"Ayah sama ibu mau pergi ke Jakarta. Trea mau ikut atau disini?" Tanya ibu.
Malam ini mereka memberitahu kabar mengejutkan. Kata ibu, mereka harus menyelesaikan suatu masalah di Jakarta. Parahnya mereka meninggalkan ku sendirian di sini selama dua minggu. Dengan berat hati kutolak ajakan mereka, aku punya kewajiban yang harus kujalankan.
"Kamu berani sendiri?" Tanya ayah kali ini.
"Iya, kan Rea kerja dari pagi sampai sore jadi nggak masalah. Kapan berangkatnya?" Tanyaku memastikan.
"Nanti jam 1 pagi, kamu nggak apa-apa kan ayah sama ibu tinggal. Nanti jangan kaget kalau kami sudah pergi." Ibu mengemas beberapa barang ke dalam tas.
Kulihat ayah juga ikut mengemas beberapa map. Aku takut menanyakan kepergian mereka yang tiba-tiba. Takut alasan mereka yang pergi dari kota ini walau hanya dua minggu. Itu waktu yang lama meninggalkan anak gadis seorang diri sepertiku. Beruntung kawasan rumahku aman dan nyaman. Warga di sini tidak ada yang aneh, semua hidup rukun.
"Hati-hati, ya. Rea bakal kangen. Jangan lupa oleh-oleh!" Kutahan air mataku agar tidak keluar.
"Iya, sudah malam. Kamu tidur, gih!" Suruh ibu yang kujawab dengan anggukan.
Kakiku berjalan pelan ke kamar, rasanya berat di tinggal mereka pergi. Kututup pintu dan mengintip mereka. Ayah dan ibu tampak sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Kuharap semuanya berjalan lancar, aku akan berani dan kuat. Kututup pintu sedemikian rupa sampai menghilangkan celah. Pagi besok semuanya tak sama lagi.
🍁🍁🍁
"Ugh..."
Berat. Mataku amat berat untuk terbuka. Kulirik jam yang masih menunjukan jam 6 pagi. Pagi tadi aku bangun sholat subuh dan memang orang tua ku pergi. Ibu
meninggalkan sarapan pagi untukku. Aku menangis sampai kembali tidur di depan tv.Aku tak boleh berlarut-larut, segera kusegarkan seluruh badanku dengan mandi. Aku harus berangkat pagi-pagi. Itu menjadi motoku sekarang sampai dua minggu ke depan. Kupakai kaos panjang putih polos dan celana hitam panjang yang longgar. Ini bukan baju pegawai karena aku hanya pegawai dua minggu. Jadi kupikir tak masalah berpakaian non formal. Toh aku berada di belakang, penampilanku tidak akan ada yang mengkritik.
Kuambil tas ransel kecilku, masih 30 menit lagi sebelum masuk. Kumakan cepat sarapan buatan ibu dan berangkat. Jalan kaki hanya 15 menit, itu cukup buatku sampai tepat waktu. Jalanan ternyata masih sangat lenggang, mungkin semua orang pulang kampung karena libur panjang. Apalagi mendekati bulan puasa seperti ini.
Sreakk...
Apa itu? Kuamati sebuah semak-semak yang bergerak. Mungkin kucing atau hewan lain. Sudahlah, kulanjutkan jalanku menuju cafe. Baru kali ini tubuhku merinding melewati gang kecil ini. Dimana semua orang? Gang ini selalu ramai walau hari libur sekalipun.
Sttt...
Sttt...
"Sioner..."
Hah? Apa tadi itu? Telingaku menangkap suara bisik-bisik. Kuamati gang ini hanya aku yang berdiri sendiri. Kugenggam tali ranselku kuat, aku harus lari. Bisa-bisanya pagi ini ada kejadian mengerikan ini. Hal itu bertambah saat tiba-tiba seseorang berbisik tepat di dekat telingaku.
"Kamu ditemukan!"
🍁🍁🍁
"Wajahmu kenapa?" Hani berdiri disampingku. Tangannya mengecek dahiku, kerutan nampak didahinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Ciencia FicciónTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...