Bab 40 : Aswin

172 33 1
                                    

"Kita akan kemana?" Tanya Bion mengendarai mobil.

"Ke tempat pertunjukan!"

Dion tak ikut, dia akan meneliti darahku. Semoga saja itu hanya sebuah kesalahan.

"Akhirnya aku dapat melakukan sesuatu hal."

"Biasanya kamu melakukan apa?"

"Berlatih dan berlatih, jika barang rusak aku perbaiki. Kadang aku membuat seuatu tapi mereka tidak menghargai hasilnya."

"Membuat apa?"

"Amber, sekarang dia sendirian di rumah."

Amber?

"Itu luar biasa! Kukira kamu membuat benda."

"Biasalah, aku Bion."

Aku tertawa, dia hebat. Amber sebuah AI, aku takjub mendengarnya.

"Kita kemana?"

"Disana saja."

Kami berhenti di depan pusat perbelanjaan. Aku juga ingin berjalan-kalan sebentar. Jika hanya menonton pertunjukkan musik itu tidak cukup menyenangkan.

"Wow, ada smartphone keluaran terbaru." Bion melihat ke etalase.

Aku berjalan ke tempat pertunjukan, kali ini ada yang berbeda. Pohonnya sudah memiliki satu daun hijau. Pertunjukannya tetap dilakukan. Aku memilih menyingkir cukup jauh.

Mereka merawat ku.!

"Benarkah?"

Iya, kemarin seseorang mengatakannya pada David. Lalu dia memberiku pupuk dan air.

"Syukurlah!"

"Dimana temanmu?"

Aku mendongak seseorang berdiri menghalangi cahaya matahari. Siapa dia?

Aswin?

Lagi?

Kenapa dia ada dimana-mana.

"Kamu tidak mengurusi penjara?"

"Tidak, aku meyerahkannya pada orang lain. Sekarang aku bekerja di pemerintahan yang lain."

"Oh, kenapa?"

Dia duduk didekatku, gayanya masih sama dengan tatapan penuh keangkuhannya.

"Mencoba hal baru, kamu sendirian?" Tanyanya.

"Aku bersama temanku, tapi dia sedang melihat smartphone."

"Oh, bocah itu."

Itu dia! Orang di sampingmu.

"Apa?"

Dia yang mengatakannya pada David.

Aku terdiam dan memperhatikan Aswin. Kenapa dia selalu datang, ya? Dia juga menolongku dulu dan sekarang dia menolong pohon ini.

"Kenapa?" Dia menatapku juga.

"Tidak, kamu minus ya?"

"Sejak kecil."

Sesekali aku meliriknya, dia sedikit mencurigakan. Aku jadi berpikir dia punya niat terselubung. Aku kurang percaya dengan masyarakat Greenland.

"Mau ku antar jalan-jalan?"

Aku melihatnya tak percaya.

"Hmm? Kamu serius."

"Ya, ayo."

Dia mengulurkan tangannya, aku terdiam cukup lama. Ini tidak apa-apa kan? Bagaimana jika dia menipuku. Bion pasti akan mencariku nanti.

Aku menerima uluran tangannya, aku harus mengajak Bion. Aswin terlalu menakutkan.

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang