"Ada yang bisa kubantu?" El sedang menyiapkan sarapan pagi. Dia cekatan memasak makanan mahal untuk kami.
"Hm, siapkan piring dan potong kubis itu!" Perintahnya tegas.
Kusiapkan piring diatas meja dan membersihkan kubis hijau. Sedikit rasa bingungku, sejauh ini yang kulihat hanya warna putih. Lalu, bagaimana bisa kubis, daging, air, dan semuanya berwarna-warni. Kulirik El, pria disampingku sibuk mengaduk sesuatu diatas kompor listrik. Katanya semua listrik dialiri mnggunakan tenaga surya.
"Kami mendapatkannya dari wilayah lain, disana banyak bahan makanan yang bagus. Coba kamu rasakan ini!" El memberikanku sesendok entah apa berisi cairan kental berwarna kuning keemasan. Mulutku membuka dan memakannya.
Rasa manis menyambutku, rasanya manis madu. Jauh berbeda dengan dibumi, madu disini terasa segar dan penuh aroma bunga yang harum. Hidungku tidak mencium bau madu melainkan sermerbak bunga-bunga. Kuacungkan jempolku, aku harus memesannya 10 botol. Siapa tahu aku bisa kaya mendadak.
Kubuang pikiran itu jauh-jauh bukan saatnya memikirkan masalah kaya. Masalah lain lebih berat dan mempertaruhkan nyawa. Kupotong kubis kecil-kecil sesuai permintaan El. Harus sama dan persisi, itu mutlak.
"Apa jarimu sudah membaik?" Tanganku berhenti memotong dan menatapnya.
"Ah, oh... Y-ya." Aku kikuk menjawabnya.
"Jangan berbuat kecerobohan lagi, disini jauh lebih berbahaya daripada disana."
Mataku fokus ke pisau dan kubis didepanku. Aku dengar perkataannya dan paham betul artinya. Disini bukan lagi Indonesia yang bisa melapor ke polisi, membuat video dan booming, atau nge-live di IG. Siklusnya sama, video, booming, lapor dan terkenal. Lucu kan? Tapi, disini berbeda, hpku bukan lagi barang mewah. Benda itu percuma kubawa, tak ada efek membantuku keluar dari situasi ini. Sinyal tak pernah ada, percuma saja.
"Yah aku tahu, maaf untuk kemarin." Otaku terus mengingat kejadian kemarin saat El mengagetkanku dan menolongku. Wajahku memanas, aku merasa bodoh atas perlakuanku yang ceroboh dan tak tahu malu.
"Aku maklum."
Keheningan menyelimuti kami setelahnya, perintahnya kuturuti dengan anggukan. Kami sibuk berkutat dengan kegiatan kami masing-masing. Dion dan Bion datang, jika kuperhatikan seksama mereka memiliki wajah yang hampir sama, kulit seputih salju, tantanan rambut ala artis korea, jangan lupa tinggi mereka yang sama.
"Mereka kembar jika kamu ingin tahu!" El tersenyum geli melihat ekspresi wajahku selanjutnya.
🍁🍁🍁
Dan benar saja Dion dan Bion adalah saudara serahim, yang nyatanya ayahnya asli bumi ini dan ibu mereka asli bumiku. Yang mustahil bagaimana cerita cinta mereka bertemu. Bion mewarisi rupa ayahnya sedangkan Dion ibunya. Pantas jika mereka memilih bertempat tinggal berbeda. Dion terlalu aneh berada disini dengan rambut hitam mata coklatnya dan Bion terlalu aneh dengan rambut putih mata birunya.
Sifat mereka juga berbeda, Bion lebih kekanakan dibandingan Dion yang dewasa. Hanya itu, selebihnya mereka mirip. Aku sangat terkejut ternyata bos di cafe ku adalah seorang alien secara garis besarnya. Padahal dia hidup normal selama yang kutahu, ramah kepada pegawai dan para customer.
Kalau El, dia sama denganku. Asli dari Jogja dengan wajah blesterannya. Mata hitam legam yang mampu membuat siapa saja tersedot masuk ke dalam. Aku beruntung masih memiliki seorang manusia asli bumi. Tidak bagus bila aku seorang manusia bertempat lain yang nyasar ke planet lain sendiri.
"Dia datang!" Bion membawa tas besar ditangannya. Dibelakangnya pria bertubuh tegap seperti tentara datang dengan membawa senjata laras panjang.
"Dimana anak barunya?" Pria itu mengamati sekeliling dan berhenti tepat ke arahku. Kutaksir umurnya baru ke angka 30 an, ada janggut dan kumis tipis disekitar rahangnya.
"Wow, perempaun! Baru kali ini Sioner ada seorang perempuan." Pria itu mendekatiku.
Mataku menatapnya awas, entah kenapa perasaanku mengatakan harus menjaga jarak dengannya. Dimataku dia terlihat berbahaya dengan senjatanya. Kapan saja dia siap untuk menembak siapapun orang yang mengganggunya. Kakiku mundur satu langkah sendiri. Aku takut!
"Tenang, aku kawan bukan musuh. Namaku Gerry, panggil Master G. Aku ketua Sioner, siapa namamu?" Nadanya lembut memberikan sensasi nyaman dan aman disaat bersamaan.
"Trea, maaf." Aku menunduk malu karena kelakuanku sendiri.
"Dia lucu kan! Buatku yah!" Kudengar suara ringan Bion.
"Ck, diamlah! Aku senang kamu mau menerima takdirmu. Aku akan menemuimu lagi nanti. Sampai jumpa!" Dia berjalan melewatiku.
Akhirnya aku bisa bernapas lega. Tubuhku lemas seketika, rasanya bebas terlepas dari aura nya. Untuk nanti aku akan berusaha menjauhinya semampuku, tapi katanya tadi dia ketua Sioner. Pastilah aku akan bertemu dengannya sesering mungkin.
🍁🍁🍁
Kuambil gelas dan menekan tombol membuat teh. Kubutuh sensasi manis pahit yang tercipta untuk memberikan kenikmatan yang aku rindukan. Aku rindu teh buatan ibu, manisnya pas. Kedua sudut bibirku terangkat, hanya dengan ini aku bisa tersenyum.
"Besok kita akan pergi, siapkan semua kebutuhanmu. Jam 5 kita berangkat!" Perintah suara dingin dibelakang ku.
Beruntung gelasku tidak melayang ke kepala El. Dia bisa berada dimana saja tanpa menimbulkan langkah kaki. Kuputar tubuhku dan menatap tajam El. Sudah dua kali ini dia mengejutkanku.
"Apa selain memasak kemampuanmu berteleportasi?" Tanyaku curiga.
"Bisa jadi! Jangan berharap kita punya kekuatan meski kita Sioner." Dia pergi begitu saja setelah mengejutkan ku.
Kupegang erat gelasku, besok kami akan pergi dari tempat ini. Dimana tujuan mereka akupun tak mau menanyakannya. Akhirnya akan sama pergi ke daerah yang belum pernah kulihat ataupun dengar. Dunia baru dengan keistimewaan sendiri. Ada perasaan gelisah ketika para Demoter mengincarku. Aku takut kami tertangkap mereka, mereka rela membunuh siapa saja. Tak terkecuali aku!
Fakta lain yang kudapat, para Sioner belum bisa memperoleh pengakuan dari 4 wilayah jika mereka belum memberikan kontribusi pada wilayah itu. Master G baru mendapat 2 pengakuan dengan sebuah lencana. Dion, Bion, dan El, mereka bertiga baru mendapat satu lencana. Hanya aku yang dalam bahaya, entah dengan Sioner lain. Aku belum bertanya dimana Sioner lain bersembunyi.
🍁🍁🍁
Hallo!
Dukung saya terus ya!
Salam ThunderCalp!

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Ficção CientíficaTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...