Bab 85 : Alarm

102 25 0
                                    

"Apa yang kalian tahu?" Wajah Tuan Alan menjadi begitu merah di kulit putihnya. Apakah dia marah tahu kami menyelidiki kematian salah satu cucu nya?

"Kami sedang menyelidikinya, apa anda tahu sesuatu yang bisa membantu kami?"

"Ya tuan, sedikit saja bukan masalah. Kami akan mencoba menyelesaikan kasus kematian Michella." Kuharap ada informasi lain yang bisa membantu kami.

Tuan Alan mengusap wajahnya dan berjalan kesana-kemari. Dia menatap kami berdua seksama dan mengeluarkan cerutu. Apa dia sedang mengalami stress berat karena kami menyelidiki kasus cucunya kembali?

"Bagaimana kalian akan menyelesaikannya? Bahkan polisi paling ahli pun tak bisa menangkap pelakunya."

"Kami hanya perlu beberapa informasi saja. Terutama barang peninggalan Michella. Tuan pasti tahu dimana itu bukan? Mungkin saja kami bisa menemukan sesuatu." Aku mencoba sekuat tenaga menyakinkannya.

Bila Tuan Alan masih bersikeras tidak membantu, aku masih punya Dion. Aku bisa mencarinya dengan bantuan tanaman disini. Masalahnya adalah barangnya berada dimana? Apakah masih disini atau berpindah di lain tempat. Kasusnya lebih dari 6 tahun. Itu waktu lama untuk membuat sebuah informasi dari Michella menghilang.

"Apa Watt tahu?"

"Kami telah pergi kesana terlebih dahulu dan mencari informasi terkait. Watt bersedia membantu kami, sekarang apakah anda juga akan melakukan hal yang sama? Ini bukan hanya demi cucu anda melainkan nyawa yang berulang diambil. Kami mencurigai pelakunya masih berkeliaran di gedung ini. Bila kita tak cepat, mungkin saja ada korban baru setelah 6 tahun." Master G. ikut menyakinkan.

"Cucu ku mati dengan mengenaskan. Dia mati di depan rumahnya. Harusnya kalian tak percaya pada Watt." Tuan Alan menghembuskan asap dan menerawang langit-langit.

"Tuan, anda harus tahu satu hal. Michella tidak mati di depan rumahnya. Dia dibunuh di tempat ini." Apa boleh buat, aku harus jujur soal ini. Akan sulit nantinya menyakinkannya tanpa bukti.

"Apa?" Wajah Tuan Alan nampak terkejut.

"Tepat dihari meninggalnya Michella, apa anda tak tahu cucu anda berada disini. Seseorang memberikan gas tidur dan menyuntikan cairan pada tubuhnya. Apa anda tahu?"

"Siapa? Siapa orangnya?" Tuan Alan menjadi panik dan mencengkram baju Master G.

"Maka dari itu, bisakah anda memberikan CCTV saat hari kematian Michella dan peninggalan apa di meja kerjanya. Kami harus tahu semuanya agar bisa menangkap pelaku kasus pembunuhannya." Master G. begitu tenang meski dalam situasi ini.

"Tidak bisa!" Tuan Alan merosot. Tubuhnya ambruk dan menangis.

"Tidak bisa kenapa?" Aku mencoba membantunya berdiri kembali.

"Saat itu semua CCTV dan listrik padam di gedung. Seisi ruangan tiba-tiba terbakar sampai tak ada yang tersisa. Malam itu semua orang panik saat gedung terbakar dan aku tak tahu bila cucu ku mati di rumahnya. Tapi bila kenyataannya itu semua untuk menutupi kematian Michella, aku tak bisa menerima ini. Siapa pelakunya? Siapa yang tega membunuh cucuku?"

Tuan Alan meruap wajahnya dan isak kan mulai terdengar memenuhi ruangan. Kematian secara mendadak lebih sulit diterima orang banyak orang, mereka tak bisa menerima dan mencoba menyangkalnya. Berbanding terbalik dengan orang yang telah sakit. Semua orang pada titik paling rendah akan jauh lebih menerima. Meski begitu tetap saja sebuah kematian adalah perpisahan paling menyakitkan. Siapa pun itu!

"Apa tak ada yang curiga pada siapapun?"

"Tidak ada jejak apapun, yang ada kebakaran disebabkan oleh korsleting listrik."

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang