Bab 27 : Serbuk Hitam

265 46 5
                                        

Aku tak tahu Theo membawaku ke tempat aneh. Didepanku lebih seperti goa kecil yang hanya bisa dilewati satu orang. Dia masuk pertama dan kuikuti. Aroma tanah bercampur hujan membuatku nyaman. Di dalam tak terlalu gelap, bahkan di samping dinding goa banyak obor kecil. Seperti jalan menuju dimensi lain.

"Kau harus bertingkah wajar!"

"Maksudnya?"

Theo mengeser batu besar, cahaya perlahan datang, selanjutnya aku melihat penampakan keramaian dengan keajaiban tak pernah kulihat sebelumnya.

Aku melihat isi goa begitu tinggi dan luas, kanan dan kiri orang-orang sedang melakukan transaksi jual beli. Mirip seperti pasar, mereka melakukan sistem barter. Kami melewati pasar dengan pelan. Theo tak banyak menjelaskan karena aku paham ini pasar negara mereka. Tersembunyi di goa. Ada yang menjual tanaman, daging, baju, dan aneka ragam kebutuhan manusia.

"Disini kami saling bertukar barang, karena kami tak selamanya bisa memenuhi kebutuhan tiap individu jadi dibuatlah pasar ini. Mereka bisa menukar barang mereka. Tentu ada pengawas jika terjadi kesalahpahaman."

"Kamu?"

"Ya, tugasku di malam hari."

"Tempat ini 24 jam?"

"Benar, malam hari jauh lebih ramai. Kamu bisa menemukan barang dari bumimu."

"Benarkah?"

"Harganya jauh lebih mahal." Theo memandangiku.

Mungkin dia tahu aku tak punya barang yang bisa ditukar.

"Ayo!"

Theo mengajakku ke tempat lainnya, kali ini kami melewati lorong dengan bebatuan biru yang menyinari kami. Selanjutnya tak kalah menakjubkan dari tadi. Kami keluar dari goa dan bertemu dengan pusat kehidupan warga Blackland.

"Kami tak terlalu ramah dengan warga asing, jadi kamu harus sopan."

"Aku sopan!"

"Hmm..."

Apa salahku? Sejauh ini aku mencoba sesopan mungkin bahkan padanya.

"Theo!"

"Simon!"

"Kamu dari mana kami sudah menghabisi musuh!"

Orang bernama Simon datang dengan tubuh penuh lumpur. Badannya sangat tinggi dan besar, aku perlu mendongak lebih.

"Aku mengantar Sioner baru!"

"Dimana? Wanita ini?"

"Hallo, saya Trea."

"Ahh, aku harus ke devisi satu." Simon menatap Theo tanpa memperdulikanku.

"Baiklah!"

"Wanita ini, tolong jangan muncul lagi."

Hah?

Apa maksudnya?

Aku melirik Theo yang tertawa kecil, apa yang lucu? Aku butuh penjelasan! Kenapa aku tak boleh muncul lagi. Bahkan kami baru bertemu pertama kali. Apa aku melakukan kesalahan?

"Dia membenci perempuan!"

"Apa?!"

"Warga Blackland didominasi kaum pria, lebih banyak kelahiran anak laki-laki. Dari data terakhir perbandingannya hampir 1 banding 9."

"Ohh, itu mengerikan."

"Maka dari itu dia menyuruhmu tak datang ke sini lagi. Dia tak suka ada perempuan di daerah sini."

"Kenapa?"

"Sebagian besar kami beraktivitas di sini, lainnya di luar sana demi melindungi warga yang rentan. Dia tak menyukai warga asing berada disini terutama perempuan. Dia menganggap perempuan lemah dan menambah beban baginya."

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang