Aku menatap tembok tinggi yang menjulang. Tadi tak terlihat setinggi ini. Bagaimana cara untuk masuk ke kota ini?
"Hmm, hallo!"
"Siapa?"
"Aswin Albert Kusuma."
Aswin menarikku ke belakang.
"Oh, Tuan Aswin. Kenapa kamu datang kemari?"
"Aku mengantarkan anggota keluarga William."
"William?"
"Ya."
Pintu terbuka, Aswin menarik tanganku mendekat. Seseorang datang dan mengecek kami. Dia nampak kaget melihatku dari atas ke bawah.
"Dia masyarakat Whiteland? Siapa kamu?"
"Dia anggota keluarga William."
"Apa yang terjadi?"
"Kami kecelakaan."
"Tuan Aswin?"
Seorang wanita datang, pakaiannya serba putih berkilauan. Mungkin ada berlian dipakaiannya.
"Hai, Sia."
"Ya ampun, pasti kamu baru saja terkena musibah. Datanglah kerumahku." Wanita itu menarik tangan Aswin sampai tanganku dilepas.
Aku melongo dan berjalan di belakang Aswin. Siapa wanita itu?
"Dia siapa?" Wanita itu menunjukku.
"Dia keluarga William, aku akan mengantarnya kesana."
"Ya ampun, selamat datang nona. Pasti berat bagimu. Apa setelah mengantarkannya kamu kemari lagi?" Wanita itu cukup menganggu buatku.
"Kita lihat nanti."
Aku memicing, sudahlah. Kami diantar kerumahnya, rumahnya lumayan besar. Aku masuk ke dalam dan diberi pakaian olehnya.
"Mandilah, kamu cukup bau."
Dia menutup hidungnya, aku mencium diriku sendiri. Bau apa? Orang yang bernama Sia itu pergi menarik Aswin.
Bagus, setelah dia mengataiku sekarang malah pergi tanpa bilang satu katapun.
"Dimana kamar mandinya?"
"Dilantai atas." Teriaknya.
Aku berjalan lambat dan membuka pintu kamar mandi. Kuharap aku bisa bertemu kakek. Aku menatap pantulan diriku. Ini dia Whiteland. Mataku biru sempurna dengan rambut putih perak berkilauan. Kulitku sudah mirip kulit Bion. Sepucat itu.
🍁🍁🍁
Aku mendapatkan makanan dari Sia. Dia terus menempel pada Aswin tiada henti sampai rasanya aku muak. Ku habiskan makananku dan mencucinya. Aku sangat berterima kasih sebenarnya, tapi ya sudahlah.
Aku tak punya hak untuk itu.
"Tuan Aswin menyukai ini?" Sia mencoba menyuapi Aswin.
Aku diberi potongan buah dengan jumlah kecil sedangkan Aswin memiliki buah lebih besar dan berisi. Aku hanya diberi sisa makanan lebih miripnya. Sepertinya Sia tak suka padaku.
"Tidak, Sia. Terima kasih."
"Jangan menolaknya!"
"Baiklah."
Aswin menerima buah dari Sia.
Aku mengigit satu potong buah apel. Rasanya sangat manis seperti memakan gula halus secara langsung.
"Enak kan?"
"Hmm."
Aku memilih pergi dari mereka berdua, sepertinya mereka kekasih. Sepetinya. Atau mantannya? Aku memakai sepatu pemberian Sia. Sepatunya lucu karena sama dengan rambutku. Aku keluar rumah, disini. Orang-orang terlihat sama satu sama lain. Bedanya aku saja yang memiliki rambut perak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Fiksi IlmiahTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...