Aku berada di mobil bersama Master G. dan Dion. Kakek juga membawakan mobil lain berisi penjaga dan senjata. Aku tahu kakek masih sangat khawatir pada kami. Pagi tadi kami disiarkan ke seluruh televisi. Masuk berita utama dan terpampang jelas dimana-mana. Inti dari ujian ini, kami diberi waktu 2 Minggu untuk menyakinkan warga Whiteland. Kami harus punya 95% suara. Angka yang membuatku langsung pesimis. Apa mereka sengaja membuat angka besar untuk kami? Aku menutup mataku sejenak. Perjalanannya masih sangat lama. Perlu 2 hari kami sampai ke Viki. Kami juga tak bisa menggunakan bola portal kesana. Kata Dion tempatnya sulit dijangkau.
"Kamu sudah tidur?"
"Belum."
"Ngrokkk..."
Dion?
Astaga, sejak kapan dia tidur dan mengorok sekeras itu? Aku menggeleng cepat, pasti sangat berisik didekatnya. Tapi itu Master G.
"Mau berganti tempat?" Tawarku.
"Ngrokkk..."
"Hmm..."
Isi mobil langsung berpindah, Dion menjadi duduk di pojok belakang sendirian. Aku berganti menjadi di sebelah Master G. yang menyetir. Kapan terakhir kami seperti ini? Sangat menyenangkan juga tak ada El yang terus bawel. Walau aku harus berjauhan dengan Aswin. Mungkin ini seperti uji coba jika kami berpisah setelah urusan Archi selesai. Kuharap aku bisa melepaskannya. Hubungan ini juga, aku tak mau membuatnya terbebani nantinya. Bila dia menemukan gadis lain, aku juga tak akan marah. Ini sebuah keputusan yang baik. Sulit untuk LDR dan membangun komitmen. Terutama kami tak bisa saling berhubungan lewat telepon.
"Master G. ingat tidak perempuan bernama Jiun?"
"Kamu bertemu dengannya?"
"Aku tidak sengaja bertemu salah satu Guard. Katanya Jiun punya hubungan buruk denganmu."
"Itu cerita lama."
"Ceritakan padaku, kamu dulunya juga Guard kan?"
"Mungkin usiaku dulu baru 17 tahun. Aku bersama Jiun menjadi Guard muda saat itu. Kami hanya berbeda pendapat karena aku memutuskan untuk fokus menjadi Sioner. Dia tak terima karena aku begitu saja melepaskan jabatanku demi status yang belum bisa diterima masyarakat."
"Pasti dia sangat menyayangimu."
"Kami hanya sebatas teman satu tim."
Aku mengangguk paham, mungkin Jiun merasa dikhianati oleh temannya sendiri. Kukira ada acara romantis mereka. Apa aku terlalu banyak menonton serial film di rumah? Kadang jika ayah dan ibu pergi bekerja, aku akan di rumah dan menonton tv untuk menemaniku yang sendirian. Itu membuatku memiliki teman.
"Jika kamu kembali, apa yang akan kamu lakukan?"
"Aku ingin menyelesaikan pendidikanku sampai universitas. Aku juga akan berkerja disana sebelum sepenuhnya aku menjadi Sioner secara penuh. Tidak apa-apa kan?"
"Tidak, itu bagus untuk masa depanmu."
"Walau aku memutuskan itu, aku juga akan selalu membantu. Kalian tinggal panggil aku saja, nanti aku akan datang dan membantu."
"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Aswin. Kalian akan jarang bertemu nantinya."
"Jika dia mau menunggu, kami masih bisa bersama. Jika tidak aku juga tak akan memaksanya."
Aku menggaruk tengkukku, aku masih canggung jika berbicara tentang Aswin pada Master G. Seperti ayah yang mengintrogasi anaknya.
"Kuharap dia tak bisa menunggu."
"Apa?"
"Fokuslah pada masa depanmu dulu."
Kenapa dia berkata begitu?
🍁🍁🍁
Malam ini kami beristirahat ditempat yang cukup sepi. Para pengawal membuat api unggun dan memasak makanan untuk kami. Kakek benar-benar menyiapkan semuanya. Aku bisa apa selain menyantap ayam kukus saja. Programku masih dijalankan, aku juga belum berubah menjadi Whiteland kembali. Tubuh ini jauh lebih nyaman. Aku bisa menjadi Trea pada umumnya.
"Kamu tak mau makan ini?" Tawar Master G. yang menyodorkan ayam panggang padaku.
Aromanya saja sangat enak. Aku menelan ludah susah payah. Tidak boleh, aku sedang membuat ototku.
"Terima kasih, ini sudah cukup."
"Kamu tak perlu keras pada dirimu Trea. Makan saja jika kamu mau." Dion ikut memanasiku.
"Tidak, aku sudah berjanji. Aku juga mau punya otot."
"Kamu perlu angkat beban Trea dan olahraga. Jika hanya makan rendah kalori, kamu hanya menurunkan berat badanmu."
"Tapi, Master G. Aku juga merasa gendut, El selalu membuat makanan untukku yang banyak. Katanya dulu aku kurus kering makanya dia menyuruhku makan apa saja."
"Aku tahu, kamu pasti mau tampil cantik di depan Aswin kan?" Kenapa Dion punya pemikiran demikian?
Aku tak berpikir begitu, aku hanya merasa tubuh ini kian berat jika terus menerima banyak makanan tanpa henti. Mungkin dengan tubuh lain aku bisa punya kekuatan lain. Tapi bila dengan tubuhku asli, rasanya sangat berbeda.
"Tidak, kamu mirip dengan Bion sekarang."
"Hahaha... Sudahlah Trea. Semua anak perempuan begitu. Mereka akan tampil cantik didepan manusia lain. Walau kadang bukan demi orang lain, tapi demi mereka sendiri. Kamu pasti sedang melewati masa pubertas. Ini bisa dimaklumi." Jelas Dion membuatku malu.
Aku masih muda. Sangat. Aku baru saja mendapatkan KTP ku. Aku cemberut dan memakan ayam dan sayuran sebanyak mungkin.
"Akhirnya kamu melewati masa ini." Master G. menepuk kepalaku.
"Padahal aku baru saja melihatmu berlarian waktu TK. Kamu sudah sebesar ini. Aku seperti sedang melihat adikku tumbuh." Dion menatap ku.
Mereka sangat mendramatisir.
"Memangnya aku mau jadi anak kecil terus? Meski aku masih muda, aku juga perlu dewasa."
"Capailah mimpimu Trea. Berjuanglah!"
Master G. tersenyum padaku. Aku ingin melakukannya dengan sungguh-sungguh.
🍁🍁🍁
Aku tak bisa tidur sekarang. Punggungku sakit di dalam mobil. Kami tak membuat tenda sama sekali, katanya itu membuang waktu saja. Aku keluar dari mobil dan mengeratkan pakaianku. Para pengawal masih berjaga tanpa henti. Meraka berjumlah 8 orang. Kurasa kakek akan menambah lagi nantinya. Dia terus bilang bangsa Viki itu kejam dan pemarah. Jika kami sampai kesana, jangan langsung menurut. Mereka bisa saja bagian dari Weldorm. Pokoknya kakek penuh curiga.
Tinggal sebentar lagi, aku bisa kembali ke bumi. Tempat dimana aku dilahirkan dan dibesarkan. Walau aku berasal dari tempat ini, kenyataannya disanalah aku kembali nantinya. Aku masih ragu apa jalan ini benar. Apa aku memilih pilihan yang sangat? Entahlah.
Berapa jarak bumi ini dan bumi itu?
Jika tak menggunakan portal berapa jauh tempat kami?
Alam semesta sangatlah luas, luas sekali. Mungkin aku tak bisa mengukurnya. Tangan ini masih sangat kecil untuk menggapai segala keinginan dalam diri.
Ayah... Ibu... Tunggu, Rea.
Rea akan kembali pulang segera.
🍁🍁🍁
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanfare ( END )
Science FictionTrea harus merasakan berbagai kejadian-kejadian di luar pemahamannya. Semuanya terkuak satu demi satu sampai akhirnya dia menerima fakta bahwa dia adalah Sioner. Hidup dalam pengejaran dan diburu. Bahkan dia tak tahu dunia apa yang menantinya nanti...