Aku menghabiskannya dengan berlatih bergelantung ke tiang satu ke tiang lain. Katanya ini seperti dari pohon satu ke pohon lain. Aku mulai lelah dan memilih satu tiang untuk istirahat.
Frans berkata aku sangat baik sampai Jiun sedikit merasa khawatir dengan rekornya. Aku masih ingin lebih cepat tapi sepertinya memang Jiun sudah bisa menaklukkan semua rintangannya. Setiap kali aku mencoba tiba-tiba ada bola lagi dan aku jatuh. Itu cukup melelahkan.
"Kamu sudah selesai?"
Tidak!
Seorang laki-laki berkacamata datang kearahku. Aku melompat dan berdiri didepannya.
"Iya."
"Ini sudah sore Trea! Katamu kamu hanya akan sampai siang."
"Maaf, aku lupa."
"Ayo, pulang."
"Sebentar, aku harus bilang ke Frans. Nanti dia mencariku."
"Frans?"
Aku memungut barangku dan menengok kesana kemari. Dimana orang itu?
"Kamu sudah ingin pulang?" Frans datang dan melihatku. Dia sudah tak memakai seragamnya. Kali ini aku bisa lihat dia seperti masyakarat Greenland biasa.
"Hmm... Temanku sudah datang, terima kasih untuk hari ini. Nanti kapan-kapan aku datang kesini lagi."
"Sebenarnya aku ingin mengantarmu, tapi.." Frans menengok ke belakangku. Aswin sudah ada dibelakangku tepat.
"Ayo, Trea!"
"Okey, Frans. Besok lagi, ya."
Aku pergi dan melambaikan tanganku. Disana sangat menyenangkan dan aku bisa melatih kekuatan Greenland ku yang punya kelincahan.
"Siapa dia?" Tanya Aswin saat aku masuk ke dalam mobilnya.
"Frans, dia Guard."
"Oh..."
Kamu tak banyak bicara saat berada di mobil. Lagipula aku sudah sangatlah lelah. Besok, mungkin El dan Dion sudah kembali. Tinggal kami menunggu hasil ujian.
"Kamu sudah makan?" Tanya Aswin saat membuka pintu buatku.
"Terima kasih, sudah. Kamu tahu Aswin, tadi Frans mengajakku makan di kantinnya. Makanannya enak sekali, dan aku makan cukup banyak. Oh, kata Frans aku mendapatkan akses kesana. Jadi aku bisa sewaktu-waktu pergi."
Aku menunggu reaksi Aswin, bukankah ini kabar bagus. Bisa saja aku masuk Guard dan mencari tahu permasalahan Master G. dengan Jiun. Aku sangat penasaran.
"Hmm..."
Dia masuk ke dalam rumah. Mungkin ini bukan kabar bagus. Aku mengikutinya dan berniat mengunjungi Bion. Aswin berada diruang tv dan menyetelnya. Aku naik dan masuk ke dalam kamarnya. Aroma Greentea segar langsung mencolok hidungku, banyak poster luar angkasa dan peta Indonesia sangat besar. Aku melihat Bion sedang bermain game dengan berteriak cukup keras.
"Kamu main apa?"
"Game dengan Theo, kamu mau main?"
"Lihat saja." Aku naik dan duduk disampingnya.
"Theo, nyalakan saja monitormu. Ada Trea disini."
"Benarkah?"
Layar langsung menampakkan wajah seseorang.
"Bagaimana kabarmu?"
"Baik, kamu sendiri? Kata Bion kamu suka seseorang."
"Hah?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Science FictionTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...