"Serang aku!"
Apa?
El berdiri di depan pintu, dia memakai pakaian serba hitam. Yang langsung mengingatkanku pada beladiri asli Indonesia. Pencak silat adalah salah satu beladiri dan menjadi khas Indonesia. Keteguk ludahku, dia mungkin ingin membuat lelucon tak berhasil padaku.
"Serang aku, Trea!"
"El, kamu bercandakan?"
Dia tidak main-main saat dia katakan serang dan aku mengganggapnya bercanda. Dia mendekatiku dan menarik krah bajuku. Tanpa aba-aba dia membanting tubuhku. Rasa sakit langsung menyerang punggung ku. Tak tanggung-tanggung karena badanku bersentuhan dengan lantai keras tanpa matras atau kasur.
"Arghtt..."
Napasku memburu, air membasahi badanku sampai kaos yang kugunakan basah kuyup seperti disiram air. Kepalaku sedikit pening dan punggungku nyeri. Mimpi yang sangat berbahaya untuk berubah menjadi kenyataan. Jika terjadi aku tahu sakitnya bisa saja membunuhku.
Pintu terbuka menampilkan wajah seseorang yang baru ku mimpikan. Satu alisnya terangkat menandakan bahwa dirinya bertanya. Mungkin teriakanku sampai dipendengarannya atau suaraku terlalu mengerikan. Sedikit waktu untuk membuat alibi semenyakinkan.
"Kamu kenapa?"
"Mimpi buruk dikejar anjing, hehe..."
"Oh, cepat turun kamu telat 27 menit 5 detik."
Dia membanting pintu dan keluar tanpa permisi. Seharusnya aku memilih mengunci pintu agar dirinya tak dapat seenaknya begini. Mimpi itu tadi terlalu nyata untuk sebuah mimpi. Atau itu semacam pertanda buatku? Siapa tahu Elang memang ingin melakukannya saat aku tiba di bawah nanti. Aku harus menyiapkan diriku mulai saat ini.
Tapi, apa yang aku pikirkan tidak terjadi. Mereka menungguku makan dan Elang sangat baik untuk tidak membantingku. Semuanya terlihat rapi dan segar.
"Cepat sarapan dan ikut aku!"
"Kita mau kemana?"
"Kamu kira dengan kemampuanmu sekarang bisa lulus ujian?" Jawabnya kelewat ketus.
"Hah?"
"Ujian tinggal beberapa hari lagi Trea, ini tak akan mudah." Dion bermain dengan komputer menampilkan berbagai macam tulisan aneh.
"Aku tahu!"
Rasanya mereka seakan menekanku disini. Coba bayangkan, waktuku kurang lebih 3 hari lagi dan yang kupikirkan adalah bagaimana caraku lolos ujian. Mungkin pihak Whiteland sudah tahu kami disini dan berniat menculiku kembali.
"Ayo!"
Aku hanya memakan roti dan selai. Entah akan jadi apa ujian itu. Bisa saja ternyata lebih berat dari dugaanku sekarang. Kuharap mereka tak membuatnya sulit untukku. Elang memberikan sebuah kayu panjang. Aku tak benar-bemar tahu kegunaannya. Dia berjalan terus sampai ke tepi danau. Tidak ada orang keculi kamu berdua.
"Kenapa sepi?"
"Mereka sedang melakukan tradisi, kau tahu menyepi? Mereka tak bisa kelaur rumah haru ini."
"Kenapa?"
"Menurut mereka sekarang hari buruk, para roh jahat sedang berkeliaran dan mengincar jiwa mereka."
"Wow, itu hanya mitos bukan?"
"Itu nyata, kamu lihat tengah danau itu?"
"Apa?"
Danau diselimuti kabut secara tiba-tiba. Semakin pekat dari tengah danau dan menyebar kesekitar danau.
"Maksudnya kabut?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Science FictionTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...