Apa-apaan ini?
Kami tiba di mana gurita itu menggeliat ke segala arah. Tentakelnya menabrak dinding kristal sampai berjatuhan. Aku harus mengambilnya. Meski kata Dion itu tak mahal tapi pasti berguna nantinya. Di Indonesia benda ini berharga lumayan jika di jual nantinya.
Kusiapkan tombakku dan membidik gurita, yang penting gurita itu harus mati.
"Tunggu Trea!"
"Kenapa? Aku siap makan gurita asam manis atau saus padang."
"Lihat dikepalanya. Ada alat terpasang."
Alat apa?
Aku menyipitkan mataku dan melihatnya lebih jelas. Sebuah alat hitam kotak terpasang disana. Apa itu? Apa dia terangsang oleh alat itu?
"Apa harus dilepaskan?" Yang penting kan guritanya tak membuat onar lagi.
"Iya, coba kita hilangkan."
"Apa rencananya?"
"Lakukan saja. Kamu apa butuh rencana?" Master G. tersenyum dan menyiapkan alatnya.
Dia membuatku ingin melakukan banyak hal. Tubuhku berubah menjadi Greenland, aku berlari dan melompat ke tubuh gurita raksasa. Semakin lama, semakin gurita itu meronta. Aku melompat ke atas.
Brakkk...
"Ahh... Aduhh..." Punggungku menabrak dinding kristal untuk kedua kalinya.
"Kamu harus menghindar."
Dorrr... Dorrr...
"Katanya harus lepas alatnya." Kenapa Master G. justru menembaknya?
"Yang terpenting alatnya lepas walau guritanya harus mati."
Dia kejam juga, aku melompat sekali lagi. Aku harus mengenai kepalanya, tanganku melemparkan tombakku ke arah matanya.
Jlebbb...
Aku merangkak ke atas, ini lebih susah. Tubuhnya sangat licin. Tubuhku merangkak perlahan ke alat itu. Alatnya hanya setelapak tangan. Kami harus memberitahu Dion dulu, aku memfotonya dan mengirimnya. Kucabut alat itu yang mengakar ke kepala gurita. Bahkan alat ini punya banyak jarum. Aku melompat turun dengan cepat dan memberitahu Master G.
"Hati-hati Trea." Master G. menangkap tubuhku.
"Hahaha... Aku sudah dapat, sepertinya alat ini membuat gurita itu menjadi raksasa." Aku turun dan memasukan alatnya ke tas. Jangan lupakan kristal juga! Aku harus memungutnya lebih banyak.
"Guritanya harus kita apakan?"
"Dia masih hidup?" Tanyaku. Kukira kami sudah membunuhnya.
"Dia masih meronta-ronta tapi gerakannya melambat."
"Tapi, kenapa dia bisa masuk ke danau ya?"
"Ada dua opsi, dia dimasukan orang lain atau dia tak sengaja kemari. Jika dia diberi alat, mungkin seseorang ingin bereksperimen pada gurita." Penjelasan Master G. masuk akal. Lalu siapa yang bereksperimen?
"Siapa? Weldorm?"
Hanya orang itu yang terlintas di pikiranku. Siapa lagi yang mampu dan mau membuat ekperimen gila? Jika hanya sebatas hewan pasti dia sangat berani karena manusia saja dia bisa melakukan apa saja. Bahkan sebuah kematian eksperimen tak berarti untuknya.
"Whiteland bukan hanya Weldorm. Banyak masyarakat yang meneliti dan melakukan ekperimen. Masalahnya jika terjadi hal seperti ini, itu justru membahayakan manusia." Master G. menyentuh tentakel yang tak bergerak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
FantascienzaTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...