Bab 1 : Anak itu

2.1K 223 112
                                    

"Haha... Bodoh!!!"

"Freakk...!"

"Idiot!"

"Sampahh!"

"Haha..."

Cukup!!! Aku tidak mau lagi mendengar kata-kata mereka lagi. Apa salah aku yang bodoh? Aku juga tidak mengharapkan itu terjadi. Siapa yang mau tinggal kelas? Tidak ada! Tanganku mencengkram rok abu-abu ku. Kepalaku hanya menunduk dalam. Seharusnya aku sudah naik kelas 3, bukan tinggal di kelas 2.

Telingaku sudah lelah mendengar cemoohan mereka. Aku lari sekencang-kencangnya tanpa memperdulikan orang-orang. Sesekali tubuhku menabrak orang lain. Tapi, apa peduli mereka kepada gadis bodoh yang tinggal kelas?

Jujur, aku tak sebodoh itu. Aku masih bisa mendapat nilai KKM. Namun, kenapa aku yang tinggal kelas? Anak yang suka bolos saja, mereka bisa naik kelas. Kenapa hanya aku? Apa salahku?

"Arghttt..." Aku berteriak menumpahkan semua kekesalanku.

Disini, diatap ini...

Hanya disini tempat aman dari mereka. Tidak ada lagi yang akan mengejek ku disini. Kupeluk lutut ku, aku takut! Takut bagaimana reaksi orang tua ku nantinya. Kuyakin ayah akan marah kepadaku dan ibu akan kecewa. Aku akan membuat mereka sedih.

Aku harus bagaimana?

Mati?

Itu jauh lebih bodoh! Apa ayah dan ibu bisa menerima ini? Aku akan membayar uang lagi tahun ini. Aku hanya akan jadi beban mereka! Hidup kami sudah pas-pas an. Jika mengulang lagi ayah dan ibu harus membayar uang lebih lagi.

Bisakah aku keluar dari situasi ini?

🍁🍁🍁

"Assalamuallaikum!"

Kubuka pintu rumahku, sepi! Setiap hari aku harus sendiri, orang tua ku selalu pergi dari pagi sampai sore bekerja. Mereka berdua buruh serabutan, kadang jadi petugas kebersihan, buruh panen, bahkan pemulung. Mereka melakukan semua itu demi aku, anak tunggal yang tidak bisa diharapkan.

Kugantung tasku di pintu dan merebahkan diriku di kasur. Aku tak mau mereka sedih, aku terlalu takut bilang sejujurnya bahwa diriku tinggal kelas. Reaksi mereka yang kutakutkan, jujur mereka pasti kecewa berat kepadaku. Wajah lelah mereka akan bertambah dengan kondisiku saat ini.

"Assalamuallaikum!"

"Waallaikumsalam!"

Mereka sudah pulang? Sekarang masih jam tiga sore biasanya mereka pulang saat magrib. Apa yang terjadi? Segera ku berlari ke depan, perasaan ku tak enak jika sudah begini. Jarang-jarang mereka pulang lebih awal.

Dan benar, kulihat ayah yang terpincang-pincang dibantu ibu. Ada juga beberapa orang yang berdiri di belakang. Perasaanku benar adanya, ada sesuatu yang terjadi. Aku yakin ayah mengalami sesuatu saat bekerja.

"Bu, Ayah kenapa?" Ibu membantu ayah duduk dikursi. Dari raut wajah ayah dia nampak menahan sakit.

"Kesrempet motor, ayah baru mau sholat di masjid. Saat menyebrang ada motor yang nyrempet. Ambil air untuk ayahmu!" Kepalaku mengangguk dan mengambil segelas air putih.

"Ini." Kuberikan kepada ibu. Ibu sedang membantu ayah minum. Sepertinya tangannya juga luka sampai ibu membantu ayah minum.

"Sudah ke dokter?" Tanyaku memastikan.

"Iya, ayah sudah tidak apa-apa. Hanya keseleo sama luka kecil, besok pasti sembuh." Ayah tersenyum kecil. Syukurlah tak ada masalah yang serius.

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang