beli roti saja nanti,"
"benarkah? sudah ku duga bekerja denganmu membuatku selalu untung haha"
Wonwoo menggelengkan kepalanya, dia menatap foto dirinya dan Caibing yang ada di mobil.
Dia sudah punya Caibing, mana mungkin dia berkhianat padanya, dia tidak mau jatuh ke dalam lubang yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper Wind
Random"Aku hanya akan mencintai satu wanita dalam hidupku. Yaitu dirimu." - Jeon Wonwoo. "Bagaimana aku bisa yakin dengan perasaanmu?." - Caibing