9.3 🌼

12 3 0
                                    

Setelah keadaan Caibing mulai membaik, ia pun sudah boleh pulang.

Di perjalanan, Caibing terus saja diam, bahkan dia tidak menanggapi Wonwoo yang beberapa kali bicara padanya.

"kita akan menjemput Minwoo dulu.. apa kau tidak rindu padanya?" ucap Wonwoo sekilas melirik ke arah Caibing.

Lagi-lagi Caibing memalingkah wajahnya ke arah lain.

"ada apa..? kau masih merasa sakit?"

"tidak ada hal yang ingin kau bicarakan padaku? Jeon Wonwoo."

Wonwoo menatap Caibing, suaranya terdengar dingin dan merasa kesal? apa Wonwoo melakukan kesalahan?

"apa maksudmu?"

"kau tidak bilang bahwa kau bekerja bersama wanita itu lagi, bukankah kau sering bercerita tentang apapun itu.. pekerjaanmu, apa yang kau makan, apa yang kau lakukan.."

Wonwoo terdiam, bagaimana dia bisa menceritakan semua itu jika dia harus menjaga perasaan Caibing.. istrinya yang selalu merasa ketakutan setiap saat.

"maafkan aku.. aku melupakan hal itu.."

"apa kau senang bisa bekerja dengan wanita itu lagi?"

Wonwoo mengatupkan bibirnya rapat-rapat.. dan sepertinya suaminya itu memang sudah melakukan sebuah kesalahan fatal.

Beberapa hari yang lalu Chaeyeon dan dirinya berada di tangga darurat.

"kenapa kau menyuruhku datang kemari?" tanya Wonwoo melihat Chaeyeon yang melihat ke atas dan ke baeah, memastikan tidak ada orang selain mereka di dalam.

"kau pasti lelah kan.. sudah 2 hari berturut-turut kau ada di ruang operasi, ah.. bahkan aku merasa sesak,"

"itu memang sudah pekerjaanku," Wonwoo akan melangkah ke arah pintu, namun Chaeyeon menahanya.

"tunggu sebentar, kau akan pergi begitu saja?"

"lalu? apa aku harus disini denganmu sepanjang hari?"

"kau benar-benar pria yang kaku," Chaeyeon tersenyum, namun sedetik kemudian dia mencium bibir Wonwoo, ia bahkan mengalungkan tanganya di leher pria itu.

Wonwoo hanya diam, dia juga bahkan tidak membalas, ia tidak bergerak.

Chaeyeon melepaskan tautanya,
"kenapa? kau merasa aku salah? lihat, kau bahkan menikmatinya, aku tau kau pasti juga lelah, mengurus istrimu seperti itu, dan.. kau bahkan kehilangan calon bayi kalian," bisiknya di telinga Wonwoo.

Tanpa menjawab, Wonwoo kembali menemukan bibir Chaeyeon dan membalas ciumanya.

Sesaat.. memang madu itu lebih manis, tapi dia di hasilkan dari lebah yang memiliki sengatan.

Setelah sampai di rumah pun, Caibing langsung masuk ke kamar Minwoo, bukan kamarnya, melainkan kamar Minwoo.

Wonwoo merasa bersalah.. tapi.. entah kenapa dia juga merasa goyah.

Perlahan ia mengintip ke dalam, dan Caibing sedang membelakangi pintu sambil menidurkan Minwoo.

"maafkan aku.." lirihnya, sebelum dia kembali pergi untuk ke rumah sakit.

Setelah tau Wonwoo pergi, Caibing terdiam, dia keluar dari kamar dan mengunci pintu depan itu rapat-rapat.. dia merasa ketakutan.. bagaimana jika pria yang menyerangnya tau jika dia tinggal disini? dia tidak mau putranya menjadi terancam.

Tubuh Caibing merosot begitu saja di balik pintu, dia menutup wajahnya dan menangis.

Wonwoo yang selalu ada untuknya..

Wonwoo yang selalu membuatnya tenang..

Wonwoo yang selalu menghiburnya..

Wonwoo yang selalu menemaninya ketika dia merasa takut..

Tapi.. Wonwoo lebih memilih kembali ke rumah sakit daripada menemaninya.. dia juga sangat merasa bersalah tidak bisa mempertahankan bayinya.. tapi.. apakah Wonwoo harus bersikap seperti ini..?

Whisper Wind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang