5.2

26 9 0
                                    

Namanya Lee Jueyon.
Dia bersikeras untuk membantu Wonwoo dengan mendonorkan hatinya.
Dia adalah korban kekerasan pada anak.. sehingga dia memilih mengorbankan dirinya untuk orang lain daripada mati dengan sia-sia.

Caibing terduduk diam di depan ruang operasi.. anak yang terus mengatakan bahwa dia akan bertanggung jawab untuk Wonwoo.. dia mengorbankan hidupnya untuk orang lain.

Yujin membawakan minuman hangat untuk Caibing.. terhitung sudah dua hari dia berada di rumah sakit,
"minumlah.. kau juga perlu makan.." ia juga memberikan sandwich padanya.
"istirahatlah.. operasinya mungkin akan selesai nanti malam," Yujin mengusap kepala Caibing yang sedang minum.

"aku akan menunggu.." jawab Caibing lirih,

Yujin menghela nafas, Caibing keras kepala.
"aku akan memberitahu keadaan Wonwoo padamu nanti.."

Caibing masih menatap ke ruang operasi yang masih tertutup,
"dia.. akan baik-baik saja kan..?"

"tentu dia akan baik-baik saja.."

"aku.. aku melihatnya sangat kesakitan malam itu.. aku takut.. aku takut sekali Yujin-ah.." Caibing memeluk Yujin yang ada di sampingnya, membayangkan wajah Wonwoo yang kesakitan itu menjadi trauma untuknya.

Yujin memeluk Caibing untuk memberinya kekuatan,
"percayalah padaku.. dia akan baik-baik saja.. dia akan segera pulih.."

Jika aku tidak bisa melihatnya lagi.. rasanya tidak ada alasan aku untuk hidup..

Dua hari sudah berlalu.. dan Mingyu bilang perkembangan Wonwoo menunjukan hal baik.

Caibing merapikan rambut Wonwoo, bahkan dia juga yang mencukur dagunya.

Siapapun akan mengira mereka adalah suami istri. dan itu adalah keinginan Wonwoo.

Tangan Wonwoo bergerak pelan saat Caibing pergi untuk mencuci peralatan makan miliknya, dan Wonwoo membuka matanya.

"Kau sudah bangun?" itu suara Caibing. Wonwoo mengangguk pelan,

"sebentar.. aku panggilkan Mingyu," Wonwoo hanya diam dan memejamkan matanya, tanganya memegang perban di perutnya yang masih sangat tebal itu.

Mingyu masuk dan mulai memeriksa Wonwoo,
"dia sudah membaik.. aku rasa istirahat beberapa hari disini dan mengamati hasil transplantasi itu dia bisa pulang.."

Perngorbanan Juyeon tidak sia-sia.

"terima kasih Mingyu.." lirih Wonwoo,

Mingyu tersenyum,
"kau beruntung memiliki calon istri yang sangat perhatian padamu, ah... aku iri, astaga.. kenapa aku sendirian" gerutu Mingyu sambil keluar kamar Wonwoo.

Caibing tertawa kecil mendengar Mingyu tadi,

Wonwoo memegang tangan Caibing,
"maaf.. kau pasti sangat khawatir ya..?"

Caibing mengangguk dan tersenyum,
"kondisimu sangat baik aku sangat bahagia.. jangan pikirkan hal yang sudah berlalu.."
Wonwoo mengangguk pelan.

"istirahatlah.. aku akan menunggumu disini," Caibing mengusap dengan lembut wajah Wonwoo, pria itu perlahan memejamkan matanya lagi untuk memulihkan tenaganya.

Sudah tiga hari sejak operasi,

Kini Wonwoo sudah bisa duduk bersandar di ranjang, Caibing mengupaskan buah plum untuknya.

"kau tadi datang sendiri?" tanya Wonwoo menerima suapan buah dari Caibing.

Caibing mengangguk,
"setelah mengantar Yujin tadi,"

"oppa!"

Keduanya melihat ke arah pintu, itu Minseo dan ibu Mingyu.

"ibu.." lirih Wonwoo. sejak orang tua Wonwoo meninggal dia memanggil ibu Mingyu dengan sebutan 'Ibu'.

"bagaimana kabarmu nak?" tanya ibu Mingyu memberikan paper bag dengan isian lauk pauk dan juga sayuran, Caibing menaruhnya di meja.

"aku sudah lebih baik bu.." jawab Wonwoo,

"oppa, maaf ya kami datang terlambat.. karena berada di Anyang saat itu," ucap Minseo,

Wonwoo tersenyum,
"tidak apa-apa, kalian disini aku sangat senang,"

"wah.. Caibing sangat pandai mengurus Wonwoo ya," ibu Mingyu menepuk bahu Caibing, dia nampak malu-malu.

"oppa, kenapa tidak menikah saja dengan eonnie, aku akan mendukungmu," bisik Minseo, namun bisa terdengar oleh mereka semua.

"tanpa kau suruh aku akan menikahinya," jawab Wonwoo seakan berbisik pada Minseo, tapi dia menatap Caibing.

ibu Mingyu tertawa mendegar ucapan mereka, dan Caibing nampak malu-malu.

"jangan contoh Mingyu, dia hanya suka kencan buta tapi kekasih satu pun dia tidak ada," ibu Mingyu tertawa mengatakan itu,

"oppa itu aneh, lagipula siapa yang akan betah berlama dengan pemikiran yang berbeda dari manusia normal," tambah Minseo dengan kesal,

"ibu.. Minseo-ya.. jangan seperti itu," sergah Wonwoo,

Caibing menatap Wonwoo yang sepertinya sangat nyaman dengan mereka, memikirkan kalimat pernikahan.. membuat dia sedikit takut..

Dia tidak ingin hal yang sama dengan ayah dan ibu Caibing terjadi pada dirinya juga, Caibing sedikit ragu..

"ah.. Jihoon-ah, telingaku sangat gatal, sial. siapa yang membicarakanku?" gerutu Mingyu saat dia dan Jihoon sedang makan di kantin rumah sakit.

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang