Udara di Viki begitu dingin, apa disini akan turun salju? Aku belum pernah melihatnya secara langsung salju yang turun dari langit. Apa begitu dingin?
Sudah tiga hari lamanya kami disini, itu artinya tinggal sembilan hari lagi menuju akhir dari ujian. Bagaimana kami bisa menyelesaikan ini dengan waktu itu? Bahkan kami belum bertemu pimpinan Viki. Aku pikir jika berteman dengannya, dia akan menunjukan bagaimana Viki dalam menjalankan hidup. Ternyata tak seperti yang kubayangkan, untuk tahu dia dimana saja sulit.
"Trea, apa kamu yakin bawa pengawal?"
"Iya, mereka sangat berguna tahu. Kamu pikir aku tidak trauma soal kemarin, nanti kalau kita bertemu penduduk disini lalu ditangkap? Aku tidak mau membuang waktu."
"Oke-oke, aku juga."
"Oh ya, bagaimana persentase hari ini?"
"Hanya naik sedikit, kira-kira 39%."
Hanya naik 4%, masih kurang 56% lagi. Aku masih kebingungan mencari cara untuk menarik perhatian masyarakat Viki. Apa kami harus membangun sesuatu? Atau menangkap buronan? Kepalaku ingin pecah, Master G. juga sedang bicara dengan para tetua untuk memberikan kami akses karena Jackson itu sangat payah. Dia pergi dan tanpa membuat kami diterima dulu. Apa dia juga sedang menguji kami?
Katanya saja menerima, tapi masyarakat Viki justru membenci kami.
'Kamu kenapa?' Sebuah pohon bergerak menutupi cahaya diatasku.
"Kamu punya ide untuk membuat bangsa Viki tertarik pada kami tidak?"
"Apa Trea?" Dion menengok kearahku.
"Bukan kamu, tapi pohon." Aku menunjuk pohon yang baru kami teliti.
"Oh, kamu seperti orang bicara sendiri."
Mungkin jika tak tahu, aku akan dianggap gila. Yah, aku sudah gila sekarang.
'Hmm, soal itu aku tak tahu. Aku hanya pohon.'
"Aku tahu, bodoh sekali aku."
'Tapi, kamu bisa mengubah sesuatu yang tak pernah bangsa Viki lihat.'
"Apa memangnya?"
'Kami, kamu bisa mengubah kami. Walau, itu tak menjamin tapi kami pikir itu bisa merubah suatu. Jika itupun tak berhasil, bagaimana dengan menyelesaikan masalah bangsa Viki. Ada banyak persoalan disini yang tak dapat ditangani oleh pemerintah atau pihak keamanan setempat. Cobalah datangi tempat itu dan minta berkas merah.'
"Darimana kamu tahu?"
'Kami para pohon saling berbisik. Cobalah, mungkin ada perubahan untuk kalian Sioner.'
"Terimakasih pohon, akan kucoba." Aku memeluk pohon.
Mari selesaikan kasus di pihak keamanan, aku pasti bisa menarik simpatik masyarakat.
"Dion! Aku punya ide, bagaimana bila kita ke pihak keamanan?"
"Apa? Kamu mau berurusan dengan mereka lagi?"
"Iya, kali ini kita juga harus bergerak. Kira tak boleh diam kan? Apa kamu sudah selesai meneliti?"
"Tinggal menunggu alatku saja, nanti aku bisa membuat racikan untuk pohon dan tanah."
"Bagus, nanti itu sangat berguna. Mari kita mencari kasus."
"Sepertinya kamu dapat bisikan berbahaya."
🍁🍁🍁
"Hallo, pak."
"Kalian mau apa?" Ernest melepaskan kacamatanya dan menghembuskan napasnya. Apa kami datang di saat tak tepat?

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Ciencia FicciónTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...