"Ibu!!!!!"
Rasanya tubuhku amat lelah, keringat bercucuran, dan aku tak ingat kenapa aku sampai bisa berada di ruangan super gelap. Napasku naik turun, ada perasaan was-was menghantuiku. Bagaimana dengan ujianku?
"Kamu segera mandi, kita harus bersiap?"
Seseorang membuka korden menampakkan pemandangan mengerikan. Langit gelap dengan petir menyambar di langit, aku bahkan bisa merasakan dentuman di penjuru ruangan ini.
Tapi, apa itu artinya aku lulus?
"Kita di Blackland?"
"Kamu memilih pilihan terbaik Trea, kamu mendapatkan lencana."
Aku berhasil?
Jadi membebaskan Coin adalah pilihan terbaikku?
El pergi meninggalkanku bersama perasaan senang di dada. Jadi, memang begini akhirnya. Aku mendapatkan kepercayaan dan pengakuan dari Redland. Tinggal 3 lagi, aku bisa kembali ke bumi ku.
🍁🍁🍁
Baik Redland dan Blackland sama saja, semuanya manusia pada umumnya hanya tempatnya yang berbeda. Blackland hanya ada musim hujan sepanjang tahun dan kadang musim panas ditemani kilatan di langit. Pakaianku serba hitam dengan, kaos hitam, celana hitam, jaket kulit hitam yang pasti mahal, dan sepatu hitam keren. Aku ingin membawanya pulang ke rumah.
"Ya ampun, Trea. Kamu mau melihat sepatumu terus?" Dion menertawaiku.
"Hmm, ini sepatu paling bagus yang aku pakai!"
"Maafkan kakakku sayangku, kakak akan membelikan 10 sepatu padamu!" Bion hampir memelukku sebelum tangan El sigap menangkisnya.
"Kamu bisa memilikinya Trea, selamat untukmu telah lulus."
El menghidangkan makanan Indonesia seperti di restoran bintang lima. Padahal aku tak berharap mendapat pengakuan dari Redland. Pilihan sulit waktu itu. Coin sedang bertelur bagaimana mungkin aku membunuh satu-satunya jantan? Bagaimana juga aku bisa dibawa langsung datang kemari? Aku belum berpamitan dengan lainnya.
Kutatap Master G hanya diam mengelap senjatanya. Kupikir dia juga akan memberiku selamat atau sekadar senyuman bangga.
"Dimana dia!"
Suara seseorang menggelegar sampai aku tahu dia pasti orang itu.
"Bocah itu!"
Master G berdiri membidik pintu. Pintu terbuka menampakkan wajah seorang laki-laki dengan tato dipelipisnya. Aku meneguk ludahku susah payah. Apa dia yang namanya Timoty? Bahkan dia membawa senjata yang pasti untuk membunuhku. Badannya sangat kekar dan tato bergambar tengkorak itu sangat menakutkan.
"Ada apa Theo?"
"Dimana bocah itu, dia temanmukan Bion?"
"Eh... Tunggu temanku, letakkan senjatamu dan mari makan."
"Tidak! Aku akan membunuhnya!"
"Maaf, tapi kamu datang disaat kami makan." El nampak tak antusias menghadapi Timoty, kukira karena Master G sangat bersiap menembak seseorang.
"Tak apa-apa Trea, makan saja." Dion berbisik dan memberiku ayam sebesar bola.
"Dia mengalahkanku! Aku harus menghabisinya!"
Aku berdiri dan menghampiri laki-laki itu. Kukira kami seumuran, wajahnya tidak nampak setua laki-laki disekitarku. Rambutnya sangat hitam dan terpotong rapi sama seperti anak-anak di SMA ku. Walau ada tato.
"Kukira kamu mencariku, tapi aku tak berniat mengalahkanmu. Aku hanya bermain bersama Bion."
"Kamu, perempuan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Ciencia FicciónTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...