Aku terbangun dengan kepala cukup berat. Rasanya masih setengah sadar aku membuka pintu dan berjalan ke dapur. Aku haus.
"El, kamu sudah bangun?"
Aku meminum minumanku dan berjalan melihat apa yang dia lakukan. Dia memasak apa?
"Aku hanya membuat roti bakar."
"Dimana paman?"
"Mereka sudah berangkat sejak pagi, ayo sarapan dan pulang. Dua anak yang kita tinggalkan sudah merengek."
Aku tertawa, Bion tidak bisa memasak sedangkan Dion dia hanya tahu caranya tak bisa membuatnya jadi enak.
"Ayo, pulang saja."
"Kamu bersiap dulu saja."
Aku mengangguk, aku harus mencuci wajahku. Mataku masih ingin tidur. Entah mengapa aku menyukai tempat ini, ini rumah ibu kan. Paman pasti kesusahan mengurusnya sendirian. Pasti dia sangat rindu kakaknya. Aku memilih baju santai, paman Caiden sangat mengerti apa mau anak muda.
🍁🍁🍁
Kami sampai di rumah dalam keadaan halaman dan lantai kotor. Aku menemukan dua kembar sedang terbaring di sofa. Mereka hanya memakan buah dan beberapa cemilan. Aku membangunkan mereka dan memberesi semua kekacauan yang ada.
"Kalian mati?"
"Trea, aku lapar!" Bion tak kuasa untuk duduk.
"El sudah membuatnya, makan sana." Aku membereskan lagi.
"Kalian lama sekali!"
"Jangan merengek dan makan, kita akan latihan hari ini!" El menyiapkan makanan mereka.
Aku pergi menuju halaman dan mengambil senjataku. Setiap incinya sangat menarik, seseorang bisa mati dengan ini. Ujian apa yang akan mereka berikan pada kami?
Jika di Redland dan Blackland hanya kebetulan menurutku ditambah keberuntungan. Aku sangat khawatir mengenai ujian besok. Kami berempat akan melakukannya bersama-sama. Apa kami nisa menyelesaikan nya bersamaan? Bagaimana jika salah satu diantara kami gagal nanti? Apa kami tak bisa ke Whiteland?
"El, aku pergi duluan. Aku akan berlari ke sana!"
"Apa?"
"Aku mau lari kesana!"
"Denganku saja, mereka masih lama. Tunggu sebentar!"
El masuk ke dalam mengambil sesuatu dan bergegas ikut bersamaku berlari. Aku mengikutinya dari belakang. Lumayan jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki. Aku menghirup udara yang masih sangat segar.
"El, kau tahu bagaimana ujiannya?"
"Aku juga kurang tahu, setiap ujian selalu berubah. Master G. sudah mendapatkan pengakuan dari Greenland, dia pernah bilang untuk mempersiapkan fisik saja. Setelahnya itu hanya faktor keberuntungan."
"Ohh, begitu."
"Dia akan kesini kapan?"
"Masih lama, mungkin setelah ujian selesai."
Sayang sekali, aku ingin bertanya lagi. Jika hanya faktor keberuntungan saja, aku tak mau. Apa yang harus kami lakukan saat ujian? Melawan monster? Bertarung dengan petarung terhebat? Atau apa?
"Kita akan lulus kan?"
"Semoga saja."
🍁🍁🍁
"Lihat, Bion. Tembakan mu meleset!"
"Aku sudah fokus, El."
Bion menjadi sangat pesimis sekarang, dia tak pernah berhasil menembak. Apalagi dia tak bisa mengenai target seujung pun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Ciencia FicciónTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...