Aatreya William.
Kata kakek dia akan mengumumkan namaku sebagai nama cucunya. Pasti berita itu akan heboh dimasyarakat. Terutama orang-orang akan tahu Sioner baru seorang perempuan. Kakek hanya menyuruhku istirahat dan makan enak. Sisanya dia akan mengurusi semuanya sampai aku bisa makan nyaman.
Satu lagi hal. El akan datang kemari, menurut kabar mereka sudah sampai di kota yang berjarak lumayan dekat dengan kota ini. Mungkin besok. Dia sampai.
"Aswin, kamu tidak makan?" Tanyaku menyantap menu makan malam. Ini enak. Sungguh.
"Hmm, aku makan. Dimana William?"
"Bisnis."
Dia hanya mengangguk dan melanjutkan makan malam kami. Nenek belum pulang sampai saat ini, kata Kakek dia tak memberitahu aku sampai. Kejutan katanya.
"Trea!"
"Hmm, iya." Aku meminum air putih dan menatap Aswin.
"Jika kamu sudah selesai makan. Aku ingin bicara denganmu."
"Okey."
Apa yang ingin dia bicarakan padaku. Apa serius? Perlu waktu 15 menit sampai aku menghabiskan makananku dan naik ke atas. Kamarku berada di atas dengan kamar super super besar dan putih bersih tanpa noda. Katanya itu desain oleh nenek sendiri. Terutama bagian baju dan lainnya.
"Apa?"
Aswin menungguku di dekat pintu kamarku.
"Maaf jika mengatakannya disini, sejujurnya aku juga pernah bukan melihatmu berpenampilan penduduk bumi?"
Aku mengingatnya, benar. Saat dipenjara aku menjadi diriku, bukan dari keempat negara.
"Saat itu aku sadar kamu adik El."
"Kamu tahu? Sejak kapan? Jadi waktu itu kamu sengaja memasukanku ke sana?"
Aku menatapnya marah, berarti dia menipuku?
"Dulu, sebelum kamu datang ke dunia ini. Di Surabaya dulu, El sudah memberitahuku kamu adiknya. Saat kamu SD, SMP, dan SMA. Kami sering melihatmu dari jauh, sekadar melihat tanpa pernah berbicara."
Aku menunggu sampai dia menyelesaikan perkataannya.
"Aku tahu kamu anak yang pemalu, kamu juga tak punya teman banyak, bahkan di sekolah kamu juga dibully. Aku tahu itu, tapi aku maupun El tak bisa datang menemui atau membantumu terang-terangan. Demoter terus saja mengawasi kami."
Bahkan mereka tahu?
"Aku ingin marah pada El, bahkan dia kakakmu. Dia tak melakukan apapun. Tapi, El punya caranya sendiri. Dia tak ingin kamu dibantu, jika kamu datang kemari. Dunia ini lebih kejam dari sana. Orang-orang sering kali mematahkan kaki orang lain demi kepentingan mereka."
"Dan aku melakukannya saat kamu dipenjara, aku ingin tahu. Apa kamu anak kecil yang sering kulihat dulu. Nyatanya kamu lebih dari apa yang diharapkan. Kamu bisa tahu keadaan disana dengan cepat, itu membuatku tertarik. Bukankah, itu hebat untuk anak sepertimu."
"Lalu saat aku melihatmu sedang didepan akuarium. Aku terkejut, kamu berubah. Kamu asing, tapi tidak asing. Sebenarnya aku tahu itu kamu."
"Kamu tahu? Bagaimana bisa?"
Aku menutup mulutku tak percaya, kenapa Aswin bisa tahu?
"Karena tahu saja, kamu mudah dikenali."
"Lantas apa inti pembicaraan ini?"
"Trea, aku menyukaimu. Bukan karena kamu Whiteland, Blackland, Redland, ataupun Greenland. Aku menyukaimu karena kamu adalah Trea. Anak kecil yang suka sekali permen kapas."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Bilim KurguTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...