Bab 18 : Latihan 1

466 67 1
                                        

Benar dugaanku!

El bersama Master G berdiri di depan rumah dan memunggungi ku. Kakiku bergetar, jadi sedari tadi mereka sudah bangun dan menungguku di sini. Mereka asik membicarakan sesuatu hal yang tidak dapat ku mengerti. Seakan berbisik agar orang lain tidak mendengarnya. Aku berdehem dan membuat dua pria dihadapanku berbalik. Wajah tegas terukir diwajah mereka berdua.

"Lari 20 kali!"

"Hah?"

Lari 20 kali? Dimana? Kupasang wajah cenggo, maksudnya apa coba? Master G mengalihkan pandangannya dan berjalan pergi. Ada apa ini? Sekali lagi El memerintahku, kali ini dia benar-benar ingin membunuhku perlahan.

"Kelilingi wilayah ini 20 kali!"

Apa El berniat menguji ketahanku? 20 kali mengelilingi wilayah ini bagai mengelilingi lapangan sepak bola? Gila!!! Tanpa kata-kata lebih lanjut, aku lari. Bisa-bisa dia menambahkan kata lain yang menambah deritaku selanjutnya. Peluh keringat berhasil meluncur di dahiku. Baru setengah jalan dan aku sudah akan pingsan. Tidak!!!

Ini masih awal untuk menyerahkan, kukerahkan kekuatanku. Kakiku berlari entah sampai dimana. Di ujung jalan aku menemukan rumah Rexa, berarti baru satu putaran. Masih 19 lagi, napasku memburu dan hawa panas menguar dari tubuhku. Aku sudah tidak tahan lagi!

"Menyerah?"

El berjalan santai disampingku, tunggu! Tangannya dimasukan ke dalam kantong dan berjalan biasa. Sedangkan aku mengerahkan segala dayaku untuk berlari. Tapi, kenapa dia bisa sesantai itu. Aku menggeleng dan kembali fokus berlari. El tidak lagi berjalan, pasti dia diam disana. Kuhapus jejak keringat yang menutupi pandanganku.

Brukk...

Tubuhku berguling dan tersungkur. Wajahku langsung menghantam jalan setapak begitu juga tubuhku. Rasanya perih melanda wajah dan lututku. Aku terkesiap saat tahu darah keluar dari celana milik Rexa. Ada bagian sobek di lutut dan siku bajuku. Ini perih! Kutahan air mata dimataku, sakit!

Wajahku memanas seketika, aku menangis. Untungnya jalan yang kulewati sepi. Hanya ada aku yang sedang duduk tanpa tenaga. Bukan saatnya diam! Kucoba berdiri dan berjalan tertatih-tatih. Baru dua putaran dan aku gagal. Rasanya berat untukku, aku perempuan biasa bukan seorang superwowan.

Kembali aku berlari kecil tanpa memperdulikan luka ditubuhku. El akan tertawa melihatku berpangku tangan. Ini tidak seberapa! Aku bisa melakukan lebih lagi. Kutemukan lagi rumah Rexa, tidak ada El. Berarti dia pergi kesuatu tempat. Baiklah dua putaran rasanya cukup bagi pemula. Saat aku akan menyudahi suara barito menusuk telingaku.

"Menyerah?"

Dia disana dengan wajah datar. Dia tetap disana memantauku, sepertinya aku harus lari kembali untuk putaran ke tiga. Sayangnya tubuhku menolak untuk melanjutkan perjuanganku.

🍁🍁🍁

"Auw..." Rexa mengobati luka diwajahku. Setelah dua putaran, tubuhku lemas dan hampir masuk ke area pingsan. Aku masih sadar dan melihat seorang datang memapahku ke dalam rumah.

"Dua putaran! Apa kamu yakin?" El mengangkat alisnya. Dibalik pertanyaan nya terselip ejekan terselubung. Dia meremehkanku yang hanya bisa berlari dua putaran.

"Apa yang terjadi?"

Bion turun dan berlari kencang. Raut mukanya berubah khawatir. Dia menarik wajahku dan memeriksanya. Aku memikik saat tangannya menyentuh wajahku yang terluka. Rasanya aku ingin menangis kembali. Seketika tubuh Bion mundur seperti ditarik. Mataku melihat El menatap garang Bion.

"Bisakah kamu bersikap biasa? Wajahnya terluka!" El menghentakan tubuh Bion menyebabkan pemuda itu jatuh.

"Hey, itu juga karena perintah beratmu! Dia perempuan!" Bion berdiri dengan tangan terkepal.

"Diam!"

Master G datang dan duduk di seberang. Wajahnya santai memperhatikan pemandangan didepannya. Aku akan kena marah atau omelannya. Atau hukuman baru untukku karena ketidak becusanku menjalankan perintah El. Kugigit bibir gelisah, aku akan tamat ditangan Master G bukannya El.

"Berlatihlah dengan Bion setelah ini!" Dia hanya mengatakan itu dan pergi.

Lalu, kapan aku akan berlatih senjata? Bukannya setelah ini adalah latihanku bersamanya. Atau jangan-jangan dia mengubah sususan jadwal latihan ku. Aku menatap El, dia menghembuskan napas. Entah apa dia nampak kesal. Dia ikut pergi menyusul Master G tanpa penjelasan atau kata-kata.

"Jika kamu belum bisa lari 20 kali berarti dirimu belum pantas untuk dilatih olehnya." Dion datang membawa penjelasan.

"Jadi?"

"Kamu akan berlatih senjata bila dirimu sanggup dan kuat. Untuk sekarang, berlatihlah dengan Bion."

Kenyataan itu menamparku dan memukul dadaku. Belum pantas? Kuamati luka ditubuhku, aku tersenyum pahit. Dia jujur, aku masih sangat rendah untuk mendapatkan kata pantas. Sejujurnya aku sempat ragu apa yang ku jalani semua ini benar. Apakah aku memilih jalan yang benar?

🍁🍁🍁

Sioner?

Hari ini aku meragukan diriku Sioner. Entahlah, aku merasa kecil dihadapan mereka. Kemampuanku dan tubuhku sangat berlawanan dengan mereka. Mereka pantas disebut Sioner sesungguhnya bukan aku. Aku juga ingin seperti mereka, berguna!. Yang bisa kulakukan adalah pekerjaan rumah. Tidak luar biasa, semua orang juga bisa melakukannya.

Kulipat tanganku di atas meja dan memasukan kepalaku diatasnya. Aku menunggu Bion di ruangan penuh kabel. Rumah Rexa Rio memiliki banyak ruangan. Setiap ruang ternyata dimiliki oleh para Sioner. Di sini, ruangan kabel dan komputer milik Bion.

"Trea!"

Aku melihat Bion datang membawa barang-barang khas komputer. Yang kutahu hanya layar, keyboard, CPU, dan sebagainya. Dia tersenyum sembari meletakan barangnya diatas meja di depanku.

"Untuk awal aku akan memberitahumu beberapa hal, besok baru aku akan mengajarimu. Siapa tahu kita bisa bermain game bersama hari ini? Kamu mau?" Matanya berbinar-binar.

"Game? Aku suka." Sebenarnya aku sering bermain game di komputer sekolah. Di handphone jarang kugunakan untuk bermain karena kapasitas RAM ku yang sedikit. Jadi hanya di sekolah ku bermain.

"Baiklah! Tapi, jangan beritahu El. Dia tidak suka akan kesenangan." Bion mengambil kursi di depan komputer. Dia menyuruhku duduk disampingnya.

Saat dia menyalakan komputer, layar penuh dengan gambar wilayah. Pengunungan, kota, sawah, bahkan sungai. Aku terpaku pada gambar kota putih. Whiteland! Banyak sekali orang-orang membawa senjata. Menyelesuri setiap sudut kota dan memeriksanya.

"Setiap senin dan kamis, mereka melakukan pemeriksaan. Minggu baru mereka istirahat, tapi robot penjaga akan menggantikan manusia bekerja. Keamanan Whiteland lebih bagus dibandingam wilayah lain. Karena itu senjata dan teknologi disana sangat modern." Bion mengeser layar mirip layar sentuh dengan layar lebar.

"Kamu tahu, dibalik wilayah Archi. Sebenarnya, mereka dalam keadaan perang diam-diam. Whiteland dan Blackland, kedua wilayah memiliki pandangan berbeda. Sedangkan Greenland berhubungan baik dengan kedua pihak. Redland memilih netral." Sepintas Bion mirip Dion saat menjelaskan tentang Archi.

Mungkin aku masih kecil pengetahuan tentang Archi. Tidak banyak hal yang ku tahu, hanya pembagian wilayahnya saja. Kupikir semuanya sederhana dan mudah, tetapi setelah perkataan Bion barusan. Aku sadar satu hal bahwa Archi punya kemisteriusannya sendiri.

🍁🍁🍁

Vote dan komen!

Dukung saya terus dan jangan lupa share. Semoga saya bisa menyelesaikan semua cerita saya. Aamiin.

Salam ThunderCalp!🤗

Fanfare ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang